Ilustrasi obesitas (Sumber gambar: Freepik)

Tinggal di Perkotaan Lebih Rentan Obesitas, Begini Alasannya

01 March 2023   |   19:40 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Masyarakat yang tinggal di kota-kota besar perlu lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsinya. Sebab, orang yang tinggal di perkotaan cenderung lebih mudah terkena obesitas. Gaya hidup menjadi faktor utama yang memengaruhi hal tersebut.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes Eva Susanti mengatakan bahwa pola makan yang tidak terkendali menjadi alasan masyarakat perkotaan lebih rentan terkena obesitas. Banyaknya makanan siap saji hingga kudapan atau minuman manis seolah membudaya ikut membuat risiko obesitas menjadi hal yang seolah tak terhindarkan.

Di sisi lain, masyarakat saat ini terbilang sangat dimanja oleh teknologi. Semua kebutuhan bisa didapat hanya dari sentuhan jari di gawai. Hal itu kemudian melahirkan gaya hidup sedentary life atau malas bergerak yang ujungnya membuat risiko orang terkena diabetes makin meningkat lagi.

Baca juga: Banyak Kasus di Kelompok Anak Muda, Simak Piramida Perjalanan Pasien Alami Diabetes

“Faktor tersebut membuat permasalahan obesitas lebih banyak terjadi di daerah perkotaan dibanding pedesaan. Kalau dicari kota mana yang paling tinggi tingkat obesitasnya, saat ini adalah DKI Jakarta,” kata Eva Susanti dalam media workshop Stop Rantai Obesitas Sedini Mungkin.

Namun, angka obesitas yang tinggi tidak hanya terjadi di Jakarta atau kota besar lain. Eva mengatakan bahwa angka obesitas secara nasional terus mengalami kenaikan. Dari data Riset Kesehatan Dasar 2018, ada satu dari lima anak yang berusia lima tahun hingga dua belas tahun yang mengalami obesitas. Kemudian, satu dari tujuh remaja yang berusia tiga belas tahun hingga delapan belas tahun juga berkategori kelebihan berat badan.

Kurangnya kesadaran mengatur pola makan yang baik membuat angka obesitas terus tinggi. Padahal, dengan mengatur makanan, seperti membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak, risiko seseorang terkena diabetes bisa berkurang jauh.
 

Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id

Media workshop Stop Rantai Obesitas Sedini Mungkin (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Eva menjelaskan bahwa obesitas punya risiko kesehatan yang kompleks. Secara jangka panjang, obesitas bahkan bisa memunculkan penyakit tidak menular, seperti jantung, stroke, diabetes, hingga kanker. Kondisi ini juga sering disebut dengan sindrom metabolik

“Prevalensi sindrom metabolik secara umum di Indonesia sebesar 23,34 persen. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi, yakni sekitar 26,2 persen, sedangkan wanita risikonya lebih rendah, yakni sekitar 21,4 persen,” imbuhnya.

Pemerintah melalui kemenkes saat ini menyerukan agar semua pihak, baik guru, orang tua, maupun sektor swasta, untuk memprioritaskan asupan nutrisi seimbang bagi anak. Pihaknya juga mendorong aktivitas fisik atau olahraga yang dilakukan masyarakat bisa ditingkatkan agar rantai obesitas bisa dicegah sedini mungkin.

Sementara itu, Dokter Spesialis Gizi Klinis Marya Haryono menjelaskan seseorang didiagnosis mengalami sindrom metabolik jika memiliki tiga atau lebih ciri-ciri berikut. Misalnya, kelebihan lemah di tubuh di sekitar pinggang, gula darah tinggi, rendahnya kadar kolesterol baik dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, dan tekanan darah tinggi.

Oleh karena itu, pencegahan menjadi sangat penting agar obesitas tidak berkepanjangan dan menimbulkan efek penyakit lain. Marya menyarankan agar masyarakat mulai memperbaiki pola makannya. Sesuai dengan anjuran Kemenkes, jumlah sayur yang dimakan mesti dua kali lipat lebih besar dari karbohidrat dan protein.

Selain itu, masyarakat juga diminta lebih jeli ketika akan membeli makanan kemasan dengan cara melihat label indeks gizi seimbang. Hal ini penting guna membatasi asupan gula, garam, dan lemak yang ada di makanan atau minuman kemasan.

Setidaknya ada empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yang perlu diperhatikan masyarakat. Yakni, sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat, gula) dan persentase angka kecukupan gizi (AKG) per sajian.

Baca juga: Diabetes di Depan Mata, Begini Cara Terhindar dari Faktor Risiko

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Siap Rilis Rover, Nuansa Monokrom Mendominasi Teaser Mini Album Terbaru Kai EXO

BERIKUTNYA

Yuk Kenali Faktor-Faktor Pemicu & Gejala Diabetes pada Anak

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: