Perdoski Ingatkan Masalah Kulit Tak Boleh Dianggap Remeh
28 January 2023 |
12:30 WIB
Masyarakat kerap menganggap enteng masalah kulit. Padahal, beberapa masalah kulit bukanlah penyakit yang bisa diobati sendiri. Jika salah penanganan, masalah kulit yang tadinya kecil bisa makin besar dan tidak kunjung sembuh.
Ketua Umum Perdoski M Yulianto Listiawan mengimbau masyarakat untuk tidak meremehkan masalah kulit. Jika dirasa terlalu mengganggu, masyarakat diminta untuk tidak mengobati masalah kulit sendirian.
“Konsultasikan masalah kulit yang dialami ke dokter kulit dan kelamin,” ujar Yulianto dalam konferensi pers virtual HUT ke-57 Perdoski, Jumat (27/1/2023).
Baca juga: Mengenal Indeks Sinar Ultraviolet, Penting untuk Cegah Dampak Negatif pada Kulit
Menurut Wawan, cara terbaik mengatasi kulit ialah ke ahlinya. Sebab, saat ini makin banyak orang yang mencoba mengobati masalah kulitnya sendiri. Akan tetapi, hasilnya justru membuat penyakitnya jadi tambah parah.
Hal itu akan berbeda jika si pasien terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter kulit. Jika bisa terdeteksi lebih awal, tata laksana penangannnya bisa lebih tepat.
Dengan demikian, kemungkinan untuk sembuh juga akan lebih besar. Dirinya juga menyarankan agar jangan membeli obat yang tanpa resep dokter. Sebab, setiap obat memiliki dosis dan aturan pakai yang berbeda-beda.
Dokter yang akrab disapa Wawan itu juga mengatakan permasalan kulit memiliki spektrum yang luas. Jika salah diagnosis, ke depan proses penyembuhannya bisa lebih sulit.
Selain itu, masalah kulit juga tidak hanya berhubungan dengan bagian wajah saja. Namun, meliputi seluruh tubuh, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Oleh karena itu, masyarakat pun perlu memperhatikan kesehatan kulitnya secara lebih luas.
“Ada lebih dari 3.000 kondisi dan diagnosis di bidang dermatologi, venereologi, dan estetika yang ditangani oleh SpKK, SpDV, SpDVE,” imbuhnya.
Untuk mendapatkan gelar tersebut pun tidak mudah. Dokter yang kompeten membutuhkan waktu minimal 12 tahun hanya untuk perjalanan pendidikannya saja. rinciannya, empat tahun untuk gelar Sarjana Kedokteran dengan tahap pre klinik.
Lalu, dilanjutkan dengan 1,5 tahun hingga 2 tahun gelar Calon Dokter dengan tahap klinik. Kemudian, tahap magang nasional dan pengalaman bekerja sebagai Dokter Umum masing-masing selama 1 tahun, dilanjut mengambil program pendidikan dokter spesialis untuk mendapatkan gelar SpKK, SpDV, SpDVE.
Menurut dokter Wawan, gelar spesialis kulit dan kelamin memang beragam. Ada yang SpKK atau spesialis kulit dan kelamin dan Sp.DV atau spesialis dermatologi dan venerologi. Namun, dua gelar ini sebenarnya punya makna yang sama saja. dua-duanya memiliki kompetensi yang mumpuni untuk mengatasi berbagai masalah kulit dan kelamin.
Gelar SpKK lebih banyak digunakan oleh dokter yang lebih senior, sebagaimana dikutip dari RIS Hospital. Sebab, pada masanya gelar SpKK yang resmi digunakan untuk spesialis kulit dan kelamin. Sementara unutk dokter lulusan baru menggunakan gelar SpDV.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Ketua Umum Perdoski M Yulianto Listiawan mengimbau masyarakat untuk tidak meremehkan masalah kulit. Jika dirasa terlalu mengganggu, masyarakat diminta untuk tidak mengobati masalah kulit sendirian.
“Konsultasikan masalah kulit yang dialami ke dokter kulit dan kelamin,” ujar Yulianto dalam konferensi pers virtual HUT ke-57 Perdoski, Jumat (27/1/2023).
Baca juga: Mengenal Indeks Sinar Ultraviolet, Penting untuk Cegah Dampak Negatif pada Kulit
Menurut Wawan, cara terbaik mengatasi kulit ialah ke ahlinya. Sebab, saat ini makin banyak orang yang mencoba mengobati masalah kulitnya sendiri. Akan tetapi, hasilnya justru membuat penyakitnya jadi tambah parah.
Hal itu akan berbeda jika si pasien terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter kulit. Jika bisa terdeteksi lebih awal, tata laksana penangannnya bisa lebih tepat.
Dengan demikian, kemungkinan untuk sembuh juga akan lebih besar. Dirinya juga menyarankan agar jangan membeli obat yang tanpa resep dokter. Sebab, setiap obat memiliki dosis dan aturan pakai yang berbeda-beda.
Dokter yang akrab disapa Wawan itu juga mengatakan permasalan kulit memiliki spektrum yang luas. Jika salah diagnosis, ke depan proses penyembuhannya bisa lebih sulit.
Selain itu, masalah kulit juga tidak hanya berhubungan dengan bagian wajah saja. Namun, meliputi seluruh tubuh, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Oleh karena itu, masyarakat pun perlu memperhatikan kesehatan kulitnya secara lebih luas.
Ilustrasi pasien (Sumber gambar: Freepik)
“Ada lebih dari 3.000 kondisi dan diagnosis di bidang dermatologi, venereologi, dan estetika yang ditangani oleh SpKK, SpDV, SpDVE,” imbuhnya.
Untuk mendapatkan gelar tersebut pun tidak mudah. Dokter yang kompeten membutuhkan waktu minimal 12 tahun hanya untuk perjalanan pendidikannya saja. rinciannya, empat tahun untuk gelar Sarjana Kedokteran dengan tahap pre klinik.
Lalu, dilanjutkan dengan 1,5 tahun hingga 2 tahun gelar Calon Dokter dengan tahap klinik. Kemudian, tahap magang nasional dan pengalaman bekerja sebagai Dokter Umum masing-masing selama 1 tahun, dilanjut mengambil program pendidikan dokter spesialis untuk mendapatkan gelar SpKK, SpDV, SpDVE.
Menurut dokter Wawan, gelar spesialis kulit dan kelamin memang beragam. Ada yang SpKK atau spesialis kulit dan kelamin dan Sp.DV atau spesialis dermatologi dan venerologi. Namun, dua gelar ini sebenarnya punya makna yang sama saja. dua-duanya memiliki kompetensi yang mumpuni untuk mengatasi berbagai masalah kulit dan kelamin.
Gelar SpKK lebih banyak digunakan oleh dokter yang lebih senior, sebagaimana dikutip dari RIS Hospital. Sebab, pada masanya gelar SpKK yang resmi digunakan untuk spesialis kulit dan kelamin. Sementara unutk dokter lulusan baru menggunakan gelar SpDV.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.