Refleksi Memori Ruang Seniman Yim Yen Sum dalam Pameran The Shade of Translucency
06 March 2023 |
22:00 WIB
Modernisasi yang bergerak cepat di seluruh belahan dunia tak jarang merenggut ruang-ruang kehidupan manusia dengan alasan pembangunan. Hasilnya, tak sedikit orang terpaksa harus tercerabut dari akar kehidupannya di satu tempat yang telah menjadi bagian dari identitasnya.
Permenungan inilah yang setidaknya tertangkap dalam pameran tunggal seniman asal Malaysia Yim Yen Sum bertajuk The Shade of Translucency. Karyanya mengeksplorasi gagasan seputar rumah atau ruang yang melintasi narasi sejarah yang berbeda-beda.
Baca juga: Seniman Gogor Purwoko Gelar Pameran di Galeri Nasional, Tampilkan Karya Abstrak Geometris
Ruang di bawah pengaruh kolonial, konteks politik, bencana alam, hingga pertumbuhan ekonomi. Eksplorasi tentang pergeseran makna ruang ini dilakukannya seringkali berangkat dari kacamata otobiografi atau dari pengalamannya sendiri.
Seperti karyanya dalam The Shade of Translucency yang berangkat dari memori masa kecilnya di Kuala Lumpur pada tahun 1990-an tentang bangunan-bangunan tua yang hancur akibat perkembangan kota. Salah satu bangunan yang begitu membekas diingatannya adalah Razak Mansion, bangunan perumahan murah yang dibangun pada 1962.
Melalui instalasinya yang terdiri dari banyak kain kasa yang disambung, dia mencoba membangun kembali struktur bersejarah ini, menyatukan dan memadukannya dengan jenis kain lain, serupa dia mengumpulkan kembali memori dan kenangan masa kecilnya.
Instalasinya berupa kain kasa pendek berwarna hitam yang tampak disambung menjadi satu garis yang panjang. Sementara pada bagian atasnya, tampak bordiran yang didominasi warna hitam dan emas, menyerupai bentuk bangunan mengikuti panjang kain hitam yang menjadi dasar.
Yim Yen Sum mengatakan dalam karyanya ini, dia berusaha menggambar elemen arsitektur yang lekat dalam memori masa kecilnya, dan merekonstruksinya dalam kain hitam. Kain halus yang disambung dengan hati-hati dan telaten berikut visualisasi bangunan kota yang memanjang adalah simbol ketegangan yang dia rasakan saat tumbuh dewasa.
"Kehidupan saya dikelilingi oleh kota yang berubah dengan cepat yang berakar pada kemajuan dan kehancuran secara bersamaan. Ini adalah cara saya melestarikan kenangan dan kehangatan dari masa lalu," katanya.
Karya-karya Yim kebanyakan memang menggunakan kain kasa yang cenderung lembut. Dia mengaku memang tertarik untuk menggunakan bahan-bahan yang lembut dan mudah dibentuk seperti kain kasa sebagai material karya-karyanya, karena dengan luwes dapat memvisualisasikan gagasannya.
"Saya suka mengulang karya seni unit kecil dalam format besar, karena struktur utuh seperti ini memungkinkan kita merasakan proses kehidupan, membuat kita ingin lebih dekat dengannya," kata seniman berusia 35 tahun itu.
Ke depan, Yim akan terus mengeksplorasi tentang budayanya dan keterkaitannya dengan lingkungan dan manusia. Dia berharap dengan karya-karya instalasinya bisa menjembatani dan menghubungkan orang-orang dengan kota atau lingkungan dan budayanya.
Kurator Alia Swastika mengatakan karya instalasi Yim menyadarkan manusia yang seringkali tenggelam dalam perubahan ruang dan tempat yang cepat, sehingga acapkali tidak ingat semua tempat yang pernah dilalui dan perubahan fisik yang terjadi pada sebuah bangunan atau tempat.
Baca juga: 5 Lukisan Termahal Karya Seniman Wassily Kandinsky, Bapak Seni Abstrak Dunia
Tetapi, ada beberapa keintiman dan kenangan yang secara tidak sadar dipilih, yang bertahan dalam pikiran dan akhirnya membawa seseorang pada pemahaman baru tentang hubungannya dengan suatu tempat atau bangunan. Hal itulah yang dieksplorasi dalam karya-karya Yim.
