Ilustrasi destinasi wisata (Sumber gambar: Hypeabis.id)

Tren Wisata 2023: Sekarang Zamannya Bekerja, Berbisnis, dan Healing sambil Traveling

06 January 2023   |   11:56 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia dan seluruh dunia lebih dari dua tahun telah mengubah banyak hal, termasuk kebiasaan banyak orang dalam traveling atau berwisata. Mereka tidak lagi berlibur dengan cara konvensional, mendatangi tempat wisata, setelah itu pulang. 

Namun, mereka bisa stay di suatu destinasiw waktu lama. Selama di sana, mereka mengerjakan proyek atau bertemu klien, di sela-sela kegiatan tersebut mereka bisa menikmati liburan. Inilah yang dikenal dengan workation, istilah yang mengacu pada gaya hidup bekerja sambil berkreasi. Tren ini diperkirakan akan diminati oleh para traveler pada tahun ini. 

Pengamat Pariwisata Chusmeru menilai bahwa workation, bersama bleisure, wellness tourism, dan sport tourism akan menjadi tren traveling pada 2023. Tren-tren yang muncul sebagai respons pandemi ini telah memberikan pengalaman baru bagi para pelancong dalam berwisata. 

Baca juga: Cek Agenda Sport Tourism Bergengsi yang Akan Digelar di Indonesia

“Semua tren dan inovasi produk wisata tersebut dipicu oleh pandemi dan adaptasi orang untuk terbiasa hidup dalam situasi apa pun,” katanya kepada Hypeabis.id.
 
Soal workation, Chusmeru mengatakan, wisatawan yang biasanya melakukan liburan ini adalah para digital nomad yang dapat bekerja kapanpun dan di mana pun. Umumnya, mereka adalah wisatawan dengan profesi di bidang seni, desain, arsitek, jurnalis, pengacara, analis, dan profesi lain yang tidak memiliki keterikatan terhadap tempat kerja. 

Wisatawan yang melakukan worakation juga biasanya memiliki length of stay yang cukup lama. Mereka bisa stay di suatu destinasi wisata dari satu minggu sampai dengan tiga bulan.
 
Chusmeru memperkirakan, potensi workation di Indonesia cukup besar di Indonesia. Secara lokasi, beberapa kota telah mendukung aktivitas tersebut seperti Yogyakarta, Bali, Lombok, Manado, Danau Toba [Pulau Sumatra], dan sebagainya.

Mengenai tren bleisure, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan workation. Hanya, berbeda dari pelakunya. Bleisure adalah cara berwisata yang memadukan antara bisnis dan leisure. Para penikmat bleisure adalah  mereka yang memiliki kepentingan dalam melakukan perjanjian, transaksi, kerja sama, atau kunjungan bisnis di suatu destinasi wisata.
 
Sama halnya dengan workation, Chusmeru merlihat beberapa kota di Indonesia juga potensial untuk dijadikan tujuan bleisure. Kota-kota tersebut di antaranya adalah di Batam, Bogor, Jakarta, Bandung, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda, Bali, dan Lombok.  
 
Kemudian, tren pariwisata lainnya, yakni wellness tourism adalah tren wisata yang mengunjungi suatu destinasi wisata sambil melakukan pengobatan atau terapi medis. Indonesia memiliki banyak potensi wellness tourism, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.
 
Adapun, sport tourism biasanya dilakukan oleh para wisatawan sebagai upaya mencari kebugaran atau menyaksikan event olahraga. Kesuksesan penyelenggaraan MotoGP di Mandalika menjadi daya tarik sport tourism di Indonesia.
 
“Event-event seperti maraton di Borobudur maupun Bali juga menjadi daya tarik sport tourism,” katanya.
 
Meskipun begitu, akademisi Universitas Jenderal Soedirman itu menilai bahwa pemerintah dan pelaku wisata belum siap secara keseluruhan menyikapi tren ini. Menurutnya, mereka masih terpaku pada produk wisata konvensional yang cenderung murah dan memiliki kunjungan wisatawan massal.
 
Sebagai contoh adalah wellness tourism. Menurutnya, tren yang satu ini baru Bali yang tampak siap untuk menerapkannya. Padahal, daerah lainnya selain baru juga perlu mempersiapkan diri terkait dengan tren ini.
 
“Sport tourism hampir semua daerah dapat menciptakan event olahraga internasional. Tapi belum juga muncul di pasar wisata. Kebanyakan terpaku pada produk wisata konvensional seperti pantai, pegunungan, maupun taman rekreasi yang length of stay-nya rendah, tapi jumlah wisatawan banyak,” katanya.
 

Paradigma Baru

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, dalam suatu webinar, mengatakan bahwa terdapat paradigma baru pariwisata pada 2023 yang terdiri atas wellness tourism, work from destination, culture immersion, dan off-grid travel.
 
Paradigma baru wellness tourism terjadi lantaran wisatawan ingin healing saat mengunjungi suatu destinasi wisata. Namun, healing yang diinginkan bukan sekedar fisik. Healing itu menyangkut kondisi jiwa atau perasaan.
 
Kemudian, terkait dengan work from destination, para wisatawan bekerja dari sejumlah tempat wisata. Mereka dapat tetap bekerja meskipun tidak berada di kantor secara fisik. Sementara culture immersion adalah wisata budaya yang mampu memberikan pengalaman atau kenangan kepada para wisatawan.
 
Adapun, off-grid travel adalah perjalanan wisata yang keluar dari jalur atau pola perjalanan yang lama menuju tujuan wisata baru. “Kami mengembangkan desa wisata, eco wisata, adventure tourism. Ini yang disebut dengan off grid travel,” katanya.
 

Kunjungan Wisatawan

 Sementara itu seiring dengan momentum pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara yang mengalami peningkatan, Sandiaga pun optimistis bahwa target kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun depan antara 3,6 juta – 7,2 juta dapat tercapai jika momentum pertumbuhan bisa dimaksimalkan dengan baik.
 
Tidak hanya itu, pencabutan kebijakan PPKM pun menambah keyakinan dalam meraih target kunjungan wisatawan mancanegara di dalam negeri lantaran kegiatan dan mobilitas masyarakat, termasuk wisatawan tidak lagi dibatasi.
 
Sandiaga mengatakan bahwa langkah pencabutan PPKM akan membuat minat dan kepercayaan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri mengalami peningkatan untuk melakukan wisata di Indonesia.
 
"Dampak terhadap pariwisata akan sangat positif, akan sangat signifikan,” katanya.
 
Dalam catatan Kemenparekraf, jumlah wisatawan mancanegara pada Januari - Oktober 2022 yang datang ke Indonesia tercatat lebih banyak 2,12 juta – 320.000 jika dibandingkan dengan target yang dipasang oleh pemerintah.
 
Kunjungan wisatawan mancanegara  ke Indonesia sampai dengan Oktober 2022 sudah sebanyak 3,92 juta orang. Sementara itu, pemerintah menargetkan jumlah kunjungan para pelancong asal luar negeri mencapai 1,8 juta – 3,6 juta.
 
Pelancong dari Australia tidak lagi menjadi wisatawan yang menduduki peringkat pertama atau terbanyak pada Oktober 2022. Wisatawan dari Negeri Kanguru tercatat berada di posisi kedua terbanyak yang datang ke Indonesia.
 
Posisi terbanyak pertama wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia adalah dari Malaysia. Sementara di posisi ketiga terbanyak ditempati oleh wisatawan dari Singapura.
 
Wisatawan asal Timor Leste masuk dalam lima besar wisatawan yang datang ke Indonesia pada Oktober 2022 dengan menempati posisi keempat. Di posisi kelima ada wisatawan dari India. Sementara itu, tingkat hunian kamar pada Oktober 2022 juga berhasil mencapai angka di atas 50 persen.

Baca juga: Pariwisata bertransisi ke Wisata Berkelanjutan Atau Sustainable Tourism, Ini Maksudnya

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Pereli Ken Block Meninggal Dunia karena Kecelakaan Mobil Salju

BERIKUTNYA

6 Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Membeli Asuransi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: