Menimbang Prospek Investasi Reksa Dana & Saham pada 2023
13 January 2023 |
10:30 WIB
Di tengah volatilitas dan ancaman resesi global yang diprediksi bakal terjadi pada 2023, investasi pada instrumen saham dan reksa dana akan tetap menarik untuk dicermati. Kendati begitu, perlu adanya penyesuaian portofolio sehingga bisa memberikan imbal hasil yang menarik.
Head of Research and Advisory Bank Commonwealth, Thadly Chandra, menjelaskan di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian dan ancaman resesi global, investasi di kelas aset pendapatan tetap seperti reksa dana pendapatan tetap (RDPT) lebih aman, karena memiliki tingkat risiko yang lebih rendah tapi tetap berpotensi memberikan imbal hasil.
“Koreksi pada kelas aset ekuitas juga bisa dijadikan peluang bagi investor mengakumulasi secara bertahap dengan metode dollar cost averaging, dengan pilihan investasi seperti reksa dana saham,” ucapnya.
Baca juga: Mengenal Dollar Cost Averaging, Strategi Investor Hadapi Crypto Winter
Selain reksa dana, Thadly mengatakan bahwa pasar saham juga masih tetap menarik sebagai salah satu pilihan investasi. Menurutnya, ada potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung harga komoditas yang tinggi, pembukaan kembali aktivitas ekonomi, dan peningkatan konsumsi masyarakat khususnya di sektor pariwisata.
Dia menyampaikan bahwa berdasarkan tren historis, ketika inflasi meningkat dan terjadi risiko resesi, saham-saham blue chip dengan fundamental kuat, seperti sektor konsumer dan perbankan memiliki kinerja yang tetap baik.
“Sektor konsumer cenderung lebih resilience terhadap ancaman resesi karena masyarakat tetap memenuhi kebutuhan dasar,” jelasnya.
Untuk investor dengan profil risiko sedang (moderat) dapat mengalokasikan 50 persen investasi di reksa dana pendapatan tetap, 30 persen reksa dana saham, dan 20 persen pasar uang. Adapun investor dengan profil risiko rendah (konservatif) dapat mengalokasikan 60 persen investasi di reksa dana pendapatan tetap, 30 persen pasar uang, dan 10 persen reksa dana saham.
“Investor tetap harus berhati-hati dalam menyusun portofolio investasi, sebaiknya menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan. Investor juga dapat memanfaatkan aplikasi untuk memonitor portofolio investasi kapan pun dan di mana pun,” ujarnya.
Perihal senada disampaikan oleh Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto, yang menyebutkan bahwa prospek investasi pada reksa dana saham dan reksa dana pendapatan masih memiliki prospek yang menarik pada 2023. Hal ini didukung dari sisi kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang diharapkan bergerak positif, diiringi dengan harga obligasi yang naik.
Meski demikian, dia menyarankan investor untuk terus mencermati kondisi pasar yang ada sebelum masuk ke reksa dana saham serta menekankan pentingnya diversifikasi alokasi aset sesuai dengan profil dan horizon investasi masing-masing pemilik dana.
“Investor bisa melakukan diversifikasi baik pada reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham,” ujarnya.
Menurutnya reksa dana pendapatan tetap bisa positif karena yield Surat Utang Negara (SUN) yang diperkirakan berada di kisaran 6 persen hingga 6,5 persen. Selain itu, dia juga meyakini pertumbuhan ekonomi akan tetap baik begitu pula dengan inflasi di dalam negeri yang lebih terkendali.
Rudi mengatakan bila seseorang ingin memulai investasi, mereka tidak perlu melakukan strategi khusus karena yang terpenting adalah melakukan pembelian secara berkala setiap bulan melalui perusahaan yang sudah terdaftar di OJK. Alokasinya bisa di tempatnya di reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham.
Menurutnya, reksa dana campuran juga bisa menjadi pilihan bagi seseorang yang ingin membeli reksa dana saham tetapi kurang nyaman karena terlalu agresif. Sementara itu, bila ada yang ingin memilih reksa dana pendapatan tetap tetapi ingin ada sedikit saham maka bisa memilih reksa dana campuran yang sebagian besar alokasi portofolionya ke obligasi.
“Karakter setiap orang kan beda-beda, tidak semua orang agresif membeli reksa dana saham maka dia bisa membeli yang campuran,” ucapnya.
Rudiyanto mengatakan dalam memilih portofolio saham pihaknya tidak terpaku pada sektor tertentu tetapi lebih fokus mencari perusahaan yang memiliki laporan keuangan positif dengan nilai valuasi yang masih murah. “Kami tidak fokus ke sektor karena memilih sahamnya satu per satu,” ujarnya.
Baca juga: Cocok Untuk Investor Konservatif, Begini Tips Untung Investasi Emas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Head of Research and Advisory Bank Commonwealth, Thadly Chandra, menjelaskan di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian dan ancaman resesi global, investasi di kelas aset pendapatan tetap seperti reksa dana pendapatan tetap (RDPT) lebih aman, karena memiliki tingkat risiko yang lebih rendah tapi tetap berpotensi memberikan imbal hasil.
“Koreksi pada kelas aset ekuitas juga bisa dijadikan peluang bagi investor mengakumulasi secara bertahap dengan metode dollar cost averaging, dengan pilihan investasi seperti reksa dana saham,” ucapnya.
Baca juga: Mengenal Dollar Cost Averaging, Strategi Investor Hadapi Crypto Winter
Selain reksa dana, Thadly mengatakan bahwa pasar saham juga masih tetap menarik sebagai salah satu pilihan investasi. Menurutnya, ada potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung harga komoditas yang tinggi, pembukaan kembali aktivitas ekonomi, dan peningkatan konsumsi masyarakat khususnya di sektor pariwisata.
Dia menyampaikan bahwa berdasarkan tren historis, ketika inflasi meningkat dan terjadi risiko resesi, saham-saham blue chip dengan fundamental kuat, seperti sektor konsumer dan perbankan memiliki kinerja yang tetap baik.
“Sektor konsumer cenderung lebih resilience terhadap ancaman resesi karena masyarakat tetap memenuhi kebutuhan dasar,” jelasnya.
Meramu Portofolio
Sementara itu, terkait pilihan investasi, Thadly menyarankan agar para investor dengan profil risiko tinggi (agresif) yang berfokus pada pertumbuhan dapat mengoptimalkan porsi reksa dana saham hingga 80 persen dari portofolio investasi yang dimiliki.Untuk investor dengan profil risiko sedang (moderat) dapat mengalokasikan 50 persen investasi di reksa dana pendapatan tetap, 30 persen reksa dana saham, dan 20 persen pasar uang. Adapun investor dengan profil risiko rendah (konservatif) dapat mengalokasikan 60 persen investasi di reksa dana pendapatan tetap, 30 persen pasar uang, dan 10 persen reksa dana saham.
“Investor tetap harus berhati-hati dalam menyusun portofolio investasi, sebaiknya menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan. Investor juga dapat memanfaatkan aplikasi untuk memonitor portofolio investasi kapan pun dan di mana pun,” ujarnya.
Perihal senada disampaikan oleh Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto, yang menyebutkan bahwa prospek investasi pada reksa dana saham dan reksa dana pendapatan masih memiliki prospek yang menarik pada 2023. Hal ini didukung dari sisi kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang diharapkan bergerak positif, diiringi dengan harga obligasi yang naik.
Meski demikian, dia menyarankan investor untuk terus mencermati kondisi pasar yang ada sebelum masuk ke reksa dana saham serta menekankan pentingnya diversifikasi alokasi aset sesuai dengan profil dan horizon investasi masing-masing pemilik dana.
“Investor bisa melakukan diversifikasi baik pada reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham,” ujarnya.
Menurutnya reksa dana pendapatan tetap bisa positif karena yield Surat Utang Negara (SUN) yang diperkirakan berada di kisaran 6 persen hingga 6,5 persen. Selain itu, dia juga meyakini pertumbuhan ekonomi akan tetap baik begitu pula dengan inflasi di dalam negeri yang lebih terkendali.
Rudi mengatakan bila seseorang ingin memulai investasi, mereka tidak perlu melakukan strategi khusus karena yang terpenting adalah melakukan pembelian secara berkala setiap bulan melalui perusahaan yang sudah terdaftar di OJK. Alokasinya bisa di tempatnya di reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham.
Menurutnya, reksa dana campuran juga bisa menjadi pilihan bagi seseorang yang ingin membeli reksa dana saham tetapi kurang nyaman karena terlalu agresif. Sementara itu, bila ada yang ingin memilih reksa dana pendapatan tetap tetapi ingin ada sedikit saham maka bisa memilih reksa dana campuran yang sebagian besar alokasi portofolionya ke obligasi.
“Karakter setiap orang kan beda-beda, tidak semua orang agresif membeli reksa dana saham maka dia bisa membeli yang campuran,” ucapnya.
Rudiyanto mengatakan dalam memilih portofolio saham pihaknya tidak terpaku pada sektor tertentu tetapi lebih fokus mencari perusahaan yang memiliki laporan keuangan positif dengan nilai valuasi yang masih murah. “Kami tidak fokus ke sektor karena memilih sahamnya satu per satu,” ujarnya.
Baca juga: Cocok Untuk Investor Konservatif, Begini Tips Untung Investasi Emas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.