Debut Tunggal Setelah 11 Tahun Berkarya, Ini Alasan Desainer Ayu Dyah Andari
15 March 2022 |
21:11 WIB
Butuh waktu 11 tahun untuk desainer Ayu Dyah Andari menggelar peragaan busana tunggal perdananya. Pada peragaan busana bertajuk Les Allées: A Line to Remember yang digelar Senin (14/3/2022) di Hotel The Langham Jakarta, sebanyak 60 koleksi busana bergaya neo klasik ditampilkan dengan apik dan elegan.
Bukan tanpa alasan, dsainer yang akrab disapa Ayu itu mengatakan bahwa selama kurang lebih 11 tahun belakangan dia memiliki banyak pertimbangan termasuk meyakinkan dirinya untuk menggelar peragaan busana tunggal.
Menurutnya, seorang desainer yang sudah memutuskan untuk menggelar peragaan busana tunggal atau selebrasi perjalanan berkarya, setidaknya harus sudah memiliki konsumen loyal serta karakter yang sangat kuat yang didapat dari pengakuan para pelanggan.
“Akunya sendiri itu ingin memantaskan diri. Ketika aku menyelenggarakan show tunggal sebagai selebrasi perjalanan berkarya itu memang pantas untuk dinikmati sama customer dan karya yang ditampilkan itu karakter kita banget. Jadi memang memantapkan diri,” kata Ayu saat konferensi pers pada Senin (14/3/2022) di Hotel The Langham Jakarta.
Sejak memulai usaha di bidang fesyen, desain Ayu kerap menyiratkan kemewahan. Baju-baju rancangannya didominasi gaun pesta yang elegan yang biasanya dikenakan untuk acara-acara khusus.
Desain dengan inspirasi dari era Victoria bergaya Neo Klasik yang mendominasi koleksinya serta menampilkan kesan ultra feminin yang memesona banyak penikmat mode busana muslim terutama bagi mereka yang ingin tampil glamor. Selain itu, dia juga kerap menambahkan elemen bunga mawar pada koleksinya sampai-sampai hal itu menjadi ciri khas desainnya.
Ayu menjelaskan bahwa hal itu terinspirasi karena pengalamannya yang sejak kecil melihat ibunya mendekor rumah dengan gaya klasik ala Eropa kuno serta banyak bunga mawar merah. Hal itupun yang akhirnya membuat Ayu memutuskan untuk menjadikan gaya klasik dan elemen bunga mawar sebagai DNA dari desain fesyennya.
“Akhirnya itu nempel di kepala aku. Daripada aku coba cari-cari yang lain, terima aja dan itu aku jadikan DNA [desain] dan aku mengeksplorasi lebih,” ucapnya.
(Baca juga: Ayu Dyah Andari Berbagi Cerita Proses Adaptasi Desain Fesyen selama Pandemi)
Di tengah banyaknya persaingan merek fesyen muslim lokal, Ayu tetap percaya bahwa desainnya masih diminati oleh banyak orang. Baginya, terus berkarya menjadi kunci penting untuk terus bertahan di industri fesyen.
“Tidak mudah untuk selama sebelas tahun mengeluarkan karya yang terus konsisten. Aku berusaha untuk selalu konsisten mengeluarkan karya dan jujur sama identitas aku sendiri,” katanya.
Hal yang tak kalah penting adalah terus berinovasi dengan membuat koleksi yang selalu berbeda. Ayu mengatakan bahwa dirinya selalu berusaha mencari inspirasi yang berbeda di tengah tren yang ada, sehingga baju-baju rancangannya tetap diminati oleh masyarakat.
“Jadi jangan cepat merasa puas. Aku terus belajar dan berusaha mendesain produk [fesyen] yang baru,” ujar Ayu.
Editor: Nirmala Aninda
Bukan tanpa alasan, dsainer yang akrab disapa Ayu itu mengatakan bahwa selama kurang lebih 11 tahun belakangan dia memiliki banyak pertimbangan termasuk meyakinkan dirinya untuk menggelar peragaan busana tunggal.
Menurutnya, seorang desainer yang sudah memutuskan untuk menggelar peragaan busana tunggal atau selebrasi perjalanan berkarya, setidaknya harus sudah memiliki konsumen loyal serta karakter yang sangat kuat yang didapat dari pengakuan para pelanggan.
“Akunya sendiri itu ingin memantaskan diri. Ketika aku menyelenggarakan show tunggal sebagai selebrasi perjalanan berkarya itu memang pantas untuk dinikmati sama customer dan karya yang ditampilkan itu karakter kita banget. Jadi memang memantapkan diri,” kata Ayu saat konferensi pers pada Senin (14/3/2022) di Hotel The Langham Jakarta.
Peragaan busana Les Allées di Hotel The Langham Jakarta, Senin (14/3/2022)- (Sumber gambar: Tim Muara Bagdja)
Desain dengan inspirasi dari era Victoria bergaya Neo Klasik yang mendominasi koleksinya serta menampilkan kesan ultra feminin yang memesona banyak penikmat mode busana muslim terutama bagi mereka yang ingin tampil glamor. Selain itu, dia juga kerap menambahkan elemen bunga mawar pada koleksinya sampai-sampai hal itu menjadi ciri khas desainnya.
Ayu menjelaskan bahwa hal itu terinspirasi karena pengalamannya yang sejak kecil melihat ibunya mendekor rumah dengan gaya klasik ala Eropa kuno serta banyak bunga mawar merah. Hal itupun yang akhirnya membuat Ayu memutuskan untuk menjadikan gaya klasik dan elemen bunga mawar sebagai DNA dari desain fesyennya.
“Akhirnya itu nempel di kepala aku. Daripada aku coba cari-cari yang lain, terima aja dan itu aku jadikan DNA [desain] dan aku mengeksplorasi lebih,” ucapnya.
(Baca juga: Ayu Dyah Andari Berbagi Cerita Proses Adaptasi Desain Fesyen selama Pandemi)
Peragaan busana Les Allées di Hotel The Langham Jakarta, Senin (14/3/2022)- (Sumber gambar: Tim Muara Bagdja)
“Tidak mudah untuk selama sebelas tahun mengeluarkan karya yang terus konsisten. Aku berusaha untuk selalu konsisten mengeluarkan karya dan jujur sama identitas aku sendiri,” katanya.
Hal yang tak kalah penting adalah terus berinovasi dengan membuat koleksi yang selalu berbeda. Ayu mengatakan bahwa dirinya selalu berusaha mencari inspirasi yang berbeda di tengah tren yang ada, sehingga baju-baju rancangannya tetap diminati oleh masyarakat.
“Jadi jangan cepat merasa puas. Aku terus belajar dan berusaha mendesain produk [fesyen] yang baru,” ujar Ayu.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.