Campak Bisa Dicegah, Waspadai Gejala & Komplikasinya
26 January 2023 |
17:59 WIB
Merebaknya campak di Indonesia perlu menjadi perhatian serius. Kementerian Kesehatan menyebutkan saat ini sebanyak 12 provinsi sudah menetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Campak merupakan penyakit menular dan bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Padahal penyakit ini sebenarnya bisa dicegah.
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak dan penularan terjadi melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung.
Menurut Kementrian Kesehatan, pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi. Imunisasi ini harus dilakukan sesuai dengan jadwalnya agar anak-anak terhindar dari campak. Sayangnya, pandemi Covid-19 tiga tahun ini membuat cakupan imunisasi anak tidak terpenuhi. Data Kemenkes RI (2022) menyebutkan pada 2020 dan 2021 cakupan imunisasi dasar lengkap anak hanya mencapai 84%.
Dokter spesialis Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI—RSCM), Mulya Rahma Karyanti mengatakan imunisasi dengan vaksin campak merupakan cara pencegahan terbaik untuk mencegah penyakit campak.
“Cakupan imunisasi yang tinggi bukan hanya melindungi individu yang mendapatkan vaksin tersebut, tetapi juga dapat melindungi orang di sekitarnya sehingga terbentuk herd-immunity,” ujar Karyanti dalam siaran pers dari Universitas Indonesia.
Imunisasi campak, lanjut dia, merupakan bagian dari program imunisasi pemerintah dengan menggunakan vaksin campak rubela atau measles rubella (MR) yang dapat diberikan pada anak mulai usia 9 bulan.
Karyanti menambahkan penyakit campak paling sering ditemukan pada bayi usia di bawah satu tahun, remaja, dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi campak secara cukup. Selain itu, beberapa kondisi seperti seseorang yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (immunocompromise) akibat penyakit kronik atau pengobatan yang menekan daya tahan tubuh (steroid jangka panjang, kemoterapi, atau immunoglobulin) juga rentan terhadap penyakit campak.
“Penularan campak terjadi melalui airborne atau udara dari seseorang yang terkena penyakit campak dari empat hari sebelum gejala hingga empat hari setelah munculnya ruam. Seseorang dapat mengalami campak karena belum terlindungi oleh antibodi terhadap campak yang bisa didapatkan dari imunisasi,” tambahnya.
Pada seseorang yang telah mendapatkan vaksin campak, respons tubuh yang inadekuat terhadap vaksin (tidak dapat membentuk antibodi yang adekuat untuk melawan campak) serta imunitas yang menurun dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit campak.
Ketiga, tahap penyembuhan saat ruam hilang sesuai urutan kemunculannya menjadi berwarna kehitaman dan mengelupas yang akan hilang dalam 1-2 minggu.
Campak dapat sangat berbahaya jika terjadi komplikasi. Karyanti mengatakan komplikasi yang bisa terjadi seperti ensefalopati/ensefalitis (radang otak) yang ditandai dengan kejang atau penurunan kesadaran, bronkopneumonia (radang paru) yang ditandai dengan sesak napas, enteritis (radang saluran pencernaan) yang ditandai dengan diare sampai dehidrasi berat, dan infeksi telinga bagian tengah.
Hal senada dikemukakan oleh Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine. Seperti dikutip dari laman Kemenkes, yang dikhawatirkan dari campak adalah komplikasi.
Baca juga: 55 Daerah di Indonesia Umumkan KLB Campak, Apa Pemicunya?
“Komplikasi campak ini umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek, maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan,” ujarnya.
Sementara itu, untuk menangani penderita campak, Karyanti mengatakan bersifat suportif seperti memberikan asupan cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Pada kasus dengan komplikasi dapat diberikan antibiotik jika ada indikasi infeksi sekunder bakteri atau memerlukan perawatan di rumah sakit.
“Seseorang yang terkena penyakit campak sangat cepat menularkan virus campak melalui udara empat hari sebelum hingga empat hari setelah munculnya ruam melalui udara, sehingga perlu dilakukan isolasi baik secara mandiri di rumah atau di rumah sakit,” katanya.
Editor: M R Purboyo
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak dan penularan terjadi melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung.
