Review Film Avatar: The Way of Water, Cerita Klise dengan Visual Memukau
16 December 2022 |
15:20 WIB
Kisah fantasi epik di planet Pandora berlanjut. Sutradara box office James Cameron kembali menyuguhkan film megah nan indah ke mata dunia. Setelah memukau publik dengan film pertamanya Avatar (2009), kali ini dia sekali lagi memanjakan pencinta film lewat sekuel Avatar: The Way of Water (2022).
13 tahun adalah waktu yang dibutuhkan oleh Cameron untuk menghasilkan sekuel film paling populer dan terlaris sepanjang masa itu. Penantian panjang lebih dari satu dekade tersebut dibayar tuntas dengan karya layar lebar berdurasi lebih dari 3 jam - tepatnya 192 menit - yang memikat hati.
Avatar 2 berlatar lebih dari 10 tahun setelah peristiwa pada film pertama. Jake Sully (diperankan oleh Sam Worthington) bersama dengan Neytiri (Zoe Saldana) telah menjadi kepala Omaticaya. Mereka hidup damai bersama dengan anak-anak; Neteyam dan Lo’ak adalah putra sulung dan anak kedua, Tuk merupakan putri bungsu, Kiri sebagai anak angkat, dan seorang anak manusia yang lahir di Pandora bernama Spider.
Namun, makhluk langit alias orang-orang Bumi kembali ke Pandora dan sekali lagi memberikan ancaman bagi kelompok Na’vi. Tidak hanya mengeksploitasi, mereka berencana untuk menjadikan planet tersebut sebagai tempat tinggal manusia. Di antara para penyerang tersebut ada nama lama, Miles Quaritch (Stephen Lang) yang merupakan hasil klon orang yang sama dalam tubuh Na’vi. Quaritch dengan ingatan lamanya memburu Jake Sully ke penjuru Pandora untuk balas dendam.
Baca juga: 4 Fakta Menarik Film Avatar 2: The Way of Water, Penantian Fans Selama 13 Tahun Siap Terpecahkan
Avatar: The Way of Water sejatinya punya formula dan inti cerita yang tidak jauh berbeda dengan film pertamanya. Ide yang disuguhkan sama, tentang konflik antara manusia Bumi dan kelompok Na’vi. Tentang perjuangan dan pengorbanan keluarga. Narasi awal dan akhir cerita kedua film tersebut juga serupa. Plotnya terbilang klise.
Hanya saja, pada sekuel ini kisahnya lebih dielaborasi dengan hadirnya anak-anak, penerus kelompok Na’vi. Mereka, khususnya Lo’ak dan Kiri memainkan posisi penting dalam seluruh penceritaan. Porsinya jauh lebih besar bahkan dibandingkan dengan Jake dan Neytiri, yang hanya berperan sebagai pendukung.
Kedua karakter tersebut dibangun dengan landasan kuat, yang tampaknya bakal jadi sorotan pada film-film Avatar selanjutnya. Ya, telah dikonfirmasi bahwa kisah di planet Pandora itu akan berlanjut hingga film ketiga, keempat, bahkan kelima.
Selain itu, sebagaimana judulnya, sekuel ini mengambil banyak tempat di wilayah pantai, pesisir, dan laut alih-alih hutan yang dipakai pada film pertama. Karena serangan manusia Bumi bersama dengan avatar Quaritch yang semakin gencar, Jake memutuskan untuk mengasingkan diri ke klan Metkayina bersama keluarganya.
Menempuh perjalanan laut panjang, termasuk menembus badai ganas, keluarga Jake dan Neytiri sampai ke sisi lain planet Pandora yang tidak kita kenal dari film Avatar. Pesisir timur Pandora merupakan tempat tinggal orang-orang Metkayina yang kehidupannya lebih dekat dengan wilayah perairan dan laut.
Avatar 2 mengeksplorasi planet indah tersebut lebih jauh lagi. Selama beberapa saat, penonton diajak menjelajahi wilayah baru itu, sembari keluarga pengungsi Jake, Neytiri, dan anak-anaknya melakukan adaptasi. Berenang di bawah laut hingga menunggang ‘Ikran’ versi perairan. Wilayah laut Pandora itu masih menyuguhkan ekosistem yang kaya dan penuh warna.
Tak lupa, kita juga diajak berkenalan dengan orang-orang dari klan Metkayina yang punya tampilan dan ciri khas berbeda dengan Na'vi suku hutan. Walaupun, titik fokus ceritanya masih berpusat pada keluarga Jake, sehingga kehidupan sehari-hari suku tersebut tidak dieksplorasi seutuhnya.
Ada juga sub-plot cerita soal hewan tulkun, spesies Catacean yang cerdas dan telah dianggap keluarga oleh suku Metkayina. Sebuah cerita segar yang tidak didapatkan dari film perdananya. Lewat kisah masa lalu dan masa kini hewan tersebut, tim cerita dan produksi menyuguhkan elemen non-Na’vi Pandora yang memikat. Bagian ini juga jadi landasan kuat pengembangan karakter utamanya.
Masih lekat dalam ingatan bagaimana Cameron menampilkan pemandangan hutan Pandora dengan ekosistem yang kaya pada film pertamanya. Hewan dan flora yang memikat hingga pulau-pulau terbang yang megah. Film Avatar dipuji habis-habisan karena visualisasinya yang menakjubkan pada masanya, bahkan hingga sekarang.
Avatar: The Way of Water hadir dengan tampilan yang lebih memukau lagi. Ada di level yang berbeda. Sulit dibayangkan bagaimana tim mampu menciptakan dunia fantasi yang demikian, baik dari sisi ide maupun teknisnya. Akan tetapi, implementasinya di film sekuel ini sangat patut diacungi jempol.
Memakai teknologi pengambilan gambar yang jauh lebih maju, termasuk frame rate tinggi bahkan untuk scene di dalam air, film ini sangat memanjakan mata. Ibadah mata kalau kata warganet. Dengan durasi film yang panjang, bahkan ketika cerita yang disuguhkan agak klise tapi tampilan visualnya menutupi itu semua.
Shot wilayah perairan dan laut Pandora hingga adegan penuh aksi yang tampil sangat mulus. Tidak hanya dari sisi kelompok Na’vi, peralatan canggih orang-orang Bumi juga terlihat lebih realistis. Robot, pesawat tempur, kapal induk, hingga kendaraan bawah laut menyatu dengan panorama planet tersebut. Sekali lagi, menyajikan visualisasi yang sangat apik.
—
Avatar: The Way of Water merupakan film yang paling dinantikan para penggemar tahun ini. Ada beban besar yang ditanggung James Cameron untuk menghadirkan kelanjutan film paling laris sepanjang masa tersebut.
Boleh dibilang hal itu sudah dibayar tuntas, semaksimal-maksimalnya. Walaupun cerita yang ditawarkan tidak bisa disebut sangat menarik, tapi unsur visual yang dihadirkan punya tingkatan yang berbeda dibanding film sebelumnya dan bahkan film genre serupa saat ini.
Sampai artikel ini ditulis, film Avatar 2 mendapatkan ulasan yang positif dari para penggemar dan kritikus. IMDb mencatat rating 8,2/10 dari sekitar 12.000 orang yang menilai dan Rotten Tomatoes sebesar 80 persen dari sekitar 240 kritikus.
Penantian 13 tahun rampung sudah. Avatar: The Way of Water sudah bisa disaksikan di bioskop mulai 14 Desember 2022. Bagi para penggemar waralaba ini, tampaknya penantian berikutnya tidak akan terlalu lama. Pasalnya, tim produksi tengah mengerjakan film selanjutnya, Avatar 3 yang dijadwalkan tayang pada 2024.
Baca juga: Review Film Like & Share, Menggugat Realita Tabu Kalangan Remaja
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
13 tahun adalah waktu yang dibutuhkan oleh Cameron untuk menghasilkan sekuel film paling populer dan terlaris sepanjang masa itu. Penantian panjang lebih dari satu dekade tersebut dibayar tuntas dengan karya layar lebar berdurasi lebih dari 3 jam - tepatnya 192 menit - yang memikat hati.
Spoiler Alert
Film Avatar: The Way of Water (Sumber gambar: Disney/20th Century Studios)
Avatar 2 berlatar lebih dari 10 tahun setelah peristiwa pada film pertama. Jake Sully (diperankan oleh Sam Worthington) bersama dengan Neytiri (Zoe Saldana) telah menjadi kepala Omaticaya. Mereka hidup damai bersama dengan anak-anak; Neteyam dan Lo’ak adalah putra sulung dan anak kedua, Tuk merupakan putri bungsu, Kiri sebagai anak angkat, dan seorang anak manusia yang lahir di Pandora bernama Spider.
Namun, makhluk langit alias orang-orang Bumi kembali ke Pandora dan sekali lagi memberikan ancaman bagi kelompok Na’vi. Tidak hanya mengeksploitasi, mereka berencana untuk menjadikan planet tersebut sebagai tempat tinggal manusia. Di antara para penyerang tersebut ada nama lama, Miles Quaritch (Stephen Lang) yang merupakan hasil klon orang yang sama dalam tubuh Na’vi. Quaritch dengan ingatan lamanya memburu Jake Sully ke penjuru Pandora untuk balas dendam.
Baca juga: 4 Fakta Menarik Film Avatar 2: The Way of Water, Penantian Fans Selama 13 Tahun Siap Terpecahkan
Formula Cerita yang Mirip
(Sumber gambar: 20th Century Studios)
Hanya saja, pada sekuel ini kisahnya lebih dielaborasi dengan hadirnya anak-anak, penerus kelompok Na’vi. Mereka, khususnya Lo’ak dan Kiri memainkan posisi penting dalam seluruh penceritaan. Porsinya jauh lebih besar bahkan dibandingkan dengan Jake dan Neytiri, yang hanya berperan sebagai pendukung.
Kedua karakter tersebut dibangun dengan landasan kuat, yang tampaknya bakal jadi sorotan pada film-film Avatar selanjutnya. Ya, telah dikonfirmasi bahwa kisah di planet Pandora itu akan berlanjut hingga film ketiga, keempat, bahkan kelima.
Selain itu, sebagaimana judulnya, sekuel ini mengambil banyak tempat di wilayah pantai, pesisir, dan laut alih-alih hutan yang dipakai pada film pertama. Karena serangan manusia Bumi bersama dengan avatar Quaritch yang semakin gencar, Jake memutuskan untuk mengasingkan diri ke klan Metkayina bersama keluarganya.
Eksplorasi Pandora yang Segar
(Sumber gambar: 20th Century Studios)
Avatar 2 mengeksplorasi planet indah tersebut lebih jauh lagi. Selama beberapa saat, penonton diajak menjelajahi wilayah baru itu, sembari keluarga pengungsi Jake, Neytiri, dan anak-anaknya melakukan adaptasi. Berenang di bawah laut hingga menunggang ‘Ikran’ versi perairan. Wilayah laut Pandora itu masih menyuguhkan ekosistem yang kaya dan penuh warna.
Tak lupa, kita juga diajak berkenalan dengan orang-orang dari klan Metkayina yang punya tampilan dan ciri khas berbeda dengan Na'vi suku hutan. Walaupun, titik fokus ceritanya masih berpusat pada keluarga Jake, sehingga kehidupan sehari-hari suku tersebut tidak dieksplorasi seutuhnya.
Ada juga sub-plot cerita soal hewan tulkun, spesies Catacean yang cerdas dan telah dianggap keluarga oleh suku Metkayina. Sebuah cerita segar yang tidak didapatkan dari film perdananya. Lewat kisah masa lalu dan masa kini hewan tersebut, tim cerita dan produksi menyuguhkan elemen non-Na’vi Pandora yang memikat. Bagian ini juga jadi landasan kuat pengembangan karakter utamanya.
Visual yang Memukau
(Sumber gambar: 20th Century Studios)
Avatar: The Way of Water hadir dengan tampilan yang lebih memukau lagi. Ada di level yang berbeda. Sulit dibayangkan bagaimana tim mampu menciptakan dunia fantasi yang demikian, baik dari sisi ide maupun teknisnya. Akan tetapi, implementasinya di film sekuel ini sangat patut diacungi jempol.
Memakai teknologi pengambilan gambar yang jauh lebih maju, termasuk frame rate tinggi bahkan untuk scene di dalam air, film ini sangat memanjakan mata. Ibadah mata kalau kata warganet. Dengan durasi film yang panjang, bahkan ketika cerita yang disuguhkan agak klise tapi tampilan visualnya menutupi itu semua.
Shot wilayah perairan dan laut Pandora hingga adegan penuh aksi yang tampil sangat mulus. Tidak hanya dari sisi kelompok Na’vi, peralatan canggih orang-orang Bumi juga terlihat lebih realistis. Robot, pesawat tempur, kapal induk, hingga kendaraan bawah laut menyatu dengan panorama planet tersebut. Sekali lagi, menyajikan visualisasi yang sangat apik.
—
Avatar: The Way of Water merupakan film yang paling dinantikan para penggemar tahun ini. Ada beban besar yang ditanggung James Cameron untuk menghadirkan kelanjutan film paling laris sepanjang masa tersebut.
Boleh dibilang hal itu sudah dibayar tuntas, semaksimal-maksimalnya. Walaupun cerita yang ditawarkan tidak bisa disebut sangat menarik, tapi unsur visual yang dihadirkan punya tingkatan yang berbeda dibanding film sebelumnya dan bahkan film genre serupa saat ini.
Sampai artikel ini ditulis, film Avatar 2 mendapatkan ulasan yang positif dari para penggemar dan kritikus. IMDb mencatat rating 8,2/10 dari sekitar 12.000 orang yang menilai dan Rotten Tomatoes sebesar 80 persen dari sekitar 240 kritikus.
Penantian 13 tahun rampung sudah. Avatar: The Way of Water sudah bisa disaksikan di bioskop mulai 14 Desember 2022. Bagi para penggemar waralaba ini, tampaknya penantian berikutnya tidak akan terlalu lama. Pasalnya, tim produksi tengah mengerjakan film selanjutnya, Avatar 3 yang dijadwalkan tayang pada 2024.
Baca juga: Review Film Like & Share, Menggugat Realita Tabu Kalangan Remaja
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.