Sejarah & Cerita di Balik Keindahan Danau Kelimutu
12 December 2022 |
17:02 WIB
Danau Kelimutu yang terletak di Nusa Tenggara Timur adalah destinasi wisata yang harus masuk dalam daftar liburan kalian. Keindahan danau yang memiliki tiga warna ini akan memberikan pengalaman luar biasa bagi para pelancong. Apalagi, warna air dari ketiga danau itu selalu mengalami perubahan seiring waktu.
Dalam kurun waktu 25 tahun, warna di tiga danau tersebut tercatat mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berbagai penjelasan diutarakan oleh para ahli terkait dengan perubahan warna yang terjadi di danau tersebut.
Utamanya karena kandungan logam dan lumut yang ada di dalamnya, pengaruh aktivitas vulkanik, kandungan biologis di sekitarnya, dan kandungan geologis yang berada di bawah danau. Perubahan warna air yang terdapat di dalam tiga danau itu terjadi sejak letusan pada 1886.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Anti-Mainstrem di Indonesia, Wajib Masuk Bucketlist Libur Akhir Tahun!
Gunung ini sendiri meletus terakhir kali pada 1968. Sementara itu, aktivitas vulkanik Gungung Kelimutu tercatat sebanyak 11 kali pada 1830 – 1996. Pada awalnya, danau ini ditemukan oleh seorang warga negara Belanda, yakni Van Such Telen pada 1915. Keindahan danau ini meluas setelah Y. Bouman mendeskripsikan dalam tulisan pada 1929.
Tulisan Bouman itu pun membuat wisatawan asing berdatangan untuk menikmati keindahan danau tersebut dan melakukan penelitian terkait dengan danau itu.
Sementara itu, sebelum Van Such Telen menemukannya, masyarakat adat Suku Lio sudah mengenalnya terlebih dahulu. Danau ini menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan masyarakat adat setempat lantaran memiliki arti dan makna religius turun-temurun.
Masyarakat adat setempat meyakini bahwa Kelimutu adalah tempat sakral. Gunung dan danau tiga warna yang ada di sini diyakini oleh masyarakat sebagai tempat bagi orang yang sudah meninggal. Mereka yang sewaktu hidup kerap berbuat jahat akan tinggal di danau berwarha merah pekat.
Mereka yang berbuat kebaikan selama hidup diyakini masyarakat setempat tinggal di danau berwarna putih. Adapun, danau berwarna biru menjadi tempat bagi orang muda yang menjadi sumber kebahagiaan banyak orang.
Danau Kelimutu menjadi bagian dari Taman Nasional Kelimutu yang secara keseluruhan memiliki luas 5.356,5 Hektar dan diapit oleh 24 Desa/Kelurahan penyangga, yang terletak di 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Kelimutu, Kecamatan Wolojita, Kecamatan Ndona Timur, Kecamatan Ndona, dan Kecamatan Detusoko.
Sementara itu, Taman Nasional Kelimutu meliputi tiga gunung yaitu Gunung Kelimutu dengan ketinggian 1.640 meter di atas permukaan laut, Gunung Kelido setinggi 1.641 meter di atas permukaan laut, dan Gunung Kelibara dengan tinggi 1.630 meter di atas permukaan laut.
Keberadaan tiga gunung ini akibat aktivitas vulkanik. Gunung Kelimutu dan Gunung Kelido tumbuh di kawasan kaldera Sokoria (Mutubusa) sehingga membangun satu kesatuan kompleks yang saling terhubung.
Adapun, Gunung Kelibara terpisah oleh lembah dari kaldera Sokoria. Di antara tiga gunung itu, Gunung Kelimutu merupakan kerucut tertua. Bebatuan piroklastika dan lelehan lava membentuk Gunung Kelimutu dengan permukaan lereng yang berkembang ke arah timur, tenggara, dan barat daya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dalam kurun waktu 25 tahun, warna di tiga danau tersebut tercatat mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berbagai penjelasan diutarakan oleh para ahli terkait dengan perubahan warna yang terjadi di danau tersebut.
Utamanya karena kandungan logam dan lumut yang ada di dalamnya, pengaruh aktivitas vulkanik, kandungan biologis di sekitarnya, dan kandungan geologis yang berada di bawah danau. Perubahan warna air yang terdapat di dalam tiga danau itu terjadi sejak letusan pada 1886.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Anti-Mainstrem di Indonesia, Wajib Masuk Bucketlist Libur Akhir Tahun!
Gunung ini sendiri meletus terakhir kