Optimisme Industri Hotel Menguat, Ini Kata RedDoorz
01 February 2023 |
19:32 WIB
Seiring dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat oleh pemerintah beberapa waktu lalu dan banyak event terselenggara di dalam negeri, RedDoorz optimistis dengan industri perhotelan di dalam negeri sepanjang tahun ini.
Adil Ali Mubarak, Vice President Operations RedDoorz, mengatakan bahwa tahun ini adalah tahun pertumbuhan bagi industri hotel di dalam negeri. Banyak hotel akan merasakan peningkatan kinerja sepanjang tahun ini.
Perusahaan pun menargetkan pendapatan sebesar 30 persen-50 persen pada 2023 jika dibandingkan dengan pendapatan sepanjang 2022. “Tahun ini Tahun Kelinci Air, dan kelincinya akan berlari cepat,” katanya, Rabu (1/2/2023).
Baca juga: Staycation Jadi Pendorong Peningkatan Okupansi Hotel
Dia menuturkan perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 105 juta dolar Singapura sepanjang 2022. Dengan begitu, maka perusahaan menargetkan kinerja sebesar 131,5 juta dolar Singapura-152,5 juta dolar Singapura pada 2023.
Menurutnya, pertumbuhan kinerja itu dapat terjadi lantaran perusahaan melihat pada tahun ini akan semakin banyak event pariwisata yang terselenggara di dalam negeri. Event pariwsata menjadi point of interest bagi para wisatawan.
Salah satu event besar yang akan diselenggarakan tahun ini adalah MotoGP di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurutnya, ajang MotoGP yang terselenggara sebelumnya membuat hotel mendapatkan berkah lantaran tempat penginapan terisi penuh.
Optimisme pelaku industri perhotelan di dalam negeri juga lantaran industri pariwisata secara bertahap menunjukkan pemulihan. Saat ini, jumlah penumpang pesawat dan kereta api yang terisi penuh menandakan bahwa pariwisata kian bangkit di dalam negeri.
RedDoorz juga melihat potensi industri perhotelan di dalam negeri mengalami pertumbuhan pada 2023 menyusul data proyeksi pergerakan orang mencapai 1,3 miliar sepanjang tahun.
Tidak hanya itu, tahun ini perusahaan juga melihat banyak para pemilik properti yang ingin bergabung dengan RedDoorz. Sampai akhir tahun, RedDoorz menargetkan terdapat pertumbuhan properti sebanyak 1.000 properti.
Saat ini, jumlah properti yang bekerja sama dengan perusahaan mencapai 3.000 unit. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun lalu. pada 2019, jumlah properti yang bekerja sama dengan perusahaan mencapai 1.300 unit.
Kemudian, naik menjadi 1.700 unit pada 2020. Satu tahun kemudian atau pada 2021, jumlahnya menjadi 2.700 unit. Jumlah mitra RedDoorz juga telah berada di lebih dari 250 daerah di Indonesia, dan akan terus mengalami peningkatan pada tahun ini.
Regional VP Marketing RedDoorz Indonesia, Henry Manampiring, mengatakan bahwa mitra merupakan elemen utama dalam bisnis kemitraan seperti RedDoorz. Perusahaan pun menjaga kualitas dari berbagai lini.
Saat sebuah properti mau menjadi bagian dari mitra RedDoorz, akan ada tim yang melakukan evaluasi. Tim ini memiliki petunjuk untuk menentukan bahwa suatu properti layak atau tidak untuk menjadi mitra perusahaan.
Tidak hanya itu, tim ini juga yang akan menentukan bahwa properti tersebut akan masuk dalam brand tertentu di bawah RedDoorz. Sesudah bergabung, terdapat tim property management yang memiliki tugas menjaga hubungan dengan para pemilik properti.
Mereka bertemu dan memberikan konsultasi agar bisnis yang dimiliki dapat ditingkatkan, termasuk dalam pengawasan kualitas. Ketiga adalah menjaga kualitas melalui rating dan komentar yang diberikan oleh para konsumen.
Sementara itu, dia menambahkan bahwa destinasi yang menjadi tujuan populer wisatawan dalam data perusahaan mengikuti pola tujuan wisata nasional, seperti Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo, dan sebagainya.
Saat ini, perusahaan memiliki beragam jenis akomodasi atau brand yang dapat menjadi pilhan bagi para wisatawan ketika bepergian dan akan menggunakan layanan dari RedDoorz. Layanan itu berkisar dari ratusan ribu sampai dengan puluhan juta.
Jenis-jenis itu seperti RedDoorz, Sans Hotel, Koolkost, RedPartner, Sunnera, URBANVIEW, Red Living, dan Lavana. Adapun tingkat okupansi akomodasi bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya di dalam negeri.
Daerah-daerah yang menjadi tujuan pariwisata adalah daerah dengan tingkat okupansi tinggi, seperti Bandung, Yogyakarta, dan sebagainya. beberapa di antaranya memiliki tingkat okupansi 70 persen-80 persen.
