Investasi Safe Haven Mulai Dilirik Pada Tahun Resesi, SBN Bisa Jadi Pilihan
14 January 2023 |
20:46 WIB
Di tengah potensi ketidakpastian ekonomi global, jenis investasi safe haven belakangan mulai dilirik. Safe haven merupakan pemilihan aset investasi tertentu yang nilainya diharapkan tetap terjaga meski kondisi perekonomian dunia sedang tidak stabil.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Deni Ridwan mengaku optimistis tahun ini investasi Surat Berharga Negara (SBN) Retail masih akan diminati masyarakat.
Baca juga: Kiat Mengotak-atik Portofolio Investasi Hadapi Tahun Resesi
Menurut dia, SBN Ritel bisa menjadi salah satu pilihan menarik untuk mendiversifikasi portofolio investasi. Hal itu terlihat pada antusiasme masyarakat terhadap investasi SBN Ritel yang mengalami kenaikan pada tahun lalu.
Di sisi lain, Deni juga menyoroti indeks literasi keuangan masyarakat sudah mengalami perbaikan yang tercermin dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022.
Pada 2013 indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sekitar 21,84 persen. Angkanya kemudian naik saat dilakukan survei serupa pada 2016 menjadi 29,70. Tren perbaikan terus terjadi setiap tahunnya.
Pada 2019, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia menjadi 38,03 persen. Kemudian, pada 2022, angkanya kembali naik menjadi 49,69 persen.
Sementara itu, skor indeks inklusi keuangan juga terus mengalami perbaikan. Pada 2013, skornya hanya 59,74 persen, lalu pada 2016 menjadi 67,80 persen. Angkanya makin tinggi pada 2019 menjadi 76,19 persen dan pada 2022 meningkat lagi menjadi 85,10 persen.
“Dengan tingkat literasi yang makin tinggi, tentunya masyarakat akan membutuhkan opsi-opsi investasi yang beragam,” ujar Deni kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Terlebih, adanya potensi ancaman resesi kerap kali membuat pola investasi masyarakat berubah. Saat kondisi ekonomi mengalami tekanan, investor sering kali kembali melirik instrumen investasi safe haven.
Pada kondisi tersebut, masyarakat biasanya lebih suka menempatkan dana investasinya di tempat-tempat yang lebih aman. Jika dahulu opsinya terbatas, seperti emas, kini dengan adanya SBN Ritel pilihannya jadi makin banyak.
Deni menjelaskan SBN Ritel termasuk jenis investasi yang cukup aman karena dijamin langsung oleh pemerintah. Jadi, minim sekali mengalami default risk. SBN Ritel juga kini lebih mudah diperoleh dengan hanya minimal Rp 1 juta saja untuk investasi.
Pada tahun ini, pemerintah akan menerbitkan delapan kali SBN ritel, yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Sukuk yang berbasis syariah. Dengan meningkatnya minat investor, pemerintah juga meningkatkan alokasi penerbitan SBN Ritel menjadi Rp130 triliun.
Alokasi tersebut lebih besar daripada realisasi 2022 sebesar Rp107 triliun. Artinya, kata Deni, calon investor yang pada tahun lalu belum kebagian kuota SBN Ritel, pada tahun ini memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkannya.
Deni mengatakan berdasarkan data Kemenkeu, sejauh ini produk SBN Ritel yang bersifat tradable lebih diminati oleh masyarakat. Untuk konvensional, biasanya yang dipilih adalah Obligasi Negara Ritel (ORI), sedangkan yang syariah ialah Sukuk Ritel (SR).
Dua instrumen tersebut menarik karena sifatnya yang fleksibel. Jadi, ketika masyarakat sedang butuh dana, mereka bisa menjual langsung di pasar sekunder dengan proses yang relatif gampang.
Namun, tak bisa dimungkiri, kata Deni, minat masyarakat untuk membeli SBN Ritel non-tradable juga makin meningkat. Hal menarik dari SBN Ritel non-tradable ialah karena memiliki kupon floating with floor.
Baca juga: Cocok Untuk Investor Konservatif, Begini Tips Untung Investasi Emas
Editor: Dika Irawan
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Deni Ridwan mengaku optimistis tahun ini investasi Surat Berharga Negara (SBN) Retail masih akan diminati masyarakat.
Baca juga: Kiat Mengotak-atik Portofolio Investasi Hadapi Tahun Resesi
Menurut dia, SBN Ritel bisa menjadi salah satu pilihan menarik untuk mendiversifikasi portofolio investasi. Hal itu terlihat pada antusiasme masyarakat terhadap investasi SBN Ritel yang mengalami kenaikan pada tahun lalu.
Di sisi lain, Deni juga menyoroti indeks literasi keuangan masyarakat sudah mengalami perbaikan yang tercermin dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022.
Pada 2013 indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sekitar 21,84 persen. Angkanya kemudian naik saat dilakukan survei serupa pada 2016 menjadi 29,70. Tren perbaikan terus terjadi setiap tahunnya.
Pada 2019, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia menjadi 38,03 persen. Kemudian, pada 2022, angkanya kembali naik menjadi 49,69 persen.
Sementara itu, skor indeks inklusi keuangan juga terus mengalami perbaikan. Pada 2013, skornya hanya 59,74 persen, lalu pada 2016 menjadi 67,80 persen. Angkanya makin tinggi pada 2019 menjadi 76,19 persen dan pada 2022 meningkat lagi menjadi 85,10 persen.
“Dengan tingkat literasi yang makin tinggi, tentunya masyarakat akan membutuhkan opsi-opsi investasi yang beragam,” ujar Deni kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Terlebih, adanya potensi ancaman resesi kerap kali membuat pola investasi masyarakat berubah. Saat kondisi ekonomi mengalami tekanan, investor sering kali kembali melirik instrumen investasi safe haven.
Pada kondisi tersebut, masyarakat biasanya lebih suka menempatkan dana investasinya di tempat-tempat yang lebih aman. Jika dahulu opsinya terbatas, seperti emas, kini dengan adanya SBN Ritel pilihannya jadi makin banyak.
Deni menjelaskan SBN Ritel termasuk jenis investasi yang cukup aman karena dijamin langsung oleh pemerintah. Jadi, minim sekali mengalami default risk. SBN Ritel juga kini lebih mudah diperoleh dengan hanya minimal Rp 1 juta saja untuk investasi.
Pada tahun ini, pemerintah akan menerbitkan delapan kali SBN ritel, yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Sukuk yang berbasis syariah. Dengan meningkatnya minat investor, pemerintah juga meningkatkan alokasi penerbitan SBN Ritel menjadi Rp130 triliun.
Alokasi tersebut lebih besar daripada realisasi 2022 sebesar Rp107 triliun. Artinya, kata Deni, calon investor yang pada tahun lalu belum kebagian kuota SBN Ritel, pada tahun ini memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkannya.
Ilustrasi investasi (Sumber gambar: Freepik)
Dua instrumen tersebut menarik karena sifatnya yang fleksibel. Jadi, ketika masyarakat sedang butuh dana, mereka bisa menjual langsung di pasar sekunder dengan proses yang relatif gampang.
Namun, tak bisa dimungkiri, kata Deni, minat masyarakat untuk membeli SBN Ritel non-tradable juga makin meningkat. Hal menarik dari SBN Ritel non-tradable ialah karena memiliki kupon floating with floor.
Baca juga: Cocok Untuk Investor Konservatif, Begini Tips Untung Investasi Emas
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.