Mendorong Perempuan Berdaya lewat Jalur Wirausaha
27 December 2022 |
08:00 WIB
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020 lalu telah mendorong banyak perempuan Indonesia untuk lebih berdaya dengan mulai mengembangkan diri menjadi wirausaha. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berdaya secara ekonomi mulai dari berdagang secara online, menjadi reseller dan dropshipper, atau mengembangkan bisnis kuliner dari rumah.
Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan Kementerian Koperasi dan UKM, Destry Anna Sari, mengatakan untuk menjadi wirausaha, perempuan tidak harus menjadi pengusaha yang memproduksi sendiri produknya dari hulu hingga hilir tetapi juga bisa mengambil bagian dalam rantai pasok produksi.
“Apa pun itu, para perempuan pada dasarnya memiliki kesempatan besar untuk bisa berdaya dalam sektor ekonomi yang bisa disesuaikan dengan passion dan kondisinya,” ujarnya dalam webinar bertema ‘Melejitkan Keberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Ekonomi’ yang diselenggarakan oleh Evapora.
Baca juga: Peluang Bisnis Perempuan Terbuka Lebar, Terbukti Paling Mampu Bertahan Saat Pandemi
Founder Gerakan Aku Berdaya, Nina Nugroho, mengatakan bahwa dalam mengembangkan potensi dirinya, perempuan dapat bebas memilih apakah ingin menjadi pengusaha atau menjadi bagian dari rantai pasok.
Jika mereka memutuskan menjadi pengusaha, maka perlu menentukan apakah bakal menjadi pengusaha yang berdiri sendiri atau menjalin kolaborasi dengan pihak lain. Sementara itu, jika ingin masuk ke dalam rantai pasok, maka mereka bisa menentukan menjadi dropshipper, reseller, atau distributor.
"Perempuan bisa memilih cara apa pun, dan bidang apa yang ingin ditekuni sesuai passion-nya masing-masing. Yang pasti harus memiliki komitmen dan daya juang untuk menjalankannya, dan bertanggung jawab dengan pilihan yang telah diambil,” ujar Nina yang juga menjabat sebagai CEO PT Nina Nugroho International.
Di sisi lain, Nina juga mendorong perempuan untuk tidak pantang menyerah dalam melejitkan potensi diri bahwa semua perempuan pada hakikatnya berdaya sehingga perlu mendobrak mentalitas yang kurang baik. Dia meminta agar perempuan yakin bahwa mereka mampu melakukan berbagai hal dan tidak termakan stigma yang membatasi diri sendiri.
Kriteria itu misalnya desa dengan kepala desa perempuan atau adanya pimpinan daerah perempuan, dan melihat apakah pemimpin perempuan di sana memberdayakan kelompoknya. "Kami ingin menjadikan desa-desa di Indonesia ramah perempuan dan peduli anak. Salah satu ukurannya adalah makin banyaknya wirausaha perempuan pada tingkat desa,” ungkapnya.
Selama pandemi, KemenPPPA memberikan pelatihan di kantor kepala desa sehingga mampu memulai produksi sendiri dari rumah. Produk mereka kemudian dibeli dan disalurkan untuk membantu perempuan lain atau keluarga lain yang membutuhkan di masa krisis. Setidaknya terdapat 100 perempuan di sebuah desa yang akhirnya memilih kuliner dan wastra sebagai aktivitas ekonomi mereka.
Menurutnya, saat memulai bisnis , perempuan jangan sampai terbebani dengan urusan modal. Ada dua hal lebih penting yang mesti dipelajari dan dipahami sebelum memulai sebuah usaha yaitu mindset dan market, baru kemudian money.
Baca juga: Begini Cara Komunitas Bangun Support System Solid untuk Perempuan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan Kementerian Koperasi dan UKM, Destry Anna Sari, mengatakan untuk menjadi wirausaha, perempuan tidak harus menjadi pengusaha yang memproduksi sendiri produknya dari hulu hingga hilir tetapi juga bisa mengambil bagian dalam rantai pasok produksi.
“Apa pun itu, para perempuan pada dasarnya memiliki kesempatan besar untuk bisa berdaya dalam sektor ekonomi yang bisa disesuaikan dengan passion dan kondisinya,” ujarnya dalam webinar bertema ‘Melejitkan Keberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Ekonomi’ yang diselenggarakan oleh Evapora.
Baca juga: Peluang Bisnis Perempuan Terbuka Lebar, Terbukti Paling Mampu Bertahan Saat Pandemi
Founder Gerakan Aku Berdaya, Nina Nugroho, mengatakan bahwa dalam mengembangkan potensi dirinya, perempuan dapat bebas memilih apakah ingin menjadi pengusaha atau menjadi bagian dari rantai pasok.
Jika mereka memutuskan menjadi pengusaha, maka perlu menentukan apakah bakal menjadi pengusaha yang berdiri sendiri atau menjalin kolaborasi dengan pihak lain. Sementara itu, jika ingin masuk ke dalam rantai pasok, maka mereka bisa menentukan menjadi dropshipper, reseller, atau distributor.
"Perempuan bisa memilih cara apa pun, dan bidang apa yang ingin ditekuni sesuai passion-nya masing-masing. Yang pasti harus memiliki komitmen dan daya juang untuk menjalankannya, dan bertanggung jawab dengan pilihan yang telah diambil,” ujar Nina yang juga menjabat sebagai CEO PT Nina Nugroho International.
Di sisi lain, Nina juga mendorong perempuan untuk tidak pantang menyerah dalam melejitkan potensi diri bahwa semua perempuan pada hakikatnya berdaya sehingga perlu mendobrak mentalitas yang kurang baik. Dia meminta agar perempuan yakin bahwa mereka mampu melakukan berbagai hal dan tidak termakan stigma yang membatasi diri sendiri.
Pemberdayaan di Tingkat Desa
Sementara itu, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA, Lenny N. Rosalin, mengatakan dalam mengembangkan bisnis, perempuan juga dapat menjalin kolaborasi. Dia menceritakan pengalaman KemenPPPA melakukan intervensi di tingkat desa. Dalam upaya ini, pihaknya berfokus pada sejumlah desa dengan kriteria tertentu.Kriteria itu misalnya desa dengan kepala desa perempuan atau adanya pimpinan daerah perempuan, dan melihat apakah pemimpin perempuan di sana memberdayakan kelompoknya. "Kami ingin menjadikan desa-desa di Indonesia ramah perempuan dan peduli anak. Salah satu ukurannya adalah makin banyaknya wirausaha perempuan pada tingkat desa,” ungkapnya.
Selama pandemi, KemenPPPA memberikan pelatihan di kantor kepala desa sehingga mampu memulai produksi sendiri dari rumah. Produk mereka kemudian dibeli dan disalurkan untuk membantu perempuan lain atau keluarga lain yang membutuhkan di masa krisis. Setidaknya terdapat 100 perempuan di sebuah desa yang akhirnya memilih kuliner dan wastra sebagai aktivitas ekonomi mereka.
Menurutnya, saat memulai bisnis , perempuan jangan sampai terbebani dengan urusan modal. Ada dua hal lebih penting yang mesti dipelajari dan dipahami sebelum memulai sebuah usaha yaitu mindset dan market, baru kemudian money.
Baca juga: Begini Cara Komunitas Bangun Support System Solid untuk Perempuan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.