Hotel yang Tawarkan Aktivitas Seru Lebih Diminati saat Libur Nataru
25 December 2022 |
15:00 WIB
Tren berlibur dengan menikmati fasilitas di suatu hotel alias staycation pada libur Natal dan tahun baru (Nataru) ini diprediksi akan meningkat. Sebab, sebagian orang menginginkan cara baru dalam merayakan pergantian tahun, seperti dengan berlibur di hotel bersama keluarga.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan dalam beberapa waktu terakhir ini, Maulana melihat hotel telah berkembang dari hanya sekadar tempat menginap, menjadi tempat berkumpul bagi keluarga atau orang-orang terdekatnya. Hal ini membuat hotel mesti menangkap peluang baru.
Baca juga: Staycation Jadi Pendorong Peningkatan Okupansi Hotel
Maulana mengatakan hotel yang menawarkan agenda seru pada malam pergantian tahun akan lebih dipilih oleh wisatawan. Sebab, banyak wisatawan yang berharap ada kegiatan seru di hotel ketimbang harus pergi ke tempat lain untuk merayakan malam pergantian tahun.
Sederet kegiatan seru di hotel saat malam pergantian tahun akan menarik wisatawan untuk menginap di tempat tersebut. Terlebih, bagi wisatawan yang sedari awal merencanakan tipe liburan staycation.
Menurut Maulana, tipe wisatawan staycation akan mewarnai liburan akhir tahun ini. Tipe wisatawan ini menginginkan semua kegiatan wisata bisa dinikmati di dalam area hotel, seperti melihat kembang api saat malam pergantian tahun hingga menikmati barbeque grill.
Selanjutnya, tipe wisatawan yang kedua ialah pelancong dari luar kota. Tipe wisatawan ini biasanya datang dari luar kota dan hanya menjadikan hotel sebagai tempat beristirahat saja. Adapun kegiatan wisata yang akan dilakukannya berada di luar hotel
Sejauh ini, okupansi hotel pada libur Nataru terbilang masih variatif di tiap-tiap kota. Di beberapa daerah, paparnya, masih ada hotel yang okupansinya masih di bawah 60%.
Namun, jika berbicara pulau Jawa, Bali, dan daerah tujuan wisata lainnya, tingkat okupansi hotelnya sudah di atas 80%. Dirinya optimistis okupansi hotel di banyak wilayah Indonesia akan mencapai 90% ke atas saat puncak musim liburan nanti.
Belum maksimalnya okupansi hotel pada libur Nataru diakibatkan oleh adanya perubahan tren wisata pascapandemi Covid-19. Meski sudah ada tren staycation, wisatawan jenis pelancong yang berpindah-pindah tempat terbilang masih mendominasi.
Terlebih, sejak pandemi Covid-19, banyak wisatawan yang lebih menyukai berwisata menggunakan kendaraan pribadi. Tipe wisata ini membuat mereka tidak terikat oleh waktu dan sangat mungkin mengubah rencana perjalanannya.
Oleh karena itu, okupansi hotel yang biasanya terlihat dari reservasi masih belum terlalu terlihat. Saat ini mulai banyak wisatawan yang memilih melakukan pemesanan last minute.
Hal itu untuk mengantisipasi perubahan rencana perjalanan wisata mereka. Di sisi lain, proses pemesanan hotel sekarang lebih mudah dilakukan melalui online travel agent (OTA).
Dominasi pemesanan hotel melalui OTA ini juga terlihat dalam survei Vakansi Akhir Tahun 2022 yang dibuat oleh DataIndonesia.id.
Survei Vakansi Akhir Tahun 2022 ini dilakukan secara daring pada 27 Oktober-23 November 2022 dengan melibatkan 380 responden yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Margin of error survei ini sebesar 7%.
Dalam survei tersebut, terlihat mayoritas wisatawan mesanan hotel melalui aplikasi digital. Traveloka menjadi aplikasi pemesanan hotel yang paling banyak dipilih masyarakat, yakni 46,21 persen.
Sebanyak 11,72 persen responden lainnya memesan hotel melalui Tiket.com. kemudian, sebanyak 3,45 persen memesan lewat Pegi-pegi, 2,76 persen melalui RedDoorz, 2,76 persen melalui Airbnb, 2,07 persen melalui Booking.com, 0,69 persen melalui Agoda, 0,69 persen travel agent, dan 0,69 persen melalui TripAdvisor. Tercatat hanya 8,28 persen yang langsung memesan ke hotelnya.
Editor: Fajar Sidik
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan dalam beberapa waktu terakhir ini, Maulana melihat hotel telah berkembang dari hanya sekadar tempat menginap, menjadi tempat berkumpul bagi keluarga atau orang-orang terdekatnya. Hal ini membuat hotel mesti menangkap peluang baru.
Baca juga: Staycation Jadi Pendorong Peningkatan Okupansi Hotel
Maulana mengatakan hotel yang menawarkan agenda seru pada malam pergantian tahun akan lebih dipilih oleh wisatawan. Sebab, banyak wisatawan yang berharap ada kegiatan seru di hotel ketimbang harus pergi ke tempat lain untuk merayakan malam pergantian tahun.
Sederet kegiatan seru di hotel saat malam pergantian tahun akan menarik wisatawan untuk menginap di tempat tersebut. Terlebih, bagi wisatawan yang sedari awal merencanakan tipe liburan staycation.
Menurut Maulana, tipe wisatawan staycation akan mewarnai liburan akhir tahun ini. Tipe wisatawan ini menginginkan semua kegiatan wisata bisa dinikmati di dalam area hotel, seperti melihat kembang api saat malam pergantian tahun hingga menikmati barbeque grill.
Ilustrasi liburan (Sumber gambar: Karsten Winegeart/Unsplash)
Selanjutnya, tipe wisatawan yang kedua ialah pelancong dari luar kota. Tipe wisatawan ini biasanya datang dari luar kota dan hanya menjadikan hotel sebagai tempat beristirahat saja. Adapun kegiatan wisata yang akan dilakukannya berada di luar hotel
Okupansi Hotel Diprediksi Membaik
Sejauh ini, okupansi hotel pada libur Nataru terbilang masih variatif di tiap-tiap kota. Di beberapa daerah, paparnya, masih ada hotel yang okupansinya masih di bawah 60%.
Namun, jika berbicara pulau Jawa, Bali, dan daerah tujuan wisata lainnya, tingkat okupansi hotelnya sudah di atas 80%. Dirinya optimistis okupansi hotel di banyak wilayah Indonesia akan mencapai 90% ke atas saat puncak musim liburan nanti.
Belum maksimalnya okupansi hotel pada libur Nataru diakibatkan oleh adanya perubahan tren wisata pascapandemi Covid-19. Meski sudah ada tren staycation, wisatawan jenis pelancong yang berpindah-pindah tempat terbilang masih mendominasi.
Terlebih, sejak pandemi Covid-19, banyak wisatawan yang lebih menyukai berwisata menggunakan kendaraan pribadi. Tipe wisata ini membuat mereka tidak terikat oleh waktu dan sangat mungkin mengubah rencana perjalanannya.
Oleh karena itu, okupansi hotel yang biasanya terlihat dari reservasi masih belum terlalu terlihat. Saat ini mulai banyak wisatawan yang memilih melakukan pemesanan last minute.
Hal itu untuk mengantisipasi perubahan rencana perjalanan wisata mereka. Di sisi lain, proses pemesanan hotel sekarang lebih mudah dilakukan melalui online travel agent (OTA).
Dominasi pemesanan hotel melalui OTA ini juga terlihat dalam survei Vakansi Akhir Tahun 2022 yang dibuat oleh DataIndonesia.id.
Survei Vakansi Akhir Tahun 2022 ini dilakukan secara daring pada 27 Oktober-23 November 2022 dengan melibatkan 380 responden yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Margin of error survei ini sebesar 7%.
Dalam survei tersebut, terlihat mayoritas wisatawan mesanan hotel melalui aplikasi digital. Traveloka menjadi aplikasi pemesanan hotel yang paling banyak dipilih masyarakat, yakni 46,21 persen.
Sebanyak 11,72 persen responden lainnya memesan hotel melalui Tiket.com. kemudian, sebanyak 3,45 persen memesan lewat Pegi-pegi, 2,76 persen melalui RedDoorz, 2,76 persen melalui Airbnb, 2,07 persen melalui Booking.com, 0,69 persen melalui Agoda, 0,69 persen travel agent, dan 0,69 persen melalui TripAdvisor. Tercatat hanya 8,28 persen yang langsung memesan ke hotelnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.