Pariwisata bertransisi ke Wisata Berkelanjutan Atau Sustainable Tourism, Ini Maksudnya
29 September 2022 |
16:52 WIB
Genhype sadar nggak kalau industri pariwisata menjadi salah satu penyumbang emisi yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim? Nah, untuk mengurangi dampak emisi tersebut, saat ini banyak negara yang mengarahkan pariwisatanya ke arah sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan, termasuk Indonesia.
Pengembangan industri pariwisata ke arah sustainability ini juga tidak lepas dari kondisi pandemi yang terjadi sejak 2 tahun terakhir ini. Sebab, pariwisata menjadi salah satu sektor yang sangat berdampak karena adanya pembatasan sosial dan mobilitas.
Memang saat ini industri pariwisata kembali menggeliat seiring dengan kondisi pemulihan yang terus membaik. Berdasarkan data dari BPS, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang Januari hingga Juli 2022 mencapai 1,22 juta kunjungan, atau melonjak signifikan 1.434,39 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski jumlah peningkatannya terbilang sangat tinggi tetapi dari sisi jumlah masih jauh dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19 yang biasa mencapai lebih dari 7 juta wisman dengan target kunjungan 20 juta wisman di sepanjang tahun.
Namun, kondisi pandemi yang terjadi ini justru mengubah cara pandang dalam industri pariwisata yang mulanya mengejar kuantitas, dan saat ini lebih berfokus pada kualitas sehingga mendorong ke arah pariwisata yang berkelanjutan.
Founder dan CEO Wise Steps Consulting, Mochamad Nalendra mengatakan bahwa industri pariwisata ini rupanya termasuk dalam salah satu yang menyumbang emisi karbon yaitu sebesar 8 persen di mana 49 persen di antaranya berasal dari transportasi.
Sejalan dengan hal tersebut, data Sustainable Travel Report 2022 menyebutkan bahwa 81 persen wisatawan global merasa pariwisata berkelanjutan sangat penting dengan 50 persen dari responden tersebut mengatakan kepedulian ini bertumbuh karena isu perubahan iklim.
Berangkat dari hal tersebut, Nalendra mengatakan bahwa saat ini Indonesia perlu bertransisi ke arah pariwisata yang berkelanjutan. Mengingat banyaknya destinasi pariwisata di Indonesia yang mengandalkan alam.
Menurutnya, pariwisata berkelanjutan ini tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan komunitas, UMKM, dan kewirausahaan sosial, mengingat 80 persen pelaku pariwisata global adalah UMKM.
“Secara jangka panjang harus ada kolaborasi, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat maupun pelaku industri untuk mendorong pengimplementasian pariwisata berkelanjutan,” ujarnya.
Senada disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Frans Teguh yang mengatakan bahwa memang dalam konteks pariwisata angka kunjungan wisatawan memang penting.
Namun, saat ini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga fokus untuk mendorong pariwisata berkelanjutan yang mempertimbangkan keadaan sosial ekonomi saat ini dan masa depan yang berdampak terhadap lingkungan, tetapi pada saat bersamaan tetap dapat memenuhi kebutuhan turis, industri, dan komunitas.
“Melalui berbagai program yang digalakkan pemerintah serta sinergi dengan berbagai pihak, kami optimistis pariwisata berkelanjutan akan makin berkembang di Indonesia,” jelasnya.
CEO dan Co-founder Bobobox, Indra Gunawan menambahkan bahwa pada dasarnya kesadaran akan tren baru sektor pariwisata yang mengedepankan konsep berkelanjutan sudah banyak dibicarakan, hanya saja pada tahap implementasi masih perlu banyak pelatihan.
“Ini juga yang menjadi tantangan bahwa regulasi di sektor pariwisata ini sifatnya multisektor dan multimanagement,” ucapnya.
Sebagai salah satu pelaku usaha di bidang pariwisata, Bobobox sendiri berkomitmen untuk turut aktif mendukung usaha pemerintah mengembangkan industri pariwisata yang berkelanjutan, tangguh, dan inklusif melalui operasional dan kegiatan bisnisnya.
“Komitmen ini kami tunjukkan dengan mengedepankan prinsip modularitas dan prefabrikasi dalam setiap produk Bobobox, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan sekitar,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga selalu memastikan inklusivitas sosial dengan membuka lapangan pekerjaan dan memberdayakan UMKM sekitar tempat Bobobox dan Bobocabin beroperasi.
Editor: M R Purboyo
Pengembangan industri pariwisata ke arah sustainability ini juga tidak lepas dari kondisi pandemi yang terjadi sejak 2 tahun terakhir ini. Sebab, pariwisata menjadi salah satu sektor yang sangat berdampak karena adanya pembatasan sosial dan mobilitas.
Memang saat ini industri pariwisata kembali menggeliat seiring dengan kondisi pemulihan yang terus membaik. Berdasarkan data dari BPS, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang Januari hingga Juli 2022 mencapai 1,22 juta kunjungan, atau melonjak signifikan 1.434,39 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski jumlah peningkatannya terbilang sangat tinggi tetapi dari sisi jumlah masih jauh dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19 yang biasa mencapai lebih dari 7 juta wisman dengan target kunjungan 20 juta wisman di sepanjang tahun.
Namun, kondisi pandemi yang terjadi ini justru mengubah cara pandang dalam industri pariwisata yang mulanya mengejar kuantitas, dan saat ini lebih berfokus pada kualitas sehingga mendorong ke arah pariwisata yang berkelanjutan.
Founder dan CEO Wise Steps Consulting, Mochamad Nalendra mengatakan bahwa industri pariwisata ini rupanya termasuk dalam salah satu yang menyumbang emisi karbon yaitu sebesar 8 persen di mana 49 persen di antaranya berasal dari transportasi.
Sejalan dengan hal tersebut, data Sustainable Travel Report 2022 menyebutkan bahwa 81 persen wisatawan global merasa pariwisata berkelanjutan sangat penting dengan 50 persen dari responden tersebut mengatakan kepedulian ini bertumbuh karena isu perubahan iklim.
Berangkat dari hal tersebut, Nalendra mengatakan bahwa saat ini Indonesia perlu bertransisi ke arah pariwisata yang berkelanjutan. Mengingat banyaknya destinasi pariwisata di Indonesia yang mengandalkan alam.
Pemandangan sunrise dari Desa Wisata Karangrejo, Borobudur. /jadesta.com
Menurutnya, pariwisata berkelanjutan ini tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan komunitas, UMKM, dan kewirausahaan sosial, mengingat 80 persen pelaku pariwisata global adalah UMKM.
“Secara jangka panjang harus ada kolaborasi, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat maupun pelaku industri untuk mendorong pengimplementasian pariwisata berkelanjutan,” ujarnya.
Senada disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Frans Teguh yang mengatakan bahwa memang dalam konteks pariwisata angka kunjungan wisatawan memang penting.
Namun, saat ini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga fokus untuk mendorong pariwisata berkelanjutan yang mempertimbangkan keadaan sosial ekonomi saat ini dan masa depan yang berdampak terhadap lingkungan, tetapi pada saat bersamaan tetap dapat memenuhi kebutuhan turis, industri, dan komunitas.
“Melalui berbagai program yang digalakkan pemerintah serta sinergi dengan berbagai pihak, kami optimistis pariwisata berkelanjutan akan makin berkembang di Indonesia,” jelasnya.
CEO dan Co-founder Bobobox, Indra Gunawan menambahkan bahwa pada dasarnya kesadaran akan tren baru sektor pariwisata yang mengedepankan konsep berkelanjutan sudah banyak dibicarakan, hanya saja pada tahap implementasi masih perlu banyak pelatihan.
“Ini juga yang menjadi tantangan bahwa regulasi di sektor pariwisata ini sifatnya multisektor dan multimanagement,” ucapnya.
Sebagai salah satu pelaku usaha di bidang pariwisata, Bobobox sendiri berkomitmen untuk turut aktif mendukung usaha pemerintah mengembangkan industri pariwisata yang berkelanjutan, tangguh, dan inklusif melalui operasional dan kegiatan bisnisnya.
“Komitmen ini kami tunjukkan dengan mengedepankan prinsip modularitas dan prefabrikasi dalam setiap produk Bobobox, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan sekitar,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga selalu memastikan inklusivitas sosial dengan membuka lapangan pekerjaan dan memberdayakan UMKM sekitar tempat Bobobox dan Bobocabin beroperasi.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.