Meskipun begitu, rata-rata tingkat okupansi keseluruhan sepanjang tahun lalu masih berada pada kisaran 40 persen-50 persen. Angka ini masih berada di bawah tingkat okupansi sebelum pandemi, yang berada di rata-rata 60 persen.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Adil Ali Mubarak, Vice President Operations RedDoorz, mengatakan bahwa tahun ini adalah tahun pertumbuhan bagi industri hotel di dalam negeri. Banyak hotel akan merasakan peningkatan kinerja sepanjang tahun ini.
Perusahaan pun menargetkan pendapatan sebesar 30 persen-50 persen pada 2023 jika dibandingkan dengan pendapatan sepanjang 2022. “Tahun ini Tahun Kelinci Air, dan kelincinya akan berlari cepat,” katanya, Rabu (1/2/2023).
Baca juga: Staycation Jadi Pendorong Peningkatan Okupansi Hotel
Dia menuturkan perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 105 juta dolar Singapura sepanjang 2022. Dengan begitu, maka perusahaan menargetkan kinerja sebesar 131,5 juta dolar Singapura-152,5 juta dolar Singapura pada 2023.
Menurutnya, pertumbuhan kinerja itu dapat terjadi lantaran perusahaan melihat pada tahun ini akan semakin banyak event pariwisata yang terselenggara di dalam negeri. Event pariwsata menjadi point of interest bagi para wisatawan.
Salah satu event besar yang akan diselenggarakan tahun ini adalah MotoGP di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurutnya, ajang MotoGP yang terselenggara sebelumnya membuat hotel mendapatkan berkah lantaran tempat penginapan terisi penuh.
Optimisme pelaku industri perhotelan di dalam negeri juga lantaran industri pariwisata secara bertahap menunjukkan pemulihan. Saat ini, jumlah penumpang pesawat dan kereta api yang terisi penuh menandakan bahwa pariwisata kian bangkit di dalam negeri.
RedDoorz juga melihat potensi industri perhotelan di dalam negeri mengalami pertumbuhan pada 2023 menyusul data proyeksi pergerakan orang mencapai 1,3 miliar sepanjang tahun.
Tidak hanya itu, tahun ini perusahaan juga melihat banyak para pemilik properti yang ingin bergabung dengan RedDoorz. Sampai akhir tahun, RedDoorz menargetkan terdapat pertumbuhan properti sebanyak 1.000 properti.
Saat ini, jumlah properti yang bekerja sama dengan perusahaan mencapai 3.000 unit. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun lalu. pada 2019, jumlah properti yang bekerja sama dengan perusahaan mencapai 1.300 unit.
Kemudian, naik menjadi 1.700 unit pada 2020. Satu tahun kemudian atau pada 2021, jumlahnya menjadi 2.700 unit. Jumlah mitra RedDoorz juga telah berada di lebih dari 250 daerah di Indonesia, dan akan terus mengalami peningkatan pada tahun ini.
Ilustrasi resort. (Sumber foto: Unsplash/Edvin Johansson)
Saat sebuah properti mau menjadi bagian dari mitra RedDoorz, akan ada tim yang melakukan evaluasi. Tim ini memiliki petunjuk untuk menentukan bahwa suatu properti layak atau tidak untuk menjadi mitra perusahaan.
Tidak hanya itu, tim ini juga yang akan menentukan bahwa properti tersebut akan masuk dalam brand tertentu di bawah RedDoorz. Sesudah bergabung, terdapat tim property management yang memiliki tugas menjaga hubungan dengan para pemilik properti.
Mereka bertemu dan memberikan konsultasi agar bisnis yang dimiliki dapat ditingkatkan, termasuk dalam pengawasan kualitas. Ketiga adalah menjaga kualitas melalui rating dan komentar yang diberikan oleh para konsumen.
Sementara itu, dia menambahkan bahwa destinasi yang menjadi tujuan populer wisatawan dalam data perusahaan mengikuti pola tujuan wisata nasional, seperti Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo, dan sebagainya.
Saat ini, perusahaan memiliki beragam jenis akomodasi atau brand yang dapat menjadi pilhan bagi para wisatawan ketika bepergian dan akan menggunakan layanan dari RedDoorz. Layanan itu berkisar dari ratusan ribu sampai dengan puluhan juta.
Jenis-jenis itu seperti RedDoorz, Sans Hotel, Koolkost, RedPartner, Sunnera, URBANVIEW, Red Living, dan Lavana. Adapun tingkat okupansi akomodasi bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya di dalam negeri.
Daerah-daerah yang menjadi tujuan pariwisata adalah daerah dengan tingkat okupansi tinggi, seperti Bandung, Yogyakarta, dan sebagainya. beberapa di antaranya memiliki tingkat okupansi 70 persen-80 persen.
Meskipun begitu, rata-rata tingkat okupansi keseluruhan sepanjang tahun lalu masih berada pada kisaran 40 persen-50 persen. Angka ini masih berada di bawah tingkat okupansi sebelum pandemi, yang berada di rata-rata 60 persen.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.