Shahnaz Haque & Perjuangan Melawan Riwayat Keluarga Kanker Ovarium
13 January 2022 |
21:47 WIB
Selebritas sekaligus presenter Shahnaz Natashya Haque tidak pernah menyangka dirinya diwarisi kanker ovarium setelah penyakit itu merenggut nyawa ibu dan neneknya. Ya, salah satu risiko kanker ini adalah riwayat keluarga atau mutasi genetik dari orang tua.
“Ibu dan nenek saya meninggal karena kanker. Belakangan, adik ibu saya meninggal. Dari 3 bersaudara, saya yang dapat [kanker],” ujar Shahnaz yang ditunjuk sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium dalam diskusi virtual, Kamis (13/1/2022).
Istri dari gitaris Gilang Ramadhan ini bercerita awal mulanya dia mendapat tanda dan gejala berupa tidak menstruasi, padahal kala itu dia belum menikah. Shahnaz lantas melakukan pemeriksaan ke dokter. Berdasarkan hasil ultrasonografi (USG) didapati ada tumor pada ovariumnya.
Dia pun melakukan pemeriksaan lanjutan dengan melakukan biopsi. Hasilnya, jaringan yang ada di ovarium tersebut merupakan kanker. Sejak mengetahui keadaan itu pun dia melakukan serangkaian tindakan dan terapi medis untuk mengobati penyakitnya.
“Saya percaya dengan dokternya. Kanker ovarium adalah penyakit medis bukan mistis. Pengobatannya harus konsisten,” jelasnya.
Indung telur kanannya itu diangkat. Sempat ada kekhawatiran, dia tidak bisa memiliki anak, tetapi hal itu dibuang jauh dan dia fokus mengatasi kanker yang masih dalam stadium dini.
Shahnaz percaya dan yakin tetap bisa hamil walaupun dengan satu ovarium asalkan kondisinya sehat dan menghasilkan sel telur. Toh menurutnya banyak teknologi yang bisa mendukung wanita untuk mempunyai anak walaupun tidak menghasilkan banyak sel telur.
“Perempuan bisa loh hidup dengan satu ovarium. Lakukan pengobatan secepatnya, enggak perlu window shopping ke tempat lain sehingga pas balik dari stadium awal bisa ke stadium lanjut. Kebanyakan wanita takut ovariumnya di angkat, takut tuh sama penyakitnya,” tegas Shahnaz.
Akibat kesadarannya deteksi dini dan percaya dengan tindakan medis, Shahnaz kini sudah menjadi penyintas kanker ovarium bahkan memiliki tiga putri. Menyadari bahwa faktor risiko kanker adalah riwayat keluarga, Shahnaz tidak lupa melakukan edukasi sejak dini kepada ketiga putrinya itu.
“Perbincangan kanker terbuka di keluarga kami, termasuk vaksin sebelum menstruasi pertama. Perlu dijelaskan mengapa harus melakukan itu. Saya tidak mau membuat anak saya ketakutan dengan hidupnya,” tutur Shahnaz.
Suatu ketika dia terhenyak ketika putri pertamanya, Pruistin Ramadhan mengatakan harus berkunjung ke spesialis onkologi dan melakukan biopsi. Anaknya itu menyebut ada sesuatu yang salah dengan payudaranya.
Oleh karena diedukasi sejak kecil, dokter yang menangani Pruistin pun kagum dengan pengetahuannya seputar kanker dan melakukan deteksi dini. “Akhirnya dibiopsi, periksa DNA kanker untuk mengetahui mutasi gen itu apa yang terjadi. Kami harus hadapi itu semua,” sebut Shahnaz.
Kabar tidak mengenakkan juga datang dari anak bungsunya, Mieka Namira Haque Ramadhan. Dia menderita hematoma dengan munculnya benjolan di pipi. Hematoma adalah kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah, yang dapat ditandai dengan munculnya benjolan atau kulit menjadi berwarna merah keunguan.
“Saya membesarkan anak saya kemungkinan tidak normal. Tapi kami keluarga tralala trilili. Dihadapi saja,” tukasnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
“Ibu dan nenek saya meninggal karena kanker. Belakangan, adik ibu saya meninggal. Dari 3 bersaudara, saya yang dapat [kanker],” ujar Shahnaz yang ditunjuk sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium dalam diskusi virtual, Kamis (13/1/2022).
Istri dari gitaris Gilang Ramadhan ini bercerita awal mulanya dia mendapat tanda dan gejala berupa tidak menstruasi, padahal kala itu dia belum menikah. Shahnaz lantas melakukan pemeriksaan ke dokter. Berdasarkan hasil ultrasonografi (USG) didapati ada tumor pada ovariumnya.
Dia pun melakukan pemeriksaan lanjutan dengan melakukan biopsi. Hasilnya, jaringan yang ada di ovarium tersebut merupakan kanker. Sejak mengetahui keadaan itu pun dia melakukan serangkaian tindakan dan terapi medis untuk mengobati penyakitnya.
“Saya percaya dengan dokternya. Kanker ovarium adalah penyakit medis bukan mistis. Pengobatannya harus konsisten,” jelasnya.
Indung telur kanannya itu diangkat. Sempat ada kekhawatiran, dia tidak bisa memiliki anak, tetapi hal itu dibuang jauh dan dia fokus mengatasi kanker yang masih dalam stadium dini.
Shahnaz percaya dan yakin tetap bisa hamil walaupun dengan satu ovarium asalkan kondisinya sehat dan menghasilkan sel telur. Toh menurutnya banyak teknologi yang bisa mendukung wanita untuk mempunyai anak walaupun tidak menghasilkan banyak sel telur.
“Perempuan bisa loh hidup dengan satu ovarium. Lakukan pengobatan secepatnya, enggak perlu window shopping ke tempat lain sehingga pas balik dari stadium awal bisa ke stadium lanjut. Kebanyakan wanita takut ovariumnya di angkat, takut tuh sama penyakitnya,” tegas Shahnaz.
Akibat kesadarannya deteksi dini dan percaya dengan tindakan medis, Shahnaz kini sudah menjadi penyintas kanker ovarium bahkan memiliki tiga putri. Menyadari bahwa faktor risiko kanker adalah riwayat keluarga, Shahnaz tidak lupa melakukan edukasi sejak dini kepada ketiga putrinya itu.
“Perbincangan kanker terbuka di keluarga kami, termasuk vaksin sebelum menstruasi pertama. Perlu dijelaskan mengapa harus melakukan itu. Saya tidak mau membuat anak saya ketakutan dengan hidupnya,” tutur Shahnaz.
Suatu ketika dia terhenyak ketika putri pertamanya, Pruistin Ramadhan mengatakan harus berkunjung ke spesialis onkologi dan melakukan biopsi. Anaknya itu menyebut ada sesuatu yang salah dengan payudaranya.
Oleh karena diedukasi sejak kecil, dokter yang menangani Pruistin pun kagum dengan pengetahuannya seputar kanker dan melakukan deteksi dini. “Akhirnya dibiopsi, periksa DNA kanker untuk mengetahui mutasi gen itu apa yang terjadi. Kami harus hadapi itu semua,” sebut Shahnaz.
Kabar tidak mengenakkan juga datang dari anak bungsunya, Mieka Namira Haque Ramadhan. Dia menderita hematoma dengan munculnya benjolan di pipi. Hematoma adalah kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah, yang dapat ditandai dengan munculnya benjolan atau kulit menjadi berwarna merah keunguan.
“Saya membesarkan anak saya kemungkinan tidak normal. Tapi kami keluarga tralala trilili. Dihadapi saja,” tukasnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.