Hidangan makanan khas Gorontalo yang terdiri dari nasi kuning, Tili’aya, telur rebus, dan pisang. (Dok. Zahra Khan/bakulgoronto)

Ini 4 Fakta Sejarah & Budaya Kuliner Gorontalo

18 December 2021   |   05:30 WIB

Masakan khas Sulawesi merupakan masakan yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan masakan-masakan lain di beberapa wilayah di Indonesia. Jika selama ini Genhype lebih familiar dengan masakan khas Manado yang banyak buka di luar Sulawesi, ada satu kawasan yang memiliki kuliner khas yang enggak kalah menarik: Gorontalo.

Layaknya kuliner khas Indonesia secara keseluruhan, kuliner Gorontalo memiliki ciri khas dalam segi pengaruh maupun pemaknaan makanan sebagai sesuatu yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan manusia mulai dari kelahiran hingga kematian.

Yuk kenalan dengan empat fakta makanan khas Gorontalo sebagaimana disampaikan oleh food anthropologist Seto Nurseto dan pelaku UMKM Bakul Goronto Zahra Khan.

1. Kuatnya pengaruh budaya Arab
Masakan Indonesia secara umum memang memiliki pengaruh budaya dari beberapa negara seperti Arab, China, Portugis, dan Belanda yang menyebar di beberapa wilayah dan daerah di Indonesia. Menurut Seto, ini juga memengaruhi provinsi Gorontalo terutama kulinernya.

"Pengaruh Islam dalam kuliner Gorontalo sangat kuat. Yang menarik, kuliner menjadi identitas pembeda antara Gorontalo dan etnis lain yang menjadi tetangganya, misalnya Minahasa. Karena kepercayaan yang berbeda, bahan pangan yang digunakan jadi berbeda. Jika etnis Minahasa mengonsumsi daging babi, etnis Gorontalo mengonsumsi daging sapi," jelasnya.

Pengaruh ini terlihat dari penggunaan beberapa rempah beraroma seperti kayu manis, jinten, dan ketumbar yang berbeda dengan masakan Gorontalo lokal yang cenderung minim bumbu bahkan tidak ada bumbu tambahan.

"Sejak masuknya Islam lewat bangsa Arab, banyak masakan Gorontalo yang kemudian juga menggunakan rempah dengan aroma yang kuat. Misalnya, Ayam Bakar Iloni (bumbu rempah), Kambing Bakar Balanga, dan Kuah Tabu Moitomo (sebutan lain Kuah Bugis). Ini juga menunjukkan bahwa makanan Gorontalo juga dipengaruhi daerah tetangga yang lebih dulu kedatangan bangsa Arab, seperti Bugis," tambah Zahra.

2. Ada kuliner khusus untuk perayaan agama
Pengaruh dari Arab ini membuat Gorontalo memiliki makanan yang disajikan saat perayaan keagamaan. Contohnya adalah Tili'aya yang disajikan saat Ramadan, tepatnya saat sahur atau sesudah tarawih, karena kombinasi menu berprotein tinggi yang dinilai bisa jadi suplemen alami serta prosesnya yang sedernana dan cepat.

"Yang wajib ada adalah satu ekor ayam utuh, serta nasi kuning, putih, dan merah. Nasi putihnya pun bukan nasi putih biasa, melainkan Bilindi. Bilindi merupakan nasi yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah, seperti pala dan cengkeh. Semacam kebuli tapi warnanya tidak terlalu cokelat. Nasinya dilengkapi dengan hati dan ampela ayam, serta suwiran ayam kampung," jelas Zahra.

3. Kuliner sebagai simbol perdamaian
Selain sebagai jamuan saat perayaan keagamaan, kuliner di Gorontalo juga memiliki makna perdamaian lho! Ini diimplementasikan pada makanan Ilabulo yang disajikan sebagai simbol perdamaian di saat raja-raja sedang bertikat.

Ilabulo merupakan makanan berbasis sagu dan kulit ayam yang dicampurkan, dibungkus daun pisang, dan dikukus atau dibakar. Meski dulu dimaknai sebagai simbol perdamaian, kini oleh warga Gorontalo menghidangkan makanan dalam acara syukuran setelah khitanan atau sunatan.

"Setelah dikhitan anak biasanya kehabisan energi karena menangis. Untuk mengembalikan energinya, ia diberi makanan yang enak, sehat, dan mudah disantap. Ilabulo bernilai gizi tinggi karena diisi dengan ayam kampung, dan biasanya disajikan dengan Kuah Asam Ikan Gabus. Selain itu, sajian ini juga membantu pemulihan ibu yang melahirkan secara alami," tutur Zahra.

4. Ada makanan berbahan dasar langka
Makanan dengan bahan dasar makanan lokal kini menjadi makanan yang jarang ditemui, salah satunya adalah Bode'o yang mengandung kelapa cukur yang disangrai dan Alimbuluto yang mengandung nasi jagung yang kini sudah hilang karena kehadiran beras yang kini dikonsumsi semua masyarakat.

Bode'o merupakan makanan berbahan dasar kelapa cukur yang disangrai, lalu ditumbuk halus serta diberi bumbu, seperti jinten, ketumbar, jahe, kunyit, lengkuas, dan sereh. Makanan ini disajikan bersama nasi atau singkong.

Sementara itu, Alimbuluto adalah makanan yang terbuat dari nasi jagung dengan mengombinasikan jagung putih dan jagung kuning varietas lokal, lalu dipecahkan dan dimasak dengan santan hingga bertekstur lembek.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Ini 5 Merek Smartphone Paling Laku di Indonesia

BERIKUTNYA

Bunda, Ini Aturan Pakai Parasetamol untuk Anak setelah Vaksin Covid-19

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: