Apa Itu Sindrom Tourette yang Diderita Penyanyi Lewis Capaldi?
28 February 2023 |
15:42 WIB
Sindrom Tourette atau Tourette syndrome menjadi perbincangan netizen di dunia maya, setelah penyanyi Lewis Capaldi mengalaminya ketika sedang bernyanyi di atas panggung, pada 21 Februari lalu di Frankfurt, Jerman. Saat itu, sang musisi mengalami gerak berulang.
Berdasarkan laman Centers for Disease Control and Prevention, sindrom ini adalah suatu kondisi sistem saraf yang menyebabkan sesorang mengalami tics, yakni mengalami kedutan, gerakan, atau suara tiba-tiba yang dilakukan oleh penderita secara berulang kali. Orang yang memiliki tics tidak dapat menghentikan tubuhnya tersebut.
Baca juga: Gangguan Saraf Mengintai Millenial & Gen Z, Simak Cara Pengobatannya
Selain itu, individu yang mengalami tics sedikit mengalami cegukan. Saat itu, seseorang mungkin tidak ingin cegukan. Namun, tubuh tetap melakukannya.
Terkadang orang dapat menghentikan diri sendiri melakukan tics tertentu untuk sementara waktu. Namun, pada akhirnya mereka akan mengalaminya karena hal itu sulit dilakukan.
Saat ini terdapat dua jenis tics yang dialami oleh penderita sindrom tourette, yaitu motorik dan vokal. Untuk motorik, biasanya berkaitan dengan gerak tubuh. Misalnya, penderita melakukan gerakan berulang seperti berkedip, mengangkat bahu, dan menyentak lengan. Adapun, vokal, umumnya ditandai dengan gejala bersenandung, berdehem, atau meneriakkan kata atau frasa tertentu.
Di samping itu, tics yang terjadi terhadap penderita bisa sederhana atau kompleks. Kondisi sederhana hanya melibatkan beberapa bagian tubuh, seperti meyipitkan mata atau mengendus.
Sementara itu, keadaan yang kompkes biasanya melibatkan beberapa bagian tubuh yang berbeda dan dapat memiliki pola. Contoh kondisi tics kompleks adalah individu yang menderita sindrom tersebut mengayun-ayunkan kepala sambil menyentak lengan, lalu melompat.
Jenis tics dan seberapa sering seseorang mengalaminya banyak berubah dari waktu ke waktu. Kondisi sindrom seseorang dianggap kronis saat gejala tics muncul, hilang, dan muncul kembali.
Dalam kebanyakan kasus, tics berkurang selama masa remaja dan awal masa dewasa dan terkadang hilang sama sekali. Namun, banyak orang dengan sindrom ini mengalami tics hingga dewasa tics bisa menjadi lebih buruk saat dewasa pada beberapa kasus.
Gejala sindrom tourette biasanya dimulai saat anak berusia dari 5 sampai 10 tahun. Gejala pertama yang sering muncul, yakni tics motorik yang terjadi di aera kepala dan leher. Kondisi ini akan lebih buruk pada kondisi ketika penderita stres atau bergairah dan membaik saat tenang atau fokus pada suatu aktivitas.
CDC menuliskan tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis sindrome ini. Profesional kesehatan melihat dari gejala yang dialami oleh seseorang untuk mendiganosa TS dan gangguan tics lainnya, berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Profesional kesehatan dapat mendiganosa sindrom ini jika seseorang memiliki tics motorik, vokal, dan gejala selama setidaknya satu tahun.
Sementara itu, ada perawatan yang tersedia untuk membantu mengatasi tics yang dialami oleh penderita TS, meskipun tidak ada obat untuknya.
Pada saat ini, banyak orang penderita sindrom yang mengalami tics tidak mengganggu sehingga tidak memerlukan perawatan apa pun.
“Namun, pengobatan dan perawatan perilaku tersedia jika tics menyebabkan rasa sakit atau cedera; mengganggu sekolah, pekerjaan, atau kehidupan sosial; atau menyebabkan stres,” tulis CDC.
Kemudian, sindrom tourette juga sering terjadi dengan kondisi lain. Sebagian besar penderita sindrom ini juga didiangonis dengan setidaknya satu gangguan mental, perilaku, atau gangguan seperti attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), kecemasan, atau obsessive-compulsive disorder (OCD).
CDC menuliskan penting bagi seseorang dengan sindrom ini untuk mengetahui apakah memiliki kondisi lain atau tidak agar mendapatkan perawatan dengan benar.
