Warga melatih kuda di Bima Nusa Tenggara Barat, Rabu (24/10/2018). (Sumber gambar: Bisnis)

Lebih Dekat dengan Budaya Pacuan Kuda Bima 

01 March 2023   |   14:51 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Like
Matahari terlihat malu-malu menampakkan sinarnya dari ufuk timur. Kala itu, seorang lelaki tua yang akrab dipanggil Abu Elo bergegas menarik kuda kesayangannya ke tanah lapang yang masih dipayungi iring-iringan awan berwarna merah, sedikit menghalangi pancaran sang surya jatuh ke tanah. 

Irama yang keluar dari derap kaki Nasi Monca, begitu dia memanggil kuda kesayangannya, memecah keheningan Desa Bolo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Meski sudah berumur 73 tahun, kakek yang bernama asli H. Ali Jafar itu tidak segan-segan melatih sendiri kuda kesayangannya agar bisa melesat bak peluru di lintasan pacu. Saat dirasa cukup, Abu Elo segera menuju sungai dan bergabung bersama pemilik kuda yang lain untuk memandikan hewan peliharaannya di sungai. 

Bagi masyarakat Bima (Ndou Mbojo), kuda adalah bagian dari sejarah penting. Para penyebar Islam datang ke daerah tersebut bersama pasukan berkuda. Mereka menyebarkan ajaran Islam pada abad ke-17 Masehi. Sejak itulah kuda menjadi tumpuan bagi masyarakat di sana. 

Kuda juga merupakan hewan yang banyak dipelihara, baik digunakan untuk menarik gerobak barang, sarana transportasi sehari-hari maupun untuk pacuan tradisional, atau yang dalam bahasa Bima disebut Pacoa Jara. 

Baca juga: Gemerlap Indonesia Fashion Week 2023 dalam Lensa

Pacoa Jara atau Pacoa Jara Mbojo merupakan salah satu jenis olahraga pacuan tradisional khas Suku Bima, yang biasanya menggunakan Kuda Sumbawa. Dalam sejarahnya, pacuan kuda khas wilayah tersebut dikaitkan dengan periode 1920-an. 

Dilansir dari laman Warisan Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pacuan kuda tersebut pertama kali diadakan di Bima pada 1927 pada saat Pemerintahan Hindia Belanda. Ketika itu, Pacoa Jara diselenggarakan untuk merayakan hari kelahiran Ratu Wilhelmina di negeri asalnya. 

Seiring berjalannya waktu, kegiatan pacuan kuda itu makin jamak digelar oleh masyarakat Bima dan Kepulauan Sumbawa dalam rangka hiburan maupun kegiatan hari-hari besar. Saat ini, Pacoa Jara juga telah berkembang menjadi sebuah ajang pertandingan tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bima, NTB. 

Bahkan, sejak 2016, pemerintah Republik Indonesia telah resmi mengakui Pacoa Jara sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Khas Indonesia, yang disetujui tepatnya pada 1 Januari 2016. 

Kegiatan pacuan kuda di Bima tergolong unik dan menarik karena joki atau penunggang kuda biasanya merupakan anak-anak dengan usia 6-10 tahun tanpa menggunakan pelana. Hal ini berbeda dengan tradisi atau kegiatan pacuan yang ada di wilayah Jawa, misalnya, dengan joki orang dewasa. 

Tak ayal bila Pacoa Jara bisa menarik banyak orang untuk menyaksikan, mulai dari ratusan hingga ribuan penonton dalam sekali penyelenggaraan. Acara ini bahkan masuk dalam Kharisma Event Nusantara 2023 yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan harapan bisa menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke wilayah Nusa Tenggara Barat. 

Hypeabis.id sebagai bagian dari grup media Bisnis Indonesia, memiliki dokumentasi foto autentik dalam kanal Kilas Foto tentang Kuda Bima, serta beragam topik lainnya. Selain itu, ada juga kanal Hypevirtual sebagai galeri virtual untuk menikmati rangkaian foto dengan cara yang berbeda. Yuk kunjungi, jangan sampai kelewatan ya! 
 

Kilas Foto Hypeabis.id

Kilas Foto Hypeabis.id



(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Secondhand Serenade Akan Konser di Yogyakarta & Surabaya, Cek Tanggalnya

BERIKUTNYA

Tips Memilih Skin Care yang Sesuai dengan Kebutuhan Kulit

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: