Ilustrasi keuangan (Sumber gambar: Unsplash/Ibrahim Rifath)

Strategi Berinvestasi Ketika Rupiah Melemah

27 May 2022   |   11:46 WIB

Rupiah yang melemah tentunya akan berakibat terhadap daya beli masyarakat, terutama untuk barang dan jasa yang memiliki kaitan langsung dengan mata uang negara lain dalam hal ini adalah dolar Amerika Serikat. Meski begitu, sebagai investor mestinya kalian tidak panik bila berada dalam kondisi tersebut. Sebab ada beberapa langkah untuk bertahan, bahkan bisa mendulang cuan dalam situasi tersebut. 

Dalam Bisnis Indonesia Weekly edisi Mei 2018, perencana keuangan OneShildt Budi Rahardjo mengatakan pelemahan rupiah dapat menggerus keuntungan investasi. Di saat seperti itu, lanjutnya, pemahaman mengenai diversifikasi dalam berinvestasi menjadi hal yang penting.  

Baca juga: Sebelum Berinvestasi, Kuy Kenalan dengan Tipe-tipe Investor Ini
 

Tentukan tujuan investasi

Sejatinya ketika melakukan investasi, investor tidak membuat keputusan investasi berdasarkan kondisi pasar semata. Namun tetap menyesuaikan dengan tujuan penggunaan dana apakah dalam jangka pendek, menengah  atau jangka panjang.



Menurut Budi, bagi investor yang anak menggunakan dana dalam jangka pendek, maka investasi yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan instrumen investasi pasar uang.  “Ini untuk menjaga agar nilai uang tersebut tidak berfluktuatif,” kata Budi.

Sementara untuk investor yang ingin menggunakan dana dalam jangka panjang serta degan profil agresif dapat mengoleksi saham yang berfundamental baik yang saat ini sedang terkoreksi nilainya. Sementara bagi investor jangka menengah yang berencana untuk menggunakan dananya dalam jangka waktu satu hingga tiga tahun ke depan dapat memanfaatkan instrumen pendapatan tetap. 
 

Dampak pelemahan mata uang

Adapun, dampak dari pelemahan rupiah membawa beberapa harga saham melemah. Kendati begitu, bagi investor dalam horizon jangka panjang dan memegang saham-saham yang berfundamental baik justru akan memberikan dengan keuntungan dengan adanya pelemahan rupiah. 

 “Misalnya, seperti emiten-emiten yang berorientasi ekspor diharapkan tidak terburu-buru untuk menjual sahamnya,” jelasnya.

Dia mengatakan bagi investor yang berorientasi jangka panjang dapat mengakumulasi saham tersebut agar dapat memanfaatkan potensi pelemahan sementara itu, untuk mendapatkan saham yang sedang terkoreksi nilainya.
 

Investor jangka pendek

Di sisi lain, untuk trader yang melakukan spekulas jangka pendek dengan kondisi pelemahan rupiah harus lebih berhati-hati dalam menempatkan dananya.  Dia menyarankan sebaiknya  melakukan pembatasan kerugian dengan menerapkan cut loss yang lebih ketat. 

Hal ini untuk mencegah kerugian yang lebih besar saat saham  pilihan bergerak  ke arah yang tidak diharapkan, hingga pasar menunjukkan perubahan arah kembali dan lebih rutin merealisasikan keuntungan.


Investasi logam mulia

Sementara untuk investasi seperti seperti emas diperkirakan kurang menarik. Pasalnya instrumen ini telah mengalami kenaikan harga sehingga cukup mahal apabila dikoleksi investor saat ini. Sebaiknya, emas dibeli saat rupiah kembali turun.

“Investasi emas harus diwaspadai saat ini, dalam jangka pendek nilai tukar emas agak tertekan karena penguatan dolar,” katanya.
 

Tak perlu khawatir

Perencana keuangan Aidil Akbar mengatakan, saham yang berorientasi pada ekspor justru akan mendapatkan keuntungan saat rupiah melemah. Dengan demikian tidak masalah apabila investor telah menggenggam saham tersebut. 

“Kalau mau beli saham harus yang ekspor oriented, misalnya minyak naik akan diikuti dengan mineral lain. Saham batu bara juga akan naik juga,”  kata Aidil.

Namun, apabila investor berinvestasi untuk jangka panjang, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi tersebut, yang paling berdampak adalah orang yang melakukan trading.
 

Tetap waspada

Dia menekankan seorang trader yang melakukan spekulasi jangka pendek harus berhati-hati, selain itu harus menaruh perhatian terhadap perusahaan-perusahan yang memiliki bahan baku impor. “ Kalau yang [perusahaan] impor harus hati-hati karena cost mereka pasti akan naik,” katanya.

Baca juga: Baru Mulai Investasi Saham? Simak Pentingnya Bergabung dengan Forum Investasi

Selain itu, lanjutnya perlu diwaspadai saham dari perusahaan perbankan. Pasalnya,  dengan penguatan dolar bisa saja berdampak dengan suku bunga pada sektor perbankan. Apabila  The Fed menaikan suku bunga bank, maka obligasi akan turun. Dengan kata lain, instrumen investasi obligasi perlu diwaspadai.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Pentingnya Peningkatan Skill Bagi Warga Karawang

BERIKUTNYA

Pahit-pahit Berkhasiat, Ternyata Pare Bisa Menurunkan Berat Badan Lo

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: