Kelas Filsafat Salihara Hadir Lagi, Telusuri Jejak Pemikiran Filsuf Plato
15 February 2023 |
11:16 WIB
Dalam tradisi filsafat modern, filsafat Yunani klasik adalah sumber atau asal-muasal terpenting. Hampir seluruh puncak filsafat Barat hari ini bisa ditelusuri asal-muasalnya atau dikembalikan ke tradisi filsafat Yunani klasik. Salah satu filsuf dari era Yunani klasik yang terpenting adalah Platon atau yang lebih dikenal dengan nama Plato.
Plato adalah pemikir kuno, berasal dari 2500 tahun yang lalu yang telah ditafsirkan oleh banyak filsuf dari berbagai era tidak terkecuali oleh para filsuf Prancis kontemporer. Untuk menelusuri sekaligus mempelajari pemikiran-pemikiran filsuf Plato, Komunita Salihara akan menggelar kembali Kelas Filsafat Salihara pada tahun ini.
Baca juga: 5 Pertunjukan Spesial Bakal Dipentaskan di Salihara Helateater 2023
Kurator Edukasi dan Gagasan Komunitas Salihara, Zen Hae mengatakan perspektif filsuf Prancis yang menjadi tema dalam Kelas Filsafat kali ini diambil sebagai bentuk pemanasan dari program Literature and Ideas Festival (LIFEs) yang akan diadakan Agustus 2023 mendatang. LIFEs tahun ini akan mengangkat tema “Frankofon”, sebuah istilah yang digunakan untuk negara-negara penutur bahasa Prancis.
Meski baru berlangsung pada Agustus, katanya, sejak awal tahun Komunitas Salihara sudah merancang sejumlah program yang bisa disebut sebagai semacam 'pemanasan' atas festival nanti, salah satunya dengan menggelar Kelas Filsafat bertema Filsuf Prancis Menafsir Platon.
"Kelas ini akan mencoba memahami bagaimana filsuf kontemporer Prancis membahas pascamodernisme, pascastrukturalisme, historiografi, studi Islam, sastra dan feminisme," katanya dalam keterangan resminya.
Kelas Filsafat ini akan diselenggarakan secara daring setiap Sabtu pada Maret 2023 dalam empat pertemuan yang diampu oleh A. Setyo Wibowo untuk pertemuan 1-3 dan Anugrah Bayu pada pertemuan ke-4. A. Setyo Wibowo
adalah dosen tetap di STF Driyarkara. Dia meraih Baccalaureat Teologi di Universitas Gregoriana, Roma, Italia pada 1999.
Dia juga telah menyelesaikan studi Filsafat S2, DEA dan S3 di Université Paris-1, Panthéon-Sorbonne, Paris, Prancis pada 2000-2007. Beberapa buku termutakhirnya antara lain Paideia: Filsafat Pendidikan-Politik Platon (2017), Gaya Filsafat Nietzsche (2017), dan Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme (2019).
Sementara Anugrah Bayu adalah seorang peminat filsafat yang menyelesaikan studi S1 dan S2 di STF Driyarkara. Bekerja sebagai penerjemah, dia juga merupakan salah satu pengajar program Philosophy Underground di Komunitas Utan Kayu.
Pada pertemuan pertama, Kelas Filsafat akan membahas mengenai Plato yang ditafsir oleh filsuf Alain Badiou. Alain Badiou menerjemahkan Politeia Plato ke dalam bahasa Prancis (The Republique) yang dianggap nyleneh. Zen memberikan contoh misalnya gambaran tentang Alegori Goa tiba-tiba menjadi kisah mengenai Gedung Bioskop.
"Namun isi tafsiran Badiou atas politik Plato di The Republique tetap menarik, filsuf raja bukanlah realitas, melainkan ide untuk dipikirkan," ujarnya.
Adapun, pada pertemuan kedua, kelas akan membahas mengenai pandangan dari Jacques Derrida. Pemikiran Derrida tentang Difference yang unik bisa diberi gambaran jelas di teks Plato berjudul Timaios tentang khôra, genus ketiga di antara yang inderawi dan yang intelligible.
Derrida sendiri menulis sebuah analisis menarik atas teks Timaios ini. Derrida juga menulis analisis menarik tentang buku Platon berjudul Phaidros. Di situ, pharmakon, yang tidak bisa diterjemahkan, adalah gambaran jenis ketiga di luar oposisi biner yang mencirikan metafisika barat.
Selanjutnya, kelas juga akan menelusuri pemikiran Jacques Rancière, seorang pemikir demokrasi kontemporer. Dia menengarai rezim politik Plato sebagai archipolitique sebuah cara berpolitik yang dilandaskan pada prinsip tertentu yaitu pengetahuan.
Alih-alih mengemansipasi rakyat, model pengetahuan sebagaimana dipraktikkan Socrates, justru dianggap mengekalkan pembodohan. Dalam bidang seni, rezim archipolitique menekankan fungsi etis seni bagi masyarakat, sehingga seni dalam arti sebenarnya tidak muncul.
Sementara untuk jadwal terakhir, kelas akan melihat pandangan Emmanuel Levinas terhadap Platon. Dalam pertemuan ini, kelas akan membahas Relasi etis dengan Liyan (l’Autre) yang mencoba dipahami lewat alegori Goa di mana Plato membicarakan The Good (kebaikan) yang melampaui pengetahuan.
