Angkat Tema Sagara dari Timur, Indonesia Fashion Week 2023 Bakal Eksplorasi Wastra Gorontalo
15 February 2023 |
19:24 WIB
Indonesia Fashion Week (IFW) 2023 siap digelar pada 22-26 Februari 2023 di Jakarta Convention Center Senayan, Jakarta. Mengangkat tema Sagara dari Timur, pameran yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini akan fokus pada wastra Gorontalo.
Ketua Umum APPMI Poppy Dharsono menuturkan, Gorontalo terkenal dengan kain Karawo yang memiliki corak menarik, serta memiliki nilai historis di baliknya. Kain ini sudah ada sejak masa penjajahan Portugis. Dengan berbagai kelebihan itu, dia melihat bahwa kain ini dapat dieksplorasi menjadi berbagai produk fesyen.
Baca juga: Menengok Kemeriahan IFW 2022 di Sini
“Menurut saya, pengrajin Kain Karawo sudah punya keterampilan luar biasa. Hanya, mereka masih meletakkannya di atas kain dan kebanyakan belum menjadi produk fashion, kan sayang sekali ya. Makanya kita ingin menggemakan wasta Gorontalo ini di event nasional,” jelas Poppy kepada Hypeabis.id.
Terkait konsep Sagara dari Timur, Poppy mengatakan wilayah Timur Indonesia memiliki banyak keindahan nuansa laut mulai dari keindahan antai, hingga eksotisnya bawha lautan. “Kita ambil konsep kemaritimannya secara umum tentang bagaimana mereka menuangkan keindahan laut Timur ke dalam produk fashion,” ungkap Poppy.
Lebih dari 500 desainer berkompetisi dengan tema Karawu Gorontalo untuk mengeksplorasi kain ini menjadi kebutuhan fashion. Sebanyak 20 desainer terpilih akan menamilkan karya mereka di IFW 2023 yang dibagi menjadi empat show setiap harinya. Mereka akan menayangkan Sagara atau kemaritiman Indonesia mulai dari mutiara dan nuansa lautannya.
Tahun ini, IFW juga menghadirkan banyak desainer dari kalangan milenial dan Gen Z. Ada banyak desainer baru yang bersaing untuk menerapkan keindahan motif Karawu dengan tetap memperhatikan isu lingkungan. Untuk itu, sustainable product masih menjadi hal penting yang dipandang IFW dalam memilih pada desainer yang tampil.
“Mereka punya visi dan misi yang berbeda, sehingga kita fasilitasi mereka untuk membuat ragam busana yang keren dan tetap memperhatikan lingkungan. Kita turut menyukseskan program yang didukung United Nations soal sustainable development goals,” kata Poppy.
Baca juga: Intip Tren Modest Fashion 2023
Apalagi, saat ini sektor fashion merupakan penyumbang limbah kedua yang mengoroti dunia, setelah minyak dan gas. Maka APPMI sangat mendorong desainer untuk memperhatikan hal ini.
Untuk kalian ketahui, IFW 2023 akan menjadi ajang unjuk gigi perwakilan APPMI di daerah. Mereka akan menampilkan produk unggulan dari perwakilan asosiasi itu di daerah. Tercatat, APPMI sudah menyebar di 16 daerah di Indonesia. Menjelang IFW tahun ini, mereka berencana melantik empan daerah perwakilan lagi, hingga nantinya ada total 20 perwakilan yang melenggang di panggung IFW 2023 mewakili provinsi.
Poppy menuturkan bahwa setiap perwakilan daerah harus mampu mengeksplorasi produk heritage untuk ditransformasikan menjadi produk fashion. Sebagai asosiasi, pihaknya pun akan banyak menggaet pengrajin dan bekerja sama dengan Dekranasda Provinsi setempat.
“Perlu diketahui bahwa orang-orang luar itu sangat menghargai karya handmade, dan kita sudah banyak mengembangkan itu. Maka dari itu, hal ini sangat potensial untuk meroket ke pasar global. Terus terang saja, orang Eropa dan Amerika sangat respect dengan pekerjaan full handmade,” kata Sonny.
Apalagi, dalam pandangan Sonny, Indonesia punya banyak antropologi yang terkait dengan dunia fashion. Hal ini menjadi semacam latar belakang dengan identitas yang kuat untuk dinikmati pasar global. “Kita sudah punya kain 3.500 tahun yang lalu, tinggal kita saja mau atau tidaknya mendorong identitas kita bersaing dengan pasar global,” jelas Sonny.
