Sentuhan Desainer Dalam Produk Fesyen Para Perajin Lokal
28 January 2023 |
11:00 WIB
Apakah Genhype pernah pergi ke suatu daerah dan membeli produk kerajinan tersebut hanya karena kasihan atau sekadar ingin mendukung produk lokal semata? Memang hal tersebut tidak salah sebagai bentuk kecintaan terhadap produk dalam negeri.
Namun, tentu alangkah baiknya jika kita membeli sebuah produk kerajinan atau fesyen yang ditawarkan oleh para pengrajin lokal karena memang produk tersebut memiliki desain yang menarik, unik serta memiliki nilai lebih.
Nah, hal inilah yang tengah di dorong oleh sekolah mode Esmod Jakarta untuk mengajak para mahasiswanya membantu para perajin usaha lokal (UMKM) untuk membuat produk kerajinan atau fesyen yang memang sedang tren dan disukai oleh masyarakat.
Baca juga: Fashion Silih Berganti dengan Cepat, Desainer Banyak Fokus ke Micro Trend
Nathalia Gunarian, Coordinator of International Fashion Business Esmod Jakarta mengatakan bahwa tren go lokal memang terus berkembang, termasuk di dalam dunia mode. Namun yang menjadi tantangan, kadang kala produk yang dihasilkan oleh pengrajin lokal dinilai belum sesuai dengan keinginan pasar.
Masih banyak masyarakat membeli produk lokal karena kasihan atau sekadar untuk membantu. Maka di sini peran mahasiswa bisnis di Esmod untuk membuat konsumen membeli bukan hanya kasihan tapi karena produknya memang bagus dan berkualitas.
“Trennya saat ini adalah kolaborasi. Karena membangun bisnis dari nol itu cukup sulit, tapi kalau mengangkat atau meng-utilize produk dari yang sudah ada menjadi sesuatu yang menarik dan lebih populer maka akan lebih menarik,” tuturnya.
Dalam upaya menjawab tantangan ini, para mahasiswa bisnis akan melakukan riset selama satu semester untuk mencari tahu tren yang sedang disukai oleh masyarakat, setelah itu mereka akan berdiskusi dengan mahasiswa desain untuk membantu membuat ide pola yang menarik.
Nantinya pola yang dibuat oleh mahasiswa desain akan diberikan kepada para pengrajin untuk diproduksi menjadi produk sesuai desain yang direkomendasikan. “Jadi kita tidak membuat baru tetapi membuat yang sudah ada bagaimana agar lebih menarik atau sustain, dan lain sebagainya,” ucapnya.
Cara serupa ternyata telah lebih dulu dilakukan oleh desainer Wignyo Rahardi yang mendukung gerakan atau program Bangga Buatan Indonesia terutama untuk produk fesyen dan kerajinan.
Menurutnya, para desainer pelu memberikan dukungan atau pendampingan kepada para pelaku UMKM khususnya di bidang wastra sehingga produknya bisa lebih menarik dan memiliki nilai jual. Sebab, ketika para pengrajin bisa membuat produk yang bagus dan sesuai dengan tren yang disukai masyarakat.
“Tidak perlu kita buat program yang susah-susah ketika produk yang dihasilkan umkm sudah bagus dan menarik, secara otomatis masyarakat pasti akan membelinya,” ujar Wignyo.
Karena itulah dia melihat perhelatan fesyen show seperti salah satunya Jakarta Fashion Trend bisa menjadi ajang bagi para desainer seluruh Indonesia untuk menggandeng para perajin memproduksi produk yang memiliki nilai jual dan layak ditampilkan dalam ajang-ajang bergengsi.
Pria yang sudah berkecimpung lebih dari 20 tahun di dunia fesyen ini mengatakan dalam proses pendampingan dan pembinaan, dirinya ikut terjun langsung bersama para pelaku UMKM mulai dari desain awal model batik, bordiran, atau tenun hingga menjadi produk kain yang diminati konsumen.
“Dalam proses mendesain, saya selalu melihat kecenderungan model dan tren yang disukai masyarakat kemudian bahan tersebut didesain menjadi busana untuk dibawa ke panggung fashion show,” ujarnya.
Salah satu bentuk dukungan dan pendampingan yang dilakukan Wignyo adalah bersama para mitra binaan dari Bank Indonesia Kediri dan Kalimantan Utara. Di sini dia mencoba membuat jenis bahan kain yang sedang menjadi tren di masyarakat, lalu diproduksi menjadi busana untuk ditampilkan di ajang Jakarta Fashion Trend 2023.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Namun, tentu alangkah baiknya jika kita membeli sebuah produk kerajinan atau fesyen yang ditawarkan oleh para pengrajin lokal karena memang produk tersebut memiliki desain yang menarik, unik serta memiliki nilai lebih.
Nah, hal inilah yang tengah di dorong oleh sekolah mode Esmod Jakarta untuk mengajak para mahasiswanya membantu para perajin usaha lokal (UMKM) untuk membuat produk kerajinan atau fesyen yang memang sedang tren dan disukai oleh masyarakat.
Baca juga: Fashion Silih Berganti dengan Cepat, Desainer Banyak Fokus ke Micro Trend
Nathalia Gunarian, Coordinator of International Fashion Business Esmod Jakarta mengatakan bahwa tren go lokal memang terus berkembang, termasuk di dalam dunia mode. Namun yang menjadi tantangan, kadang kala produk yang dihasilkan oleh pengrajin lokal dinilai belum sesuai dengan keinginan pasar.
Masih banyak masyarakat membeli produk lokal karena kasihan atau sekadar untuk membantu. Maka di sini peran mahasiswa bisnis di Esmod untuk membuat konsumen membeli bukan hanya kasihan tapi karena produknya memang bagus dan berkualitas.
“Trennya saat ini adalah kolaborasi. Karena membangun bisnis dari nol itu cukup sulit, tapi kalau mengangkat atau meng-utilize produk dari yang sudah ada menjadi sesuatu yang menarik dan lebih populer maka akan lebih menarik,” tuturnya.
Dalam upaya menjawab tantangan ini, para mahasiswa bisnis akan melakukan riset selama satu semester untuk mencari tahu tren yang sedang disukai oleh masyarakat, setelah itu mereka akan berdiskusi dengan mahasiswa desain untuk membantu membuat ide pola yang menarik.
Nantinya pola yang dibuat oleh mahasiswa desain akan diberikan kepada para pengrajin untuk diproduksi menjadi produk sesuai desain yang direkomendasikan. “Jadi kita tidak membuat baru tetapi membuat yang sudah ada bagaimana agar lebih menarik atau sustain, dan lain sebagainya,” ucapnya.
Cara serupa ternyata telah lebih dulu dilakukan oleh desainer Wignyo Rahardi yang mendukung gerakan atau program Bangga Buatan Indonesia terutama untuk produk fesyen dan kerajinan.
Menurutnya, para desainer pelu memberikan dukungan atau pendampingan kepada para pelaku UMKM khususnya di bidang wastra sehingga produknya bisa lebih menarik dan memiliki nilai jual. Sebab, ketika para pengrajin bisa membuat produk yang bagus dan sesuai dengan tren yang disukai masyarakat.
“Tidak perlu kita buat program yang susah-susah ketika produk yang dihasilkan umkm sudah bagus dan menarik, secara otomatis masyarakat pasti akan membelinya,” ujar Wignyo.
Karena itulah dia melihat perhelatan fesyen show seperti salah satunya Jakarta Fashion Trend bisa menjadi ajang bagi para desainer seluruh Indonesia untuk menggandeng para perajin memproduksi produk yang memiliki nilai jual dan layak ditampilkan dalam ajang-ajang bergengsi.
Pria yang sudah berkecimpung lebih dari 20 tahun di dunia fesyen ini mengatakan dalam proses pendampingan dan pembinaan, dirinya ikut terjun langsung bersama para pelaku UMKM mulai dari desain awal model batik, bordiran, atau tenun hingga menjadi produk kain yang diminati konsumen.
“Dalam proses mendesain, saya selalu melihat kecenderungan model dan tren yang disukai masyarakat kemudian bahan tersebut didesain menjadi busana untuk dibawa ke panggung fashion show,” ujarnya.
Salah satu bentuk dukungan dan pendampingan yang dilakukan Wignyo adalah bersama para mitra binaan dari Bank Indonesia Kediri dan Kalimantan Utara. Di sini dia mencoba membuat jenis bahan kain yang sedang menjadi tren di masyarakat, lalu diproduksi menjadi busana untuk ditampilkan di ajang Jakarta Fashion Trend 2023.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.