Baca juga: Salihara Jazz Buzz Hadir Lagi, Suguhkan Pertunjukan Musik Jazz yang Baru
Adapun, Kelas Filsafat Salihara akan berlangsung setiap Sabtu pada 4, 11, 18, dan 25 Maret 2023 pukul 14:00 WIB. Kelas akan digelar secara hibrida, baik secara luring di Komunitas Salihara, Utan Kayu, Jakarta maupun daring melalui Zoom Webinar.
Editor: Fajar Sidik
Plato adalah pemikir kuno, berasal dari 2500 tahun yang lalu yang telah ditafsirkan oleh banyak filsuf dari berbagai era tidak terkecuali oleh para filsuf Prancis kontemporer. Untuk menelusuri sekaligus mempelajari pemikiran-pemikiran filsuf Plato, Komunita Salihara akan menggelar kembali Kelas Filsafat Salihara pada tahun ini.
Baca juga: 5 Pertunjukan Spesial Bakal Dipentaskan di Salihara Helateater 2023
Kurator Edukasi dan Gagasan Komunitas Salihara, Zen Hae mengatakan perspektif filsuf Prancis yang menjadi tema dalam Kelas Filsafat kali ini diambil sebagai bentuk pemanasan dari program Literature and Ideas Festival (LIFEs) yang akan diadakan Agustus 2023 mendatang. LIFEs tahun ini akan mengangkat tema “Frankofon”, sebuah istilah yang digunakan untuk negara-negara penutur bahasa Prancis.
Meski baru berlangsung pada Agustus, katanya, sejak awal tahun Komunitas Salihara sudah merancang sejumlah program yang bisa disebut sebagai semacam 'pemanasan' atas festival nanti, salah satunya dengan menggelar Kelas Filsafat bertema Filsuf Prancis Menafsir Platon.
"Kelas ini akan mencoba memahami bagaimana filsuf kontemporer Prancis membahas pascamodernisme, pascastrukturalisme, historiografi, studi Islam, sastra dan feminisme," katanya dalam keterangan resminya.
Kelas Filsafat ini akan diselenggarakan secara daring setiap Sabtu pada Maret 2023 dalam empat pertemuan yang diampu oleh A. Setyo Wibowo untuk pertemuan 1-3 dan Anugrah Bayu pada pertemuan ke-4. A. Setyo Wibowo
adalah dosen tetap di STF Driyarkara. Dia meraih Baccalaureat Teologi di Universitas Gregoriana, Roma, Italia pada 1999.
Dia juga telah menyelesaikan studi Filsafat S2, DEA dan S3 di Université Paris-1, Panthéon-Sorbonne, Paris, Prancis pada 2000-2007. Beberapa buku termutakhirnya antara lain Paideia: Filsafat Pendidikan-Politik Platon (2017), Gaya Filsafat Nietzsche (2017), dan Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme (2019).
Sementara Anugrah Bayu adalah seorang peminat filsafat yang menyelesaikan studi S1 dan S2 di STF Driyarkara. Bekerja sebagai penerjemah, dia juga merupakan salah satu pengajar program Philosophy Underground di Komunitas Utan Kayu.
Pada pertemuan pertama, Kelas Filsafat akan membahas mengenai Plato yang ditafsir oleh filsuf Alain Badiou. Alain Badiou menerjemahkan Politeia Plato ke dalam bahasa Prancis (The Republique) yang dianggap nyleneh. Zen memberikan contoh misalnya gambaran tentang Alegori Goa tiba-tiba menjadi kisah mengenai Gedung Bioskop.
"Namun isi tafsiran Badiou atas politik Plato di The Republique tetap menarik, filsuf raja bukanlah realitas, melainkan ide untuk dipikirkan," ujarnya.
Adapun, pada pertemuan kedua, kelas akan membahas mengenai pandangan dari Jacques Derrida. Pemikiran Derrida tentang Difference yang unik bisa diberi gambaran jelas di teks Plato berjudul Timaios tentang khôra, genus ketiga di antara yang inderawi dan yang intelligible.
Derrida sendiri menulis sebuah analisis menarik atas teks Timaios ini. Derrida juga menulis analisis menarik tentang buku Platon berjudul Phaidros. Di situ, pharmakon, yang tidak bisa diterjemahkan, adalah gambaran jenis ketiga di luar oposisi biner yang mencirikan metafisika barat.
Selanjutnya, kelas juga akan menelusuri pemikiran Jacques Rancière, seorang pemikir demokrasi kontemporer. Dia menengarai rezim politik Plato sebagai archipolitique sebuah cara berpolitik yang dilandaskan pada prinsip tertentu yaitu pengetahuan.
Alih-alih mengemansipasi rakyat, model pengetahuan sebagaimana dipraktikkan Socrates, justru dianggap mengekalkan pembodohan. Dalam bidang seni, rezim archipolitique menekankan fungsi etis seni bagi masyarakat, sehingga seni dalam arti sebenarnya tidak muncul.
Sementara untuk jadwal terakhir, kelas akan melihat pandangan Emmanuel Levinas terhadap Platon. Dalam pertemuan ini, kelas akan membahas Relasi etis dengan Liyan (l’Autre) yang mencoba dipahami lewat alegori Goa di mana Plato membicarakan The Good (kebaikan) yang melampaui pengetahuan.
Baca juga: Salihara Jazz Buzz Hadir Lagi, Suguhkan Pertunjukan Musik Jazz yang Baru
Adapun, Kelas Filsafat Salihara akan berlangsung setiap Sabtu pada 4, 11, 18, dan 25 Maret 2023 pukul 14:00 WIB. Kelas akan digelar secara hibrida, baik secara luring di Komunitas Salihara, Utan Kayu, Jakarta maupun daring melalui Zoom Webinar.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.