"Refleksinya pada kenangan masa kecil ini adalah arsip fisik dan tak terlihat dari sejarah kotanya, yang mungkin tidak bisa ditelusuri dari pusat arsip atau film dokumenter apapun," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Permenungan inilah yang setidaknya tertangkap dalam pameran tunggal seniman asal Malaysia Yim Yen Sum bertajuk The Shade of Translucency. Karyanya mengeksplorasi gagasan seputar rumah atau ruang yang melintasi narasi sejarah yang berbeda-beda.
Baca juga: Seniman Gogor Purwoko Gelar Pameran di Galeri Nasional, Tampilkan Karya Abstrak Geometris
Ruang di bawah pengaruh kolonial, konteks politik, bencana alam, hingga pertumbuhan ekonomi. Eksplorasi tentang pergeseran makna ruang ini dilakukannya seringkali berangkat dari kacamata otobiografi atau dari pengalamannya sendiri.
Seperti karyanya dalam The Shade of Translucency yang berangkat dari memori masa kecilnya di Kuala Lumpur pada tahun 1990-an tentang bangunan-bangunan tua yang hancur akibat perkembangan kota. Salah satu bangunan yang begitu membekas diingatannya adalah Razak Mansion, bangunan perumahan murah yang dibangun pada 1962.
Melalui instalasinya yang terdiri dari banyak kain kasa yang disambung, dia mencoba membangun kembali struktur bersejarah ini, menyatukan dan memadukannya dengan jenis kain lain, serupa dia mengumpulkan kembali memori dan kenangan masa kecilnya.
Pameran tunggal The Shade of Translucency dari Yim Yen Sum di ajang Art Jakarta Gardens 2023 (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
Yim Yen Sum mengatakan dalam karyanya ini, dia berusaha menggambar elemen arsitektur yang lekat dalam memori masa kecilnya, dan merekonstruksinya dalam kain hitam. Kain halus yang disambung dengan hati-hati dan telaten berikut visualisasi bangunan kota yang memanjang adalah simbol ketegangan yang dia rasakan saat tumbuh dewasa.
"Kehidupan saya dikelilingi oleh kota yang berubah dengan cepat yang berakar pada kemajuan dan kehancuran secara bersamaan. Ini adalah cara saya melestarikan kenangan dan kehangatan dari masa lalu," katanya.
Yim Yen Sum (Sumber gambar: Yim Yen Sum Official Instagram)
"Saya suka mengulang karya seni unit kecil dalam format besar, karena struktur utuh seperti ini memungkinkan kita merasakan proses kehidupan, membuat kita ingin lebih dekat dengannya," kata seniman berusia 35 tahun itu.
Ke depan, Yim akan terus mengeksplorasi tentang budayanya dan keterkaitannya dengan lingkungan dan manusia. Dia berharap dengan karya-karya instalasinya bisa menjembatani dan menghubungkan orang-orang dengan kota atau lingkungan dan budayanya.
Kurator Alia Swastika mengatakan karya instalasi Yim menyadarkan manusia yang seringkali tenggelam dalam perubahan ruang dan tempat yang cepat, sehingga acapkali tidak ingat semua tempat yang pernah dilalui dan perubahan fisik yang terjadi pada sebuah bangunan atau tempat.
Baca juga: 5 Lukisan Termahal Karya Seniman Wassily Kandinsky, Bapak Seni Abstrak Dunia
Tetapi, ada beberapa keintiman dan kenangan yang secara tidak sadar dipilih, yang bertahan dalam pikiran dan akhirnya membawa seseorang pada pemahaman baru tentang hubungannya dengan suatu tempat atau bangunan. Hal itulah yang dieksplorasi dalam karya-karya Yim.
"Refleksinya pada kenangan masa kecil ini adalah arsip fisik dan tak terlihat dari sejarah kotanya, yang mungkin tidak bisa ditelusuri dari pusat arsip atau film dokumenter apapun," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.