Baca juga: Tren Sustainable Fashion, Zero Waste Kian Jadi Perhatian Para Desainer
Editor: Dika Irawan
Ketua Umum APPMI Poppy Dharsono menuturkan, Gorontalo terkenal dengan kain Karawo yang memiliki corak menarik, serta memiliki nilai historis di baliknya. Kain ini sudah ada sejak masa penjajahan Portugis. Dengan berbagai kelebihan itu, dia melihat bahwa kain ini dapat dieksplorasi menjadi berbagai produk fesyen.
Baca juga: Menengok Kemeriahan IFW 2022 di Sini
“Menurut saya, pengrajin Kain Karawo sudah punya keterampilan luar biasa. Hanya, mereka masih meletakkannya di atas kain dan kebanyakan belum menjadi produk fashion, kan sayang sekali ya. Makanya kita ingin menggemakan wasta Gorontalo ini di event nasional,” jelas Poppy kepada Hypeabis.id.
Terkait konsep Sagara dari Timur, Poppy mengatakan wilayah Timur Indonesia memiliki banyak keindahan nuansa laut mulai dari keindahan antai, hingga eksotisnya bawha lautan. “Kita ambil konsep kemaritimannya secara umum tentang bagaimana mereka menuangkan keindahan laut Timur ke dalam produk fashion,” ungkap Poppy.
Lebih dari 500 desainer berkompetisi dengan tema Karawu Gorontalo untuk mengeksplorasi kain ini menjadi kebutuhan fashion. Sebanyak 20 desainer terpilih akan menamilkan karya mereka di IFW 2023 yang dibagi menjadi empat show setiap harinya. Mereka akan menayangkan Sagara atau kemaritiman Indonesia mulai dari mutiara dan nuansa lautannya.
Tahun ini, IFW juga menghadirkan banyak desainer dari kalangan milenial dan Gen Z. Ada banyak desainer baru yang bersaing untuk menerapkan keindahan motif Karawu dengan tetap memperhatikan isu lingkungan. Untuk itu, sustainable product masih menjadi hal penting yang dipandang IFW dalam memilih pada desainer yang tampil.
“Mereka punya visi dan misi yang berbeda, sehingga kita fasilitasi mereka untuk membuat ragam busana yang keren dan tetap memperhatikan lingkungan. Kita turut menyukseskan program yang didukung United Nations soal sustainable development goals,” kata Poppy.
Baca juga: Intip Tren Modest Fashion 2023
Apalagi, saat ini sektor fashion merupakan penyumbang limbah kedua yang mengoroti dunia, setelah minyak dan gas. Maka APPMI sangat mendorong desainer untuk memperhatikan hal ini.
Untuk kalian ketahui, IFW 2023 akan menjadi ajang unjuk gigi perwakilan APPMI di daerah. Mereka akan menampilkan produk unggulan dari perwakilan asosiasi itu di daerah. Tercatat, APPMI sudah menyebar di 16 daerah di Indonesia. Menjelang IFW tahun ini, mereka berencana melantik empan daerah perwakilan lagi, hingga nantinya ada total 20 perwakilan yang melenggang di panggung IFW 2023 mewakili provinsi.
Poppy menuturkan bahwa setiap perwakilan daerah harus mampu mengeksplorasi produk heritage untuk ditransformasikan menjadi produk fashion. Sebagai asosiasi, pihaknya pun akan banyak menggaet pengrajin dan bekerja sama dengan Dekranasda Provinsi setempat.
Pasar Global
Terlepas dari tampilnya wastra Indonesia di kelas nasional, APPMI juga turut mendorong bagaimana produk-produk itu dipasarkan hingga kancah global. Pengamat fesyen, Sonny Muchlison menilai pasar global sangat potensial untuk produk kerajinan Indonesia. Termasuk wastra. Menurutnya, membawa wastra Indonesia tetap dengan akarnya melalui produk buatan tangan bisa membuat kerajinan dan fashion Indonesia semakin disorot.“Perlu diketahui bahwa orang-orang luar itu sangat menghargai karya handmade, dan kita sudah banyak mengembangkan itu. Maka dari itu, hal ini sangat potensial untuk meroket ke pasar global. Terus terang saja, orang Eropa dan Amerika sangat respect dengan pekerjaan full handmade,” kata Sonny.
Apalagi, dalam pandangan Sonny, Indonesia punya banyak antropologi yang terkait dengan dunia fashion. Hal ini menjadi semacam latar belakang dengan identitas yang kuat untuk dinikmati pasar global. “Kita sudah punya kain 3.500 tahun yang lalu, tinggal kita saja mau atau tidaknya mendorong identitas kita bersaing dengan pasar global,” jelas Sonny.
Baca juga: Tren Sustainable Fashion, Zero Waste Kian Jadi Perhatian Para Desainer
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.