Meramu Pilihan Investasi 2023, Begini Kiat dari Financial Planner
17 January 2023 |
14:35 WIB
Di tengah kondisi ekonomi yang penuh dengan ketidakpastian, berinvestasi bisa jadi langkah untuk mengamankan bahkan menumbuhkan aset yang dimiliki. Kendati begitu, perlu strategi yang tepat untuk meramu instrumen investasi supaya sesuai dengan tujuan: untung, bukan malah buntung.
Perencana keuangan Safir Senduk menyarankan para investor untuk melakukan investasi secara rutin setiap bulannya. Menurutnya, nilai yang perlu diinvestasikan adalah 10 persen dari pendapatan, atau bisa juga 20 hingga 30 persen untuk hasil yang lebih maksimal. Selain itu, perlu diperhatikan untuk berinvestasi ke instrumen dan perusahaan yang legal.
Menurutnya, ada tiga jenis investasi dilihat dari sisi bentuk. Pertama adalah investasi fisik seperti emas batangan dan properti. Kedua investasi berbentuk paper (kertas) seperti deposito, reksa dana, saham dan lain sebagainya. Ketiga, investasi yang berbentuk digital seperti asset kripto.
“Kalau kita mau berinvestasi jangan dilihat dari bentuknya tapi dilihat dari jenis pendapatan atau hasil investasi,” ujarnya.
Baca juga: Kiat Mengotak-atik Portofolio Investasi Hadapi Tahun Resesi
Karena jika dilihat dari bentuk maka ini sangat subjektif. Umumnya, investasi fisik lebih disukai kelompok gen x atau baby boomer. Kelompok milenial lebih suka yang berbentuk paper seperti deposito, reksa dana, dan saham. Begitu juga dengan gen z yang lebih digital, mereka tidak terlalu tertarik dengan investasi seperti properti.
Sementara itu, jika dilihat dari sisi hasil maka ada dua jenis investasi yaitu fix income dan growth income. Beberapa contoh investasi fix income seperti deposito, obligasi, dan properti yang disewakan. Sedangkan investasi growth income yang naik turun adalah saham, asset kripto, dan lain sebagainya.
“Investasi growth income memang memberi keuntungan yang lebih besar tapi resikonya juga besar,” ucapnya.
Dalam kondisi resesi dan perekonomian penuh ketidakpastian, Safir merekomendasikan untuk berinvestasi pada aset fix income. Sebab di kala suku bunga naik maka investasi seperti deposito, obligasi, atau reksa dana pendapatan tetap menjadi primadona. Sedangkan ketika suku bunga turun dan kondisi stabil maka investasi di pasar modal dan kripto akan menarik.
“Saat resesi dan perekonomian melambat maka kita dapat fokus berinvestasi di fix income. Jika ada uang lebih bisa membeli growth income seperti saham atau kripto karena harganya juga lagi murah tapi fokus untuk investasi jangka panjang,” jelasnya.
Baca juga: Menimbang Prospek Investasi Reksa Dana & Saham pada 2023
Sementara itu, Financial Planner Aidil Akbar mengatakan bahwa investasi pada dasarnya memiliki tujuan jangka panjang. Maka periode terjadinya resesi adalah waktu yang tepat untuk melakukan investasi. Alasannya karena pada waktu tersebut, banyak instrumen investasi yang harganya turun.
Namun, investasi juga harus dilihat berdasarkan profil risiko seseorang. Jika orang tersebut memiliki tipe konservatif moderat, pada 2023 mereka bisa masuk ke investasi yang berorientasi perbankan atau surat berharga, seperti deposito dan obligasi. Meskipun tetap ada resiko jika suku bunga terus meningkat maka obligasi akan turun.
Sementara itu, untuk investor yang agresif dan risk taker maka 2023 bisa menjadi tahun yang penuh dengan kesempatan sebab ketika harga saham dan reksa dana saham turun maka mereka bisa masuk dengan catatan saham yang dipilih adalah dari perusahaan yang memiliki fundamental dan rasio keuangan yang bagus.
“Investasi itu sifatnya jangka panjang bisa 2 sampai 5 tahun bahkan ada yang 10 tahun. Maka ketika harga turun, waktunya untuk masuk selama fundamentalnya bagus,” ucapnya.
Selain ke saham, investor yang agresif juga bisa masuk ke investasi mata uang kripto. Sebab ditengarai pada 2023 kripto akan berbalik arah sehingga pada 2024 hingga 2025 akan terjadi bullish maka menjadi waktu yang tepat untuk mengumpulkan aset kripto dari sekarang.
“Saat ini kripto memang cenderung sideways tapi di pertengahan tahun depan tampaknya akan bullish sehingga bagi investor yang agresif bisa masuk ke kripto,” ujarnya.
Baca juga: Bitcoin dan Kripto Alami Winter Season Pada 2022, Bagaimana Potensinya Pada 2023?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Perencana keuangan Safir Senduk menyarankan para investor untuk melakukan investasi secara rutin setiap bulannya. Menurutnya, nilai yang perlu diinvestasikan adalah 10 persen dari pendapatan, atau bisa juga 20 hingga 30 persen untuk hasil yang lebih maksimal. Selain itu, perlu diperhatikan untuk berinvestasi ke instrumen dan perusahaan yang legal.
Menurutnya, ada tiga jenis investasi dilihat dari sisi bentuk. Pertama adalah investasi fisik seperti emas batangan dan properti. Kedua investasi berbentuk paper (kertas) seperti deposito, reksa dana, saham dan lain sebagainya. Ketiga, investasi yang berbentuk digital seperti asset kripto.
“Kalau kita mau berinvestasi jangan dilihat dari bentuknya tapi dilihat dari jenis pendapatan atau hasil investasi,” ujarnya.
Baca juga: Kiat Mengotak-atik Portofolio Investasi Hadapi Tahun Resesi
Karena jika dilihat dari bentuk maka ini sangat subjektif. Umumnya, investasi fisik lebih disukai kelompok gen x atau baby boomer. Kelompok milenial lebih suka yang berbentuk paper seperti deposito, reksa dana, dan saham. Begitu juga dengan gen z yang lebih digital, mereka tidak terlalu tertarik dengan investasi seperti properti.
Sementara itu, jika dilihat dari sisi hasil maka ada dua jenis investasi yaitu fix income dan growth income. Beberapa contoh investasi fix income seperti deposito, obligasi, dan properti yang disewakan. Sedangkan investasi growth income yang naik turun adalah saham, asset kripto, dan lain sebagainya.
“Investasi growth income memang memberi keuntungan yang lebih besar tapi resikonya juga besar,” ucapnya.
Dalam kondisi resesi dan perekonomian penuh ketidakpastian, Safir merekomendasikan untuk berinvestasi pada aset fix income. Sebab di kala suku bunga naik maka investasi seperti deposito, obligasi, atau reksa dana pendapatan tetap menjadi primadona. Sedangkan ketika suku bunga turun dan kondisi stabil maka investasi di pasar modal dan kripto akan menarik.
“Saat resesi dan perekonomian melambat maka kita dapat fokus berinvestasi di fix income. Jika ada uang lebih bisa membeli growth income seperti saham atau kripto karena harganya juga lagi murah tapi fokus untuk investasi jangka panjang,” jelasnya.
Baca juga: Menimbang Prospek Investasi Reksa Dana & Saham pada 2023
Sementara itu, Financial Planner Aidil Akbar mengatakan bahwa investasi pada dasarnya memiliki tujuan jangka panjang. Maka periode terjadinya resesi adalah waktu yang tepat untuk melakukan investasi. Alasannya karena pada waktu tersebut, banyak instrumen investasi yang harganya turun.
Namun, investasi juga harus dilihat berdasarkan profil risiko seseorang. Jika orang tersebut memiliki tipe konservatif moderat, pada 2023 mereka bisa masuk ke investasi yang berorientasi perbankan atau surat berharga, seperti deposito dan obligasi. Meskipun tetap ada resiko jika suku bunga terus meningkat maka obligasi akan turun.
Sementara itu, untuk investor yang agresif dan risk taker maka 2023 bisa menjadi tahun yang penuh dengan kesempatan sebab ketika harga saham dan reksa dana saham turun maka mereka bisa masuk dengan catatan saham yang dipilih adalah dari perusahaan yang memiliki fundamental dan rasio keuangan yang bagus.
“Investasi itu sifatnya jangka panjang bisa 2 sampai 5 tahun bahkan ada yang 10 tahun. Maka ketika harga turun, waktunya untuk masuk selama fundamentalnya bagus,” ucapnya.
Selain ke saham, investor yang agresif juga bisa masuk ke investasi mata uang kripto. Sebab ditengarai pada 2023 kripto akan berbalik arah sehingga pada 2024 hingga 2025 akan terjadi bullish maka menjadi waktu yang tepat untuk mengumpulkan aset kripto dari sekarang.
“Saat ini kripto memang cenderung sideways tapi di pertengahan tahun depan tampaknya akan bullish sehingga bagi investor yang agresif bisa masuk ke kripto,” ujarnya.
Baca juga: Bitcoin dan Kripto Alami Winter Season Pada 2022, Bagaimana Potensinya Pada 2023?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.