Menurut Kementrian Kesehatan, pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi. Imunisasi ini harus dilakukan sesuai dengan jadwalnya agar anak-anak terhindar dari campak. Sayangnya, pandemi Covid-19 tiga tahun ini membuat cakupan imunisasi anak tidak terpenuhi. Data Kemenkes RI (2022) menyebutkan pada 2020 dan 2021 cakupan imunisasi dasar lengkap anak hanya mencapai 84%.
Dokter spesialis Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI—RSCM), Mulya Rahma Karyanti mengatakan imunisasi dengan vaksin campak merupakan cara pencegahan terbaik untuk mencegah penyakit campak.
“Cakupan imunisasi yang tinggi bukan hanya melindungi individu yang mendapatkan vaksin tersebut, tetapi juga dapat melindungi orang di sekitarnya sehingga terbentuk herd-immunity,” ujar Karyanti dalam siaran pers dari Universitas Indonesia.
Imunisasi campak, lanjut dia, merupakan bagian dari program imunisasi pemerintah dengan menggunakan vaksin campak rubela atau measles rubella (MR) yang dapat diberikan pada anak mulai usia 9 bulan.
Karyanti menambahkan penyakit campak paling sering ditemukan pada bayi usia di bawah satu tahun, remaja, dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi campak secara cukup. Selain itu, beberapa kondisi seperti seseorang yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (immunocompromise) akibat penyakit kronik atau pengobatan yang menekan daya tahan tubuh (steroid jangka panjang, kemoterapi, atau immunoglobulin) juga rentan terhadap penyakit campak.
“Penularan campak terjadi melalui airborne atau udara dari seseorang yang terkena penyakit campak dari empat hari sebelum gejala hingga empat hari setelah munculnya ruam. Seseorang dapat mengalami campak karena belum terlindungi oleh antibodi terhadap campak yang bisa didapatkan dari imunisasi,” tambahnya.
Pada seseorang yang telah mendapatkan vaksin campak, respons tubuh yang inadekuat terhadap vaksin (tidak dapat membentuk antibodi yang adekuat untuk melawan campak) serta imunitas yang menurun dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit campak.
Vaksin Measles, Mumps, Rubella (MMR)./ Bisnis.com
Gejala & Komplikasi
Dia menjelaskan, ketika seseorang terinfeksi campak, gejala yang muncul terbagi menjadi tiga tahap. Pertama, tahap prodromal yang ditandai dengan demam, batuk, pilek, nyeri menelan, sariawan, mata merah selama 2-3 hari, dan diare. Kedua, tahap erupsi yakni munculnya ruam kemerahan pada bagian mulai dari batas rambut di belakang telinga yang menyebar ke wajah, leher, dan tangan atau kaki selama 5-6 hari.Ketiga, tahap penyembuhan saat ruam hilang sesuai urutan kemunculannya menjadi berwarna kehitaman dan mengelupas yang akan hilang dalam 1-2 minggu.
Campak dapat sangat berbahaya jika terjadi komplikasi. Karyanti mengatakan komplikasi yang bisa terjadi seperti ensefalopati/ensefalitis (radang otak) yang ditandai dengan kejang atau penurunan kesadaran, bronkopneumonia (radang paru) yang ditandai dengan sesak napas, enteritis (radang saluran pencernaan) yang ditandai dengan diare sampai dehidrasi berat, dan infeksi telinga bagian tengah.
Hal senada dikemukakan oleh Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine. Seperti dikutip dari laman Kemenkes, yang dikhawatirkan dari campak adalah komplikasi.
Baca juga: 55 Daerah di Indonesia Umumkan KLB Campak, Apa Pemicunya?
“Komplikasi campak ini umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek, maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan,” ujarnya.
Sementara itu, untuk menangani penderita campak, Karyanti mengatakan bersifat suportif seperti memberikan asupan cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Pada kasus dengan komplikasi dapat diberikan antibiotik jika ada indikasi infeksi sekunder bakteri atau memerlukan perawatan di rumah sakit.
“Seseorang yang terkena penyakit campak sangat cepat menularkan virus campak melalui udara empat hari sebelum hingga empat hari setelah munculnya ruam melalui udara, sehingga perlu dilakukan isolasi baik secara mandiri di rumah atau di rumah sakit,” katanya.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.