Tren Slow Travel, Cek Definisi & Manfaatnya Yuk!
03 March 2023 |
09:42 WIB
Tren wisata berubah seiring waktu, terutama setelah peristiwa pandemi Covid-19. Mungkin dahulu mengunjungi berbagai destinasi dalam satu waktu menjadi pilihan, tetapi kini banyak yang melakukan perjalanan wisata dengan lebih santai untuk mengeksplorasi satu atau beberapa tempat saja.
Disebut slow tourism atau slow travel, tren ini terinspirasi oleh gerakan slow food yang berkembang sebagai protes atas pembukaan restoran cepat saji di Roma, tepat di sebelah Spanish Steps, pada 1986. Mengutip Booking.com, slow food dirancang untuk mempromosikan makanan lokal, tradisional, dan diperluas ke cara makanan disajikan hingga bagaimana makanan itu diproduksi.
Ketika dunia menjadi semakin terhubung dan penerbangan menjadi lebih pendek, beberapa pelancong mulai mengadaptasi gerakan itu dengan menciptakan perjalanan yang lambat.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Culture Shock saat Traveling, Jangan Takut saat Berada di Tempat Asing
Dickinson dan Lumsdon (2010) mendefinisikan slow tourism sebagai bepergian ke tujuan lebih lambat melalui darat, tinggal lebih lama, dan lebih sedikit perjalanan. Slow tourism menggabungkan perjalanan ke suatu tujuan sebagai sebuah pengalaman dan begitu sampai, wisatawan meluangkan waktu untuk menjelajahi sejarah dan budaya lokal, serta mendukung lingkungan.
Sementara itu, ahli geografi ekonomi Rafael Matos-Wasem, menyebut hakikat slow tourism atau slow travel adalah meluangkan waktu dan melekat pada tempat di tempat tujuan. Gerakan ini diyakini berdampak positif terhadap lingkungan sosial dan ekonomi di destinasi tujuan.
Setidaknya ada beberapa jenis slow travel. Di antaranya yakni backpacking, perjalanan darat, ikut bisnis perjalanan, menjadi relawan pariwisata, mengunjungi teman atau kerabat, mendaki, dan bersepeda.
Mengobrol dengan warga setempat bisa membantu kamu menemukan hidden gem untuk berpetualang lebih seru dan menyenangkan. Lupakan perencanaan atau peta yang ketat. Alih-alih mencoba menjejalkan sebanyak mungkin pengalaman ke dalam liburan, selektiflah dan manfaatkan pengalaman yang kamu pilih.
Halaman selanjutnya: Hemat hingga Mengurangi Jejak Karbon
Disebut slow tourism atau slow travel, tren ini terinspirasi oleh gerakan slow food yang berkembang sebagai protes atas pembukaan restoran cepat saji di Roma, tepat di sebelah Spanish Steps, pada 1986. Mengutip Booking.com, slow food dirancang untuk mempromosikan makanan lokal, tradisional, dan diperluas ke cara makanan disajikan hingga bagaimana makanan itu diproduksi.
Ketika dunia menjadi semakin terhubung dan penerbangan menjadi lebih pendek, beberapa pelancong mulai mengadaptasi gerakan itu dengan menciptakan perjalanan yang lambat.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Culture Shock saat Traveling, Jangan Takut saat Berada di Tempat Asing
Dickinson dan Lumsdon (2010) mendefinisikan slow tourism sebagai bepergian ke tujuan lebih lambat melalui darat, tinggal lebih lama, dan lebih sedikit perjalanan. Slow tourism menggabungkan perjalanan ke suatu tujuan sebagai sebuah pengalaman dan begitu sampai, wisatawan meluangkan waktu untuk menjelajahi sejarah dan budaya lokal, serta mendukung lingkungan.
Sementara itu, ahli geografi ekonomi Rafael Matos-Wasem, menyebut hakikat slow tourism atau slow travel adalah meluangkan waktu dan melekat pada tempat di tempat tujuan. Gerakan ini diyakini berdampak positif terhadap lingkungan sosial dan ekonomi di destinasi tujuan.
Setidaknya ada beberapa jenis slow travel. Di antaranya yakni backpacking, perjalanan darat, ikut bisnis perjalanan, menjadi relawan pariwisata, mengunjungi teman atau kerabat, mendaki, dan bersepeda.
Manfaat Slow Travel
Sementara itu, ada sejumlah manfaat yang bisa kamu dapatkan ketika melakukan slow travel atau slow tourism. Mulai dari menikmati perjalanan dengan petualangan seru hingga menghemat uang, berikut lima manfaat slow tourism yang dirangkum Hypeabis.id dari berbagai sumber.1. Nikmati Perjalanan & Petualangan
Inti dari slow travel adalah menikmati perjalanan dan mengeksplorasi destinasi wisata yang dituju. Akan lebih seru ketika pelancong mencari permata tersembunyi dengan berjalan menelusuri lokasi di sekitar, mencoba masakan tradisional, mengunjungi pasar lokal, mempelajari keterampilan baru, hingga melihat bentuk seni asli di daerah tersebut.Mengobrol dengan warga setempat bisa membantu kamu menemukan hidden gem untuk berpetualang lebih seru dan menyenangkan. Lupakan perencanaan atau peta yang ketat. Alih-alih mencoba menjejalkan sebanyak mungkin pengalaman ke dalam liburan, selektiflah dan manfaatkan pengalaman yang kamu pilih.
Halaman selanjutnya: Hemat hingga Mengurangi Jejak Karbon
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.