APPMI Jaring Desainer Muda Berbakat lewat Indonesia Young Fashion Designer Competition
16 December 2022 |
16:13 WIB
Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia atau APPMI mengadakan kompetisi Indonesia Young Fashion Designer Competition (IYFDC) yang telah memasuki sesi semifinal. Menjadi rangkaian acara Indonesia Fashion Week 2023 mendatang, kompetisi ini merupakan ajang pencarian desainer muda berbakat dari seluruh Indonesia.
Kompetisi ini tercatat diikuti oleh sebanyak 600 peserta dengan mengumpulkan sketsa desain busana mereka masing-masing. Dari 600 peserta yang ada, APPMI memilih 50 semifinalis yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Mulai dari DKI Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Ngawi, Samarinda, Kudus, Riau, Jepara, Blitar, Bandung, Surabaya, Denpasar, Bandar Lampung, Jambi, Gorontalo, dan masih banyak lagi.
Sebanyak 50 semifinalis itu pun membawa karya-karya busana terbaiknya untuk dinilai oleh para juri pada Kamis (15/12/2022) di Roemah Djan, Menteng, Jakarta Pusat. Proses penjurian pada tahap semifinal itu nantinya akan memilih 15 finalis yang berhasil lolos ke babak final.
Baca juga: Gemerlap Permata & Mutiara, Intip Karya Fesyen Desainer Indonesia yang Mendunia Sepanjang 2022
Ketua Umum APPMI Poppy Dharsono menjelaskan hadirnya kompetisi Indonesia Young Fashion Designer Competition lantaran pihaknya ingin mencari talenta-talenta muda yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya yang sudah memiliki latar belakang pendidikan fesyen.
"Dengan adanya Indonesia Young Fashion Designer Competition, ini menjadi ajang yang tepat untuk menemukan bibit-bibit muda yang memiliki potensi yang dapat kami support kedepannya untuk menjadi desainer yang mumpuni," katanya.
Dari adanya ajang kompetisi ini juga, sambung Poppy, diharapkan dapat lahir produk fesyen baru yang bukan hanya menampilkan desain yang segar tetapi juga berkualitas. Sebab, menurutnya, karya desainer fesyen Tanah Air sudah memiliki pasarnya sendiri dan bahkan menjadi penyumbang ekonomi yang cukup besar melalui lini ekonomi kreatif.
"Industri fesyen adalah salah satu yang menjadi prioritas di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bukan hanya Ekraf telah menjadi salah satu dari penghasil pemasukan untuk negara yang terbesar, industri fesyen juga terbukti menyerap banyak sekali tenaga kerja," katanya.
Poppy juga menambahkan dengan meningkatnya jumlah middle class di Indonesia, gaya hidup kini menjadi sebuah kebutuhan, dan fesyen adalah suatu komoditi yang bisa menjadi salah satu devisa yang cukup besar bagi negara.
"Kalau saja kita semua membeli barang-barang buatan Indonesia, itu akan lebih baik lagi, sehingga pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi yang baik kepada negara," tambahnya.
Poppy juga menjelaskan ada lima poin utama yang menjadi penilaian dalam kompetisi IYFDC kali ini. Pertama, kreativitas peserta dalam menciptakan desain sesuai dengan tema yang diangkat. Tema IYFDC tahun ini diselaraskan dengan tema besar IFW 2023 yakni Sagar Dari Timur.
"Daerah utama yang akan kami angkat adalah Provinsi Gorontalo dengan Sulam Karawo-nya. Untuk itu, kami akan melihat sejauh mana kreativitas para peserta dalam menggunakan sulam karawo di dalam desain-desain mereka," ujarnya.
Adapun, keempat poin lainnya yang menjadi penilaian yakni pembuatan pola, kerapihan menjahit, pengenalan para peserta akan bahan dan material, serta bagi peserta yang menerapkan praktik fesyen berkelanjutan akan mendapatkan nilai tambah dari dewan juri.
Sejumlah keuntungan pun menanti para peserta yang berhasil menjadi pemenang. Poppy mengatakan mereka yang menjadi pemenang selain mendapatkan beasiswa ke Koefia Accademy Roma dan Lasalle College International Jakarta dan hadiah hiburan lainnya, juga akan mendapatkan keanggotaan di APPMI secara gratis.
Adapun, tidak hanya bagi pemenang, kelima belas finalis juga akan berkesempatan tampil di panggung besar IFW 2023. "Pada saat itulah mereka akan mendapatkan kesempatan untuk belajar, berlatih, dan terekspos dengan produk-produk karya fesyennya di panggung nasional bahkan internasional," ungkapnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Kompetisi ini tercatat diikuti oleh sebanyak 600 peserta dengan mengumpulkan sketsa desain busana mereka masing-masing. Dari 600 peserta yang ada, APPMI memilih 50 semifinalis yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Mulai dari DKI Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Ngawi, Samarinda, Kudus, Riau, Jepara, Blitar, Bandung, Surabaya, Denpasar, Bandar Lampung, Jambi, Gorontalo, dan masih banyak lagi.
Sebanyak 50 semifinalis itu pun membawa karya-karya busana terbaiknya untuk dinilai oleh para juri pada Kamis (15/12/2022) di Roemah Djan, Menteng, Jakarta Pusat. Proses penjurian pada tahap semifinal itu nantinya akan memilih 15 finalis yang berhasil lolos ke babak final.
Baca juga: Gemerlap Permata & Mutiara, Intip Karya Fesyen Desainer Indonesia yang Mendunia Sepanjang 2022
Ketua Umum APPMI Poppy Dharsono menjelaskan hadirnya kompetisi Indonesia Young Fashion Designer Competition lantaran pihaknya ingin mencari talenta-talenta muda yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya yang sudah memiliki latar belakang pendidikan fesyen.
"Dengan adanya Indonesia Young Fashion Designer Competition, ini menjadi ajang yang tepat untuk menemukan bibit-bibit muda yang memiliki potensi yang dapat kami support kedepannya untuk menjadi desainer yang mumpuni," katanya.
Dari adanya ajang kompetisi ini juga, sambung Poppy, diharapkan dapat lahir produk fesyen baru yang bukan hanya menampilkan desain yang segar tetapi juga berkualitas. Sebab, menurutnya, karya desainer fesyen Tanah Air sudah memiliki pasarnya sendiri dan bahkan menjadi penyumbang ekonomi yang cukup besar melalui lini ekonomi kreatif.
"Industri fesyen adalah salah satu yang menjadi prioritas di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bukan hanya Ekraf telah menjadi salah satu dari penghasil pemasukan untuk negara yang terbesar, industri fesyen juga terbukti menyerap banyak sekali tenaga kerja," katanya.
Poppy juga menambahkan dengan meningkatnya jumlah middle class di Indonesia, gaya hidup kini menjadi sebuah kebutuhan, dan fesyen adalah suatu komoditi yang bisa menjadi salah satu devisa yang cukup besar bagi negara.
"Kalau saja kita semua membeli barang-barang buatan Indonesia, itu akan lebih baik lagi, sehingga pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi yang baik kepada negara," tambahnya.
Beberapa busana hasil rancangan peserta Indonesia Young Fashion Designer Competition (Sumber gambar: APPMI)
Poin Penilaian
Poppy juga menjelaskan ada lima poin utama yang menjadi penilaian dalam kompetisi IYFDC kali ini. Pertama, kreativitas peserta dalam menciptakan desain sesuai dengan tema yang diangkat. Tema IYFDC tahun ini diselaraskan dengan tema besar IFW 2023 yakni Sagar Dari Timur."Daerah utama yang akan kami angkat adalah Provinsi Gorontalo dengan Sulam Karawo-nya. Untuk itu, kami akan melihat sejauh mana kreativitas para peserta dalam menggunakan sulam karawo di dalam desain-desain mereka," ujarnya.
Adapun, keempat poin lainnya yang menjadi penilaian yakni pembuatan pola, kerapihan menjahit, pengenalan para peserta akan bahan dan material, serta bagi peserta yang menerapkan praktik fesyen berkelanjutan akan mendapatkan nilai tambah dari dewan juri.
Sejumlah keuntungan pun menanti para peserta yang berhasil menjadi pemenang. Poppy mengatakan mereka yang menjadi pemenang selain mendapatkan beasiswa ke Koefia Accademy Roma dan Lasalle College International Jakarta dan hadiah hiburan lainnya, juga akan mendapatkan keanggotaan di APPMI secara gratis.
Adapun, tidak hanya bagi pemenang, kelima belas finalis juga akan berkesempatan tampil di panggung besar IFW 2023. "Pada saat itulah mereka akan mendapatkan kesempatan untuk belajar, berlatih, dan terekspos dengan produk-produk karya fesyennya di panggung nasional bahkan internasional," ungkapnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.