Baca juga: Tren Kesehatan 2023: Ancaman Deretan Penyakit pada 2023, HIV/AIDS Bisa Outbreak
Editor: Dika Irawan
Berdasarkan laman Centers for Disease Control and Prevention, sindrom ini adalah suatu kondisi sistem saraf yang menyebabkan sesorang mengalami tics, yakni mengalami kedutan, gerakan, atau suara tiba-tiba yang dilakukan oleh penderita secara berulang kali. Orang yang memiliki tics tidak dapat menghentikan tubuhnya tersebut.
Baca juga: Gangguan Saraf Mengintai Millenial & Gen Z, Simak Cara Pengobatannya
@katharina.shry we support you!! @Lewis Capaldi #konzert #frankfurt #lewiscapalditour #foryou #fyp ? Originalton -
Terkadang orang dapat menghentikan diri sendiri melakukan tics tertentu untuk sementara waktu. Namun, pada akhirnya mereka akan mengalaminya karena hal itu sulit dilakukan.
Saat ini terdapat dua jenis tics yang dialami oleh penderita sindrom tourette, yaitu motorik dan vokal. Untuk motorik, biasanya berkaitan dengan gerak tubuh. Misalnya, penderita melakukan gerakan berulang seperti berkedip, mengangkat bahu, dan menyentak lengan. Adapun, vokal, umumnya ditandai dengan gejala bersenandung, berdehem, atau meneriakkan kata atau frasa tertentu.
Di samping itu, tics yang terjadi terhadap penderita bisa sederhana atau kompleks. Kondisi sederhana hanya melibatkan beberapa bagian tubuh, seperti meyipitkan mata atau mengendus.
Sementara itu, keadaan yang kompkes biasanya melibatkan beberapa bagian tubuh yang berbeda dan dapat memiliki pola. Contoh kondisi tics kompleks adalah individu yang menderita sindrom tersebut mengayun-ayunkan kepala sambil menyentak lengan, lalu melompat.
Jenis tics dan seberapa sering seseorang mengalaminya banyak berubah dari waktu ke waktu. Kondisi sindrom seseorang dianggap kronis saat gejala tics muncul, hilang, dan muncul kembali.
Dalam kebanyakan kasus, tics berkurang selama masa remaja dan awal masa dewasa dan terkadang hilang sama sekali. Namun, banyak orang dengan sindrom ini mengalami tics hingga dewasa tics bisa menjadi lebih buruk saat dewasa pada beberapa kasus.
Gejala sindrom tourette biasanya dimulai saat anak berusia dari 5 sampai 10 tahun. Gejala pertama yang sering muncul, yakni tics motorik yang terjadi di aera kepala dan leher. Kondisi ini akan lebih buruk pada kondisi ketika penderita stres atau bergairah dan membaik saat tenang atau fokus pada suatu aktivitas.
CDC menuliskan tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis sindrome ini. Profesional kesehatan melihat dari gejala yang dialami oleh seseorang untuk mendiganosa TS dan gangguan tics lainnya, berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Profesional kesehatan dapat mendiganosa sindrom ini jika seseorang memiliki tics motorik, vokal, dan gejala selama setidaknya satu tahun.
Sementara itu, ada perawatan yang tersedia untuk membantu mengatasi tics yang dialami oleh penderita TS, meskipun tidak ada obat untuknya.
Pada saat ini, banyak orang penderita sindrom yang mengalami tics tidak mengganggu sehingga tidak memerlukan perawatan apa pun.
“Namun, pengobatan dan perawatan perilaku tersedia jika tics menyebabkan rasa sakit atau cedera; mengganggu sekolah, pekerjaan, atau kehidupan sosial; atau menyebabkan stres,” tulis CDC.
Kemudian, sindrom tourette juga sering terjadi dengan kondisi lain. Sebagian besar penderita sindrom ini juga didiangonis dengan setidaknya satu gangguan mental, perilaku, atau gangguan seperti attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), kecemasan, atau obsessive-compulsive disorder (OCD).
CDC menuliskan penting bagi seseorang dengan sindrom ini untuk mengetahui apakah memiliki kondisi lain atau tidak agar mendapatkan perawatan dengan benar.
Baca juga: Tren Kesehatan 2023: Ancaman Deretan Penyakit pada 2023, HIV/AIDS Bisa Outbreak
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.