Ilustrasi fesyen yang menjadi tren 2023. (Sumber gambar: JFW)

Tren Fesyen 2023, Dominasi Sustainable & Selebrasi Warna Cerah

06 January 2023   |   14:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Mode busana selalu berubah setiap tahun. Entah itu inovasi baru maupun mengulang tahun-tahun sebelumnya, yang pasti fesyen dipengaruhi banyak faktor, termasuk kondisi dunia yang dilanda pandemi Covid-19 dan menghadapi krisis iklim. 

Masuk pada 2023, National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma menerangkan pandemi Covid telah mengubah pola pakaian dan gaya hidup masyarakat dunia. Sporty casual atau gaya berpakaian yang cenderung cuek, simpel, dan juga apa adanya, akan tetap menjadi tren pada tahun ini. 

Pakaian jenis ini pun memudahkan penggunanya untuk bergerak dan beraktivitas. Ya, adanya pandemi Covid-19 membuat masyarakat semakin sadar pentingnya bergerak alias berolahraga guna menjaga kesehatan. “Bukan berarti baju olahraga, tetapi pakaian yang ready to wear,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Rabu (4/1/2023). 

Konsep sustainable living juga berdampak ke dunia fesyen. Kini muncul gerakan sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan. “Demand produk sustainable berkembang. Dengan adanya pandemi, orang di push, orang lebih peduli dengan lingkungan, banyak orang yang jiwa sosialnya semakin gede,” tutur Ali. 

Baca jugaGorpcore: Gaya Busana Outdoor yang Bakal Kembali Meramaikan Street Style

Kritikus Mode Sonny Muchlison menilai gerakan sustainable fashion didukung dengan kesadaran banyak orang terhadap krisis iklim yang menjadi ancaman dunia saat ini. Diketahui, pakaian menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar pada lingkungan. 

Berdasarkan catatan Zero Waste, 10 persen emisi karbondioksida global dihasilkan oleh industri fesyen, lebih besar dari industri aviasi yang menghasilkan 2 persen. Sementara itu, dari laporan National Geographic bertajuk Maret 2020: The End of The Trash, menunjukkan bahwa dari 57 persen sampah yang ada, sekitar 8,2 persen di antaranya adalah berupa limbah tekstil.

Menurut Waste4Change, di Indonesia, dari sekitar 33 juta ton pakaian yang diproduksi setiap tahunnya, dapat menghasilkan hampir satu juta ton limbah tekstil yang terbuang di lingkungan. Catatan dari Nexus3Foundation  menunjukkan bahwa terdapat sekitar 1.000 pabrik garmen membuang sisa bahan kimia hasil produksi pakaian ke sungai Citarum. Hal ini tentunya memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan.

“Sampah pakaian ternyata paling besar kedua seluruh dunia. Sampahnya itu mencapai 37 ton per bulan,” imbuhnya. 

Sampah pakaian ini didominasi bahan polyester karena masyarakat Indonesia menganggap bahan tersebut paling nyaman dipakai dan anti lecek. Padahal menurut Sonny, mengenakan polyester terlalu sering bisa menimbulkan beberapa penyakit seperti keputihan pada wanita jika dalam bentuk celana dalam hingga iritasi pada kulit anak. 

Adapun salah satu bentuk fesyen berkelanjutan yakni memilih produk yang memiliki jangka waktu panjang dalam pemakaian, dapat digunakan kembali, serta ramah lingkungan. “Produk recycle jadi unggulan,” tegas Sonny.

Rancangan bukan lagi kepada mix and match melainkan pick and match. Dibutuhkan kejelian menggunakan 1-2 pakaian yang bisa dipadupadankan atau dikombinasikan untuk bisa dipakai setiap pekan.

Fesyen juga tidak lagi melihat batas gender. Sebagai contoh, perempuan memakai pakaian laki-laki maupun sebaliknya. “Pakaian ini membuat efisiensi. Setiap orang bisa gaya dengan efisien,” sebut desainer ini.

Para desainer pun ditantang untuk menciptakan fesyen yang berkelanjutan ini. Tidak sekadar berkelanjutan, identitas budaya juga harus ditonjolkan.

Bicara soal produk, Sonny melihat ada semacam selebrasi dalam warna-warna yang ditampilkan. Fashion 2023 menampilkan warna yang lebih hidup dan cerah. Ini tidak lepas dari dunia yang mulai pulih dari pandemi Covid-19. 

Menurut Sonny, gradasi ungu mulai dari lilac, lavender, violet, dan burgundy memungkinkan menjadi tren pada tahun ini. Warna ini pun dianggap melewati batas gender karena aman dipakai pria maupun wanita. Selain itu, warna ungu mencerminkan warna bangsawan karena favorit Kerajaan Inggris selain biru dan maroon.

Selain ungu, gradasi biru juga akan ramai dipakai pada 2023. Warna ini akan digabungkan dengan motif strip dan bunga-bunga abstrak yang lebih fun. “Penggunannya dikombinasi warna kontras. Misal pakai sepatu ungu, blazer ungu, celanya tosca. Selain efisiensi, ini gambaran kehidupan,” tuturnya.

Pandangan ini diamini Ali yang menilai pakaian warna-warni, warna terang, dominan dengan siluet aneh akan menjadi tren pada tahun ini. “Jadinya mereka menggunakan warna menyolok, siluet yang menarik perhatian,” ulasnya.

Di satu sisi, Ali berpendapat ada pula tipe orang yang lebih tenang dan tidak mau selebrasi. Hal ini dipicu karena banyak kehilangan orang terdekat, alhasil pakaiannya lebih sederhana dan mengarah kepada warna alam dengan siluet sederhana. “Gayanya lebih down to earth. Baik yang down to earth atau selebrasi mereka aware sustainable fashion,” tambahnya. 

Sementara itu, gaya crop top, celana high waist, dan long waist tetap menjadi tren pada 2023. Begitu pula dengan kargo pants yang banyak mewarnai tren 2023. 

Dari sisi bahan, Sonny menyebut fesyen lebih banyak didominasi serat alam. Sebagai contoh, pakaian mengandung 70 persen serat alam, sisanya polyester. Sementara jersey mulai ditinggalkan karena tidak menyerap keringat dan menimbulkan bau badan. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Begini Cara Membuat Daftar Pustaka Otomatis di Microsoft Word

BERIKUTNYA

6 Langkah Mewujudkan Resolusi Finansial Lebih Sehat pada 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: