Pameran Artina Jilid 2 Angkat Tema Mantrajiva, Tampilkan Koleksi Karya Bertema Spritualitas
16 March 2023 |
16:30 WIB
Pameran seni kontemporer kolektif artina kembali digelar dengan mengusung tema matrajiva. Pada edisi keduanya ini, pameran artina berfokus pada beragam ekspresi artistik yang merepresentasikan berbagai dimensi spiritualitas maupun religiusitas dalam kehidupan masyarakat Nusantara.
Tema matrajiva sendiri diambil dari kata matra yang berarti dimensi dan jiva yang memiliki makna spirit atau ruh. Pameran ini berangkat dari premis bahwa spiritualitas adalah kapasitas intrinsik yang ada dalam diri setiap manusia. Tema matrajiva terinspirasi dari keragaman budaya Nusantara yang sarat akan nilai-nilai spiritual.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menuturkan tema matrajiva dalam pameran artina mengajak audiens untuk melihat lebih jauh budaya Indonesia dari perspektif spiritualitas dan religiusitas, aspek yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
"Saya berharap artina dapat diselenggarakan secara rutin sehinngga dapat memperkenalkan budaya Nusantara dengan pendekatan yang berbeda," katanya.
Pameran ini meyakini bahwa kesenian di Indonesia adalah manifestasi dari spiritualitas Nusantara yang unik, yang lahir karena proses pertukaran dan percampuran nilai-nilai dalam kehidupan masyarakatnya yang majemuk. Sebanyak 22 seniman baik individual maupun kolektif lintas disiplin turut berpartisipasi dalam pameran artina.Sarinah #2.
Baca juga: Lebih Dekat dengan Budaya Pacuan Kuda Bima
Para seniman menampilkan puluhan karya dalam wujud dan dimensi yang beragam. Mereka adalah A.D Pirous, Agnes Christina, Agung Kurniawan, Agus Suwage, Ahmad Sadali, Edward Hutabarat, Gregorius Sidharta Soegijo, I Made Somadita, Lintang Raditya, dan Monica Hapsari.
Selain itu, ada juga perupa Nadiah Bamadhaj, Natasha Tontey, Ni Nyoman Sani, Nyoman Nuarta, Riar Rizaldi, Riri Riza & Mira Lesmana, Rubi Roesli, Samuel Indratma, Widayat, serta Yori Antar & Rumah Asuh.
Salah satu karya yang hadir dalam pameran artina matrajiva adalah patung berjudul Legenda Borobudur (1996) karya Nyoman Nuarta. Patung berdimensi 89 cm x 85 cm x 85 cm dari material tembaga dan kuningan itu adalah karya bersejarah yang mengawali pembuatan seri patung Nyoman Nuarta bertema Borobudur.
Pada pertengahan 1990-an, karya ini digarap ke dalam format patung monumental yang didirikan di dalam kompleks perumahan Kota Legenda. Patung monumental tersebut sempat menjadi sorotan ketika dijarah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Bagi Nyoman Nuarta, kompleks Candi Borobudur adalah salah satu jejak penting dari sebuah masa bersej di mana kesejahteraan jasmani dan kedamaian rohani manusia ada dalam suatu keseimbangan.
Dalam patungnya, Nyoman Nuarta menghadirkan bangunan candi yang melayang, menganalogikannya dengan daya dan upaya manusia dalam perjalanan menuju kesadaran baru melewati dimensi spiritual yang lebih tinggi. Sulur-sulur atau bagian kaki pada patung ini mewakili hubungan tarik menarik antara kesadaran spiritual dan kehidupan sehari-hari di dunia.
Baca juga: Jadi Program Diplomasi Budaya, Cek Kegiatan Menarik di Year of Culture Indonesia-Doha 2023
Heri Pemad, Inisiator & Direktur Artistik artina, mengatakan sejumlah karya dalam pameran ini menunjukkan bagaimana faktor-faktor sejarah, budaya, politik dan sosial berpengaruh pada masih kuatnya peran agama dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga hari ini.
Sejumlah seniman, paparnya, menunjukkan bagaimana religiusitas mereka tidak pernah benar-benar berbenturan dengan nilai-nilai sekuler dan matrealistik dalam seni modern. Karya-karya para seniman yang terlibat justru menunjukkan suatu fase 'pemodernan' dari seni religius.
"Kami melihat saat ini seni menjadi manifestasi dari kepercayaan pada sesuatu yang lebih besar dari dalam diri manusia, sekaligus memanifestasikan tanggung jawab sosial seniman terhadap lingkungan dan masyarakatnya," katanya.
Adapun, pameran artina.Sarinah #2 matrajiva akan berlangsung mulai 4 Maret sampai 31 Mei 2023. Bagi kalian yang ingin berkunjung, bisa membeli tiket melalui Loket.com atau secara langsung di lokasi pameran.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Tema matrajiva sendiri diambil dari kata matra yang berarti dimensi dan jiva yang memiliki makna spirit atau ruh. Pameran ini berangkat dari premis bahwa spiritualitas adalah kapasitas intrinsik yang ada dalam diri setiap manusia. Tema matrajiva terinspirasi dari keragaman budaya Nusantara yang sarat akan nilai-nilai spiritual.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menuturkan tema matrajiva dalam pameran artina mengajak audiens untuk melihat lebih jauh budaya Indonesia dari perspektif spiritualitas dan religiusitas, aspek yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
"Saya berharap artina dapat diselenggarakan secara rutin sehinngga dapat memperkenalkan budaya Nusantara dengan pendekatan yang berbeda," katanya.
Pameran ini meyakini bahwa kesenian di Indonesia adalah manifestasi dari spiritualitas Nusantara yang unik, yang lahir karena proses pertukaran dan percampuran nilai-nilai dalam kehidupan masyarakatnya yang majemuk. Sebanyak 22 seniman baik individual maupun kolektif lintas disiplin turut berpartisipasi dalam pameran artina.Sarinah #2.
Baca juga: Lebih Dekat dengan Budaya Pacuan Kuda Bima
Para seniman menampilkan puluhan karya dalam wujud dan dimensi yang beragam. Mereka adalah A.D Pirous, Agnes Christina, Agung Kurniawan, Agus Suwage, Ahmad Sadali, Edward Hutabarat, Gregorius Sidharta Soegijo, I Made Somadita, Lintang Raditya, dan Monica Hapsari.
Selain itu, ada juga perupa Nadiah Bamadhaj, Natasha Tontey, Ni Nyoman Sani, Nyoman Nuarta, Riar Rizaldi, Riri Riza & Mira Lesmana, Rubi Roesli, Samuel Indratma, Widayat, serta Yori Antar & Rumah Asuh.
Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta
Salah satu karya yang hadir dalam pameran artina matrajiva adalah patung berjudul Legenda Borobudur (1996) karya Nyoman Nuarta. Patung berdimensi 89 cm x 85 cm x 85 cm dari material tembaga dan kuningan itu adalah karya bersejarah yang mengawali pembuatan seri patung Nyoman Nuarta bertema Borobudur.
Pada pertengahan 1990-an, karya ini digarap ke dalam format patung monumental yang didirikan di dalam kompleks perumahan Kota Legenda. Patung monumental tersebut sempat menjadi sorotan ketika dijarah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Bagi Nyoman Nuarta, kompleks Candi Borobudur adalah salah satu jejak penting dari sebuah masa bersej di mana kesejahteraan jasmani dan kedamaian rohani manusia ada dalam suatu keseimbangan.
Dalam patungnya, Nyoman Nuarta menghadirkan bangunan candi yang melayang, menganalogikannya dengan daya dan upaya manusia dalam perjalanan menuju kesadaran baru melewati dimensi spiritual yang lebih tinggi. Sulur-sulur atau bagian kaki pada patung ini mewakili hubungan tarik menarik antara kesadaran spiritual dan kehidupan sehari-hari di dunia.
Baca juga: Jadi Program Diplomasi Budaya, Cek Kegiatan Menarik di Year of Culture Indonesia-Doha 2023
Heri Pemad, Inisiator & Direktur Artistik artina, mengatakan sejumlah karya dalam pameran ini menunjukkan bagaimana faktor-faktor sejarah, budaya, politik dan sosial berpengaruh pada masih kuatnya peran agama dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga hari ini.
Sejumlah seniman, paparnya, menunjukkan bagaimana religiusitas mereka tidak pernah benar-benar berbenturan dengan nilai-nilai sekuler dan matrealistik dalam seni modern. Karya-karya para seniman yang terlibat justru menunjukkan suatu fase 'pemodernan' dari seni religius.
"Kami melihat saat ini seni menjadi manifestasi dari kepercayaan pada sesuatu yang lebih besar dari dalam diri manusia, sekaligus memanifestasikan tanggung jawab sosial seniman terhadap lingkungan dan masyarakatnya," katanya.
Adapun, pameran artina.Sarinah #2 matrajiva akan berlangsung mulai 4 Maret sampai 31 Mei 2023. Bagi kalian yang ingin berkunjung, bisa membeli tiket melalui Loket.com atau secara langsung di lokasi pameran.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.