Ilustrasi seseorang membaca surat kabar (sumber gambar Unsplash/Roman Kraft)

Begini Cikal Bakal Pers Indonesia & Peringatan HPN yang Diperingati Tiap 9 Februari

09 February 2023   |   09:54 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Hari Pers Nasional (HPN) diperingati pada 9 Februari setiap tahunnya oleh bangsa Indonesia. Perayaan tersebut bertepatan dengan ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dibentuk pada 9 Februari 1946 sebagai bagian perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Adapun, penetapan HPN didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 1985. Keppres tersebut menyatakan bahwa insan pers nasional juga berperan penting dalam sejarah bangsa serta melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

Baca juga: Mengenal Roehana Koeddoes, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia dalam Google Doodle

HPN memiliki sejarah panjang hingga dapat diperingati tiap tahunnya sampai sekarang. Jika ditelisik hal itu bermula jauh sebelum pekik kemerdekaan dikumandangkan di Pegangsaan Timur nomor 56. Yaitu saat pers juga turut ambil bagian dalam merintis pergerakan di pelosok Tanah Air untuk menghapus penjajahan.
 
 
 

Cikal Bakal Pers di Indonesia

Dalam sejarahnya, cikal bakal HPN dimulai sejak masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Yaitu saat diterbitkannya surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles. Adapun, melansir laman Indonesiabaik, penerbitan koran tersebut terjadi pada 7 Agustus 1774 saat masa pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaff Willem Baron Van Imhoff.

Tak berselang lama pada 1821, kemudian terbitlah surat kabar berbahasa Inggris bernama Bataviasche Courant yang kelak berganti nama menjadi Javasche Courant. Adapun, surat kabar tersebut terbit tiga kali seminggu dan memuat pengumuman-pengumuman resmi dari pemerintah kolonial. 

Kemudian, pada tahun 1851, sebuah surat kabar berbahasa Belanda bernama De Locomotief yang terbit di Semarang, Jawa Tengah. Surat Kabar yang dipimpin oleh Pieter Brooshooft, seorang aktivis politik etis ini dikenal memiliki semangat kritis terhadap pemerintah kolonial serta pengaruh yang besar di kalangan kaum pergerakan.

Dari sinilah pada abad ke-19 lahir sederet surat kabar berbahasa Melayu seperti Bintang Timoer di Surabaya, Bromartani di Surakarta, dan Bianglala di Batavia. Kendati begitu berbagai surat kabar tersebut masih dipimpin oleh orang-orang Belanda yang beberapa di antaranya pro terhadap bangsa Indonesia.

Barulah pada 1907, terbit surat kabar bernama Medan Prijaji di Bandung yang dianggap sebagai pelopor pers nasional karena diterbitkan oleh jurnalis pribumi bernama Tirto Adhi Soerjo. Kelak, dia dikukuhkan sebagai Bapak Pers Nasional karena jasanya sebagai perintis jurnalistik di Indonesia.

Adapun, saat Jepang mengambil alih kekuasaan, sejumlah kebijakan pers di Indonesia pun turut berubah. Semua penerbit asal Belanda dan China pun dilarang beroperasi. Sebagai gantinya mereka menerbitkan surat kabar di berbagai daerah seperti Jawa Shinbun, Borneo Shinbun, Celebes Shinbun, dan masih banyak lagi untuk melakukan propaganda.

Namun, pada masa ini sejumlah pergerakan dan kekuatan-kekuatan politik jga muncul dari berbagai kalangan pejuang di Indonesia. Yaitu dengan terbitnya berbagai surat kabar seperti LKBN Antara, Radio Republik Indonesia, hingga lahirnya organisasi PWI yang kemudian menjadi cikal bakal Hari Pers Nasional pada 1946.
1
2


SEBELUMNYA

5 Ide Rayakan Valentine Sesuai Karakter Love Language

BERIKUTNYA

Sempat Diblokir, Elon Musk Pastikan Akses Twitter di Turki Segera Normal

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: