Lika-liku Perjuangan Penyintas Obesitas, Dari Berat 100 Kg Menjadi Ideal
08 March 2023 |
13:34 WIB
1
Like
Like
Like
Berat badan Meirza Hartoto sempat menyentuh angka 100 kilogram. Namun, dengan program diet yang tepat, penyintas obesitas ini bisa menurunkannya hingga ke angka yang ideal. Prosesnya pun tak mudah, butuh waktu yang tidak sebentar dan perjuangan penuh ketabahan.
Pekerja swasta ini bercerita semasa kecil dirinya sebenarnya termasuk anak-anak yang tidak suka makan. Orang tuanya bahkan selalu kesusahan saat meminta dirinya makan tiga kali sehari. Namun, semua berubah saat mulai ikut les renang. Entah faktor apa, seusai ikut les renang, nafsu makannya meningkat.
Melihat dirinya yang tadinya susah makan lalu jadi senang makan, orang tuanya pun merasa senang. Sayangnya, hal itu terjadi secara terus menerus tanpa upaya pengaturan pola makan. Tubuhnya pun mulai mengarah ke obesitas.
Baca juga: Tinggal di Perkotaan Lebih Rentan Obesitas, Begini Alasannya
Kondisi obesitas itu terjadi tanpa disadari oleh Meirza. Setidaknya, selama lima belas tahun dirinya berada di kondisi tersebut. Namun, pelan-pelan dia mulai menyadari menyadari ada sesuatu yang salah dalam gaya hidupnya, dan bertekad untuk mengubahnya.
Motivasi berubah ke gaya hidup yang lebih sehat muncul dengan cara sederhana. Saat itu dirinya merasa kesal karena setiap kali mau membeli pakaian, selalu memilih ukuran tertinggi. Dia pun khawatir berat badannya akan makin bertambah dan tidak ada ukuran yang cocok lagi untuknya.
“Dari situ kemudian mulai timbul keinginan untuk menurunkan berat badan. Begitu bobot tubuh makin turun, ada rasa senang yang muncul. Namun, masalah lain kemudian datang,” kata Meirza dalam media workshop Stop Rantai Obesitas Sedini Mungkin.
Pada fase awal melakukan diet, dirinya memakai program yang keliru. Saat itu, Meirza menurunkan berat badan dengan tidak memakan apa pun, kecuali apel dan labu siam. Berat badannya turun, tetapi sangat ekstrem. Dalam satu bulan dirinya bisa menurunkan berat badan sampai sepuluh kilogram.
Alih-alih menjadi sehat karena berat badannya menjadi ideal, dirinya justru merasa tubuhnya jadi kurang fit. Meirza merasa badannya jadi tidak memiliki tenaga dan konsentrasinya berkurang jauh. Dia pun merasa psikologinya terganggu. Sebab, ada ketakutan untuk makan atau minum karena khawatir dapat menaikkan berat badannya lagi.
Beruntung, dua bulan setelahnya kesadaran tersebut muncul. Dirinya pun mulai memperbaiki program dietnya yang salah itu dengan mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat.
Ada anggapan yang masih keliru tentang anak. orang tua kerap merasa senang ketika anak doyan makan dan menjadi gemuk. Tampak menggemaskan, alasannya. Namun, orang tua perlu hati-hati karena bisa jadi hal itu adalah pertanda kelebihan berat badan.
Obesitas harus bisa diberhentikan sedini mungkin. Ini bisa dilakukan dari lingkungan terdekat, yakni keluarga. Orang tua tidak boleh membiarkan anak memakan makanan yang terlalu banyak, apalagi yang berhubungan dengan gula, lemak, dan garam.
Sebab, obesitas termasuk kondisi yang bisa menimbulkan penyakit jangka pendek dan jangka panjang. Secara jangka pendek, obesitas dapat membuat seseorang jadi kurang aktif, mudah mengantuk, tidak konsentrasi, hingga tidur tidak nyenyak.
Secara jangka panjang, obesitas juga menjadi penyebab timbulnya penyakit tidak menular. Orang dengan obesitas memiliki risiko lebih besar terkena strok, serangan jantung, dan diabetes.
“Obesitas ini kan terjadi karena tumpukan lemak. Kondisi tersebut tidak langsung muncul sesaat setelah makan. Prosesnya lama sehingga obesitas termasuk penyakit kronis,” ungkap dokter spesialis gizi klinis Siloam Hospitals Marya Haryono.
Baca juga: Untuk Skrining Awal, Begini Cara Mengukur Potensi Obesitas dengan Mudah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Pekerja swasta ini bercerita semasa kecil dirinya sebenarnya termasuk anak-anak yang tidak suka makan. Orang tuanya bahkan selalu kesusahan saat meminta dirinya makan tiga kali sehari. Namun, semua berubah saat mulai ikut les renang. Entah faktor apa, seusai ikut les renang, nafsu makannya meningkat.
Melihat dirinya yang tadinya susah makan lalu jadi senang makan, orang tuanya pun merasa senang. Sayangnya, hal itu terjadi secara terus menerus tanpa upaya pengaturan pola makan. Tubuhnya pun mulai mengarah ke obesitas.
Baca juga: Tinggal di Perkotaan Lebih Rentan Obesitas, Begini Alasannya
Kondisi obesitas itu terjadi tanpa disadari oleh Meirza. Setidaknya, selama lima belas tahun dirinya berada di kondisi tersebut. Namun, pelan-pelan dia mulai menyadari menyadari ada sesuatu yang salah dalam gaya hidupnya, dan bertekad untuk mengubahnya.
Motivasi berubah ke gaya hidup yang lebih sehat muncul dengan cara sederhana. Saat itu dirinya merasa kesal karena setiap kali mau membeli pakaian, selalu memilih ukuran tertinggi. Dia pun khawatir berat badannya akan makin bertambah dan tidak ada ukuran yang cocok lagi untuknya.
“Dari situ kemudian mulai timbul keinginan untuk menurunkan berat badan. Begitu bobot tubuh makin turun, ada rasa senang yang muncul. Namun, masalah lain kemudian datang,” kata Meirza dalam media workshop Stop Rantai Obesitas Sedini Mungkin.
Pada fase awal melakukan diet, dirinya memakai program yang keliru. Saat itu, Meirza menurunkan berat badan dengan tidak memakan apa pun, kecuali apel dan labu siam. Berat badannya turun, tetapi sangat ekstrem. Dalam satu bulan dirinya bisa menurunkan berat badan sampai sepuluh kilogram.
Alih-alih menjadi sehat karena berat badannya menjadi ideal, dirinya justru merasa tubuhnya jadi kurang fit. Meirza merasa badannya jadi tidak memiliki tenaga dan konsentrasinya berkurang jauh. Dia pun merasa psikologinya terganggu. Sebab, ada ketakutan untuk makan atau minum karena khawatir dapat menaikkan berat badannya lagi.
Beruntung, dua bulan setelahnya kesadaran tersebut muncul. Dirinya pun mulai memperbaiki program dietnya yang salah itu dengan mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat.
Peran Orang Tua
Kisah Meirza seperti cerita klasik yang terjadi di banyak tempat. Berawal dari tidak suka makan, lalu menjadi pemakan segala tanpa pengendalian. Orang tua menjadi faktor penting dalam hal ini untuk mengingatkan sekaligus mengendalikan pola makan anak.Ada anggapan yang masih keliru tentang anak. orang tua kerap merasa senang ketika anak doyan makan dan menjadi gemuk. Tampak menggemaskan, alasannya. Namun, orang tua perlu hati-hati karena bisa jadi hal itu adalah pertanda kelebihan berat badan.
Obesitas harus bisa diberhentikan sedini mungkin. Ini bisa dilakukan dari lingkungan terdekat, yakni keluarga. Orang tua tidak boleh membiarkan anak memakan makanan yang terlalu banyak, apalagi yang berhubungan dengan gula, lemak, dan garam.
Sebab, obesitas termasuk kondisi yang bisa menimbulkan penyakit jangka pendek dan jangka panjang. Secara jangka pendek, obesitas dapat membuat seseorang jadi kurang aktif, mudah mengantuk, tidak konsentrasi, hingga tidur tidak nyenyak.
Secara jangka panjang, obesitas juga menjadi penyebab timbulnya penyakit tidak menular. Orang dengan obesitas memiliki risiko lebih besar terkena strok, serangan jantung, dan diabetes.
“Obesitas ini kan terjadi karena tumpukan lemak. Kondisi tersebut tidak langsung muncul sesaat setelah makan. Prosesnya lama sehingga obesitas termasuk penyakit kronis,” ungkap dokter spesialis gizi klinis Siloam Hospitals Marya Haryono.
Baca juga: Untuk Skrining Awal, Begini Cara Mengukur Potensi Obesitas dengan Mudah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.