Cocok Untuk Investor Konservatif, Begini Tips Untung Investasi Emas
11 January 2023 |
17:00 WIB
Emas merupakan jenis investasi yang cocok untuk investor tipe konservatif. Sebab, pergerakan harga emas cenderung stabil dan tidak terlalu fluktuatif. Namun, secara jangka panjang, harga emas terbukti selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan investasi emas sangat menarik untuk disimak pada 2023. Ada dua peristiwa penting yang dapat memengaruhi harga emas pada 2023.
Baca juga: Menengok Prospek Investasi Emas di Tengah Ancaman Resesi 2023
Dengan adanya ancaman resesi, harga emas diprediksi akan melambung. Secara historis, harga emas selalu naik saat perekonomian global sedang bermasalah.
Sebab, saat keadaan tidak menentu, emas selalu jadi incaran karena dianggap sebagai instrumen investasi yang lebih aman. Oleh karena itu, kenaikan harga emas diprediksi akan lebih tajam dari biasanya.
Namun, di sisi lain, pada akhir tahun 2022, Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga. Lingkungan suku bunga yang tinggi biasanya akan membuat harga emas terkoreksi.
“Harga spot emas itu dipengaruhi hal itu. Jadi, kalau nilai dolar menguat karena suku bunga The Fed tinggi, harga emas akan turun,” ujar Ariston kepada Hypeabis.id.
Dinamisnya harga emas ini harus disikapi dengan bijak. Menguatnya suku bunga justru jadi berkah tersendiri bagi investor emas sebelum terjadinya resesi pada 2023. Lantas bagaimana cara memaksimalkan potensi cuan dari investasi emas? Simak tips meraih untuk dari investasi emas berikut ini.
Menurut Ariston, emas merupakan instrumen investasi yang peruntukkannya untuk jangka panjang. Kecuali, jika ingin melakukan trading, tentu perputaran jual dan belinya akan lebih cepat.
Namun, jika tujuannya ialah untuk investasi, Ariston menyarankan agar menyimpan emas dalam jangka menengah hingga panjang. Sebab, emas bukan tipe investasi yang dapat memberikan keuntungan cepat.
Terlebih, investasi logam mulia memiliki nilai spread yang tinggi. Jadi, investor tidak bisa langsung menjual emas yang baru dibeli karena akan otomatis merugi. Selisih nilai beli dan nilai jualnya bisa mencapai Rp100.000-an lebih.
Ariston menyarankan setidaknya investor menyimpan emasnya hingga jangka waktu 1 tahunan sebelum dijual kembali. Namun, sekali lagi, 1 tahun bukan patokan karena pergerakan emas dipengaruhi oleh kondisi politik dan ekonomi global.
Ariston mengatakan salah satu yang memengaruhi pergerakan emas ialah adanya permintaan dan penawaran. Saat emas banyak dibutuhkan oleh orang, maka harganya akan naik, begitu sebaliknya. Oleh karena itu, sebaiknya investor jeli melihat hal itu.
Usahakan membeli emas saat instrumen investasi ini tidak terlalu dibutuhkan. Biasanya, kata Ariston, saat emas tidak dibutuhkan, harganya akan turun dan itu adalah waktu yang tepat untuk membelinya.
Sama seperti jenis investasi lain, waktu pembelian sangat berpengaruh terhadap keuntungan investasi. Ariston menyarankan pembelian emas sebaiknya dilakukan saat kondisi ekonomi global sedang stabil.
Sebab, hal itu akan membuat harga emas cenderung turun dan layak dibeli. Namun, saat ekonomi dunia sedang tidak stabil, harga emas akan naik.
Strategi pembelian emas tidak terlalu rumit. Instumen investasi ini bisa dibeli dalam jumlah yang banyak sekaligus. Namun, tidak ada salahnya juga jika menggunakan skema menabung, yakni sedikit demi sedikit, tetapi konsisten.
Terlebih, saat ini investasi emas juga lebih mudah dilakukan. Selain dengan emas fisik, investasi juga bisa dilakukan dengan emas digital. Keduanya relatif memiliki siklus naik dan turun harga yang sama.
Akan tetapi, Ariston mengatakan emas digital dinilai memiliki harga emas yang mendekati harga internasional. Sebab, emas digital tidak memiliki biaya mencetak fisiknya sehingga harganya lebih dinamis.
Editor: Dika Irawan
Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan investasi emas sangat menarik untuk disimak pada 2023. Ada dua peristiwa penting yang dapat memengaruhi harga emas pada 2023.
Baca juga: Menengok Prospek Investasi Emas di Tengah Ancaman Resesi 2023
Dengan adanya ancaman resesi, harga emas diprediksi akan melambung. Secara historis, harga emas selalu naik saat perekonomian global sedang bermasalah.
Sebab, saat keadaan tidak menentu, emas selalu jadi incaran karena dianggap sebagai instrumen investasi yang lebih aman. Oleh karena itu, kenaikan harga emas diprediksi akan lebih tajam dari biasanya.
Ilustrasi investasi emas (Sumber gambar: Freepik)
Namun, di sisi lain, pada akhir tahun 2022, Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga. Lingkungan suku bunga yang tinggi biasanya akan membuat harga emas terkoreksi.
“Harga spot emas itu dipengaruhi hal itu. Jadi, kalau nilai dolar menguat karena suku bunga The Fed tinggi, harga emas akan turun,” ujar Ariston kepada Hypeabis.id.
Dinamisnya harga emas ini harus disikapi dengan bijak. Menguatnya suku bunga justru jadi berkah tersendiri bagi investor emas sebelum terjadinya resesi pada 2023. Lantas bagaimana cara memaksimalkan potensi cuan dari investasi emas? Simak tips meraih untuk dari investasi emas berikut ini.
Simpan Dalam Jangka Waktu yang Panjang
Menurut Ariston, emas merupakan instrumen investasi yang peruntukkannya untuk jangka panjang. Kecuali, jika ingin melakukan trading, tentu perputaran jual dan belinya akan lebih cepat.
Namun, jika tujuannya ialah untuk investasi, Ariston menyarankan agar menyimpan emas dalam jangka menengah hingga panjang. Sebab, emas bukan tipe investasi yang dapat memberikan keuntungan cepat.
Terlebih, investasi logam mulia memiliki nilai spread yang tinggi. Jadi, investor tidak bisa langsung menjual emas yang baru dibeli karena akan otomatis merugi. Selisih nilai beli dan nilai jualnya bisa mencapai Rp100.000-an lebih.
Ariston menyarankan setidaknya investor menyimpan emasnya hingga jangka waktu 1 tahunan sebelum dijual kembali. Namun, sekali lagi, 1 tahun bukan patokan karena pergerakan emas dipengaruhi oleh kondisi politik dan ekonomi global.
Beli saat tidak butuh
Ariston mengatakan salah satu yang memengaruhi pergerakan emas ialah adanya permintaan dan penawaran. Saat emas banyak dibutuhkan oleh orang, maka harganya akan naik, begitu sebaliknya. Oleh karena itu, sebaiknya investor jeli melihat hal itu.
Usahakan membeli emas saat instrumen investasi ini tidak terlalu dibutuhkan. Biasanya, kata Ariston, saat emas tidak dibutuhkan, harganya akan turun dan itu adalah waktu yang tepat untuk membelinya.
Perhatikan waktu pembelian
Sama seperti jenis investasi lain, waktu pembelian sangat berpengaruh terhadap keuntungan investasi. Ariston menyarankan pembelian emas sebaiknya dilakukan saat kondisi ekonomi global sedang stabil.
Sebab, hal itu akan membuat harga emas cenderung turun dan layak dibeli. Namun, saat ekonomi dunia sedang tidak stabil, harga emas akan naik.
Strategi Pembelian
Strategi pembelian emas tidak terlalu rumit. Instumen investasi ini bisa dibeli dalam jumlah yang banyak sekaligus. Namun, tidak ada salahnya juga jika menggunakan skema menabung, yakni sedikit demi sedikit, tetapi konsisten.
Terlebih, saat ini investasi emas juga lebih mudah dilakukan. Selain dengan emas fisik, investasi juga bisa dilakukan dengan emas digital. Keduanya relatif memiliki siklus naik dan turun harga yang sama.
Akan tetapi, Ariston mengatakan emas digital dinilai memiliki harga emas yang mendekati harga internasional. Sebab, emas digital tidak memiliki biaya mencetak fisiknya sehingga harganya lebih dinamis.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.