Catat! Ini Kesalahan yang Bikin Pelaku Usaha Kuliner Sulit Berkembang
27 December 2022 |
11:00 WIB
Kuliner menjadi salah satu bidang usaha yang paling banyak dikembangkan oleh para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Namun, menjalankan bisnis kuliner bukan hanya sekadar memiliki menu makanan atau minuman yang nikmat rasanya, tetapi ada banyak hal yang perlu diperhatikan.
Sayangnya, hal tersebut sering kali tidak disadari sehingga ada banyak kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha kuliner dalam menjalankan usahanya. Dengan kondisi demikian, bisnis jadi mandek dan sulit berkembang.
Founder Foodizz, Rex Marindo, menyebutkan bahwa kesalahan utama yang sering dilakukan pebisnis kuliner adalah tidak memiliki rencana bisnis yang spesifik, terukur, realistis, dan memiliki time frame. Selain itu, ada juga bisnis yang hanya menarik di awal. Mereka biasanya sukses karena viralitas, tapi tidak punya fundamental yang kuat.
Alhasil, ketika hal itu sudah tidak lagi booming, bisnisnya langsung turun. “Menjadi viral memang tidak salah karena itu bagus untuk membangun awareness di awal bisnis, tapi viral saja tidak cukup. Sebuah bisnis harus punya fundamental yang kuat dan model bisnis yang tepat untuk bisa tumbuh,” jelasnya.
Baca juga: Bisnis Kuliner Susah Naik Kelas? Coba Cek 6 Blind Spot Ini
Agar bisnis memiliki fundamental yang kuat maka pelaku usaha harus memiliki rencana bisnis yang jelas serta membuat perhitungan keuangan dan manajemen yang tepat. Selain itu, pemilik usaha harus terjun langsung sehingga dapat memahami secara penuh bisnis yang dijalankan mulai dari produksi, operasional, pemasaran, hingga keuangan.
“Jangan belum-belum sudah mau bisnisnya autopilot. Dari pengalaman saya berbisnis F&B, agak sulit bisnis ini bisa autopilot, paling semi-semi autopilot kecuali jika menjadi investor,” ucapnya. Selain itu, pemilik usaha juga harus memiliki mindset yang kuat dan tahan banting dalam kondisi apapun. Sebab, bagaiamanapun yang namanya bisnis pasti akan memiliki banyak risiko.
“Problemnya sering kali kita tidak melihat risiko. Padahal risiko itu harus dikelola, caranya adalah dengan mengetahui dimana risikonya, baik risiko yang terlihat maupun yang tak terlihat atau blind spot,” ujarnya.
Setidaknya ada lima risiko dalam berbisnis yaitu resiko keuangan (financial risk) ketika tidak bisa mengelola keuangan dengan baik. Risiko pasar (market risk) ketika mengganti bahan baku atau mengurangi bahan baku sehingga menurunkan kualitas produk yang pada akhirnya membuat konsumen lari.
Risiko kredit (kredit risk) ketika mengembangkan bisnis dengan utang tetapi bisnisnya tidak jalan yang pada akhirnya justru meninggalkan utang itu sendiri. Selanjutnya resiko operasional (operasional risk) ketika berani membuka cabang tetapi tidak dapat mengoperasikan dengan baik sehingga banyak cabang bukannya untung malah buntung.
Terakhir, risiko likuiditas (liquidity risk) ketika arus kas keuangan tidak lancar sehingga sulit membayar pemasok, membayar gaji karyawan dan lain sebagainya. “Maka pelaku usaha harus bisa mengambil keputusan yang tepat untuk meminimalisir atau mengelola risiko yang ada,” ujarnya.
Baca juga: Kaleidoskop 2022: Bisnis yang Viral Sepanjang Tahun, Mie Gacoan hingga Karen's Diner
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Sayangnya, hal tersebut sering kali tidak disadari sehingga ada banyak kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha kuliner dalam menjalankan usahanya. Dengan kondisi demikian, bisnis jadi mandek dan sulit berkembang.
Founder Foodizz, Rex Marindo, menyebutkan bahwa kesalahan utama yang sering dilakukan pebisnis kuliner adalah tidak memiliki rencana bisnis yang spesifik, terukur, realistis, dan memiliki time frame. Selain itu, ada juga bisnis yang hanya menarik di awal. Mereka biasanya sukses karena viralitas, tapi tidak punya fundamental yang kuat.
Alhasil, ketika hal itu sudah tidak lagi booming, bisnisnya langsung turun. “Menjadi viral memang tidak salah karena itu bagus untuk membangun awareness di awal bisnis, tapi viral saja tidak cukup. Sebuah bisnis harus punya fundamental yang kuat dan model bisnis yang tepat untuk bisa tumbuh,” jelasnya.
Baca juga: Bisnis Kuliner Susah Naik Kelas? Coba Cek 6 Blind Spot Ini
Agar bisnis memiliki fundamental yang kuat maka pelaku usaha harus memiliki rencana bisnis yang jelas serta membuat perhitungan keuangan dan manajemen yang tepat. Selain itu, pemilik usaha harus terjun langsung sehingga dapat memahami secara penuh bisnis yang dijalankan mulai dari produksi, operasional, pemasaran, hingga keuangan.
“Jangan belum-belum sudah mau bisnisnya autopilot. Dari pengalaman saya berbisnis F&B, agak sulit bisnis ini bisa autopilot, paling semi-semi autopilot kecuali jika menjadi investor,” ucapnya. Selain itu, pemilik usaha juga harus memiliki mindset yang kuat dan tahan banting dalam kondisi apapun. Sebab, bagaiamanapun yang namanya bisnis pasti akan memiliki banyak risiko.
Risiko Berbisnis
CEO Serasa Food, Yuszak M Yahya, mengatakan bahwa bisnis itu adalah tentang risiko, tetapi pada saat yang bersamaan juga menjanjikan peluang. Maka seseorang yang terjun ke dalam bisnis harus dapat melihat bisnis bukan hanya dari peluangnya saja tetapi juga risiko yang ada di dalamnya.“Problemnya sering kali kita tidak melihat risiko. Padahal risiko itu harus dikelola, caranya adalah dengan mengetahui dimana risikonya, baik risiko yang terlihat maupun yang tak terlihat atau blind spot,” ujarnya.
Setidaknya ada lima risiko dalam berbisnis yaitu resiko keuangan (financial risk) ketika tidak bisa mengelola keuangan dengan baik. Risiko pasar (market risk) ketika mengganti bahan baku atau mengurangi bahan baku sehingga menurunkan kualitas produk yang pada akhirnya membuat konsumen lari.
Risiko kredit (kredit risk) ketika mengembangkan bisnis dengan utang tetapi bisnisnya tidak jalan yang pada akhirnya justru meninggalkan utang itu sendiri. Selanjutnya resiko operasional (operasional risk) ketika berani membuka cabang tetapi tidak dapat mengoperasikan dengan baik sehingga banyak cabang bukannya untung malah buntung.
Terakhir, risiko likuiditas (liquidity risk) ketika arus kas keuangan tidak lancar sehingga sulit membayar pemasok, membayar gaji karyawan dan lain sebagainya. “Maka pelaku usaha harus bisa mengambil keputusan yang tepat untuk meminimalisir atau mengelola risiko yang ada,” ujarnya.
Baca juga: Kaleidoskop 2022: Bisnis yang Viral Sepanjang Tahun, Mie Gacoan hingga Karen's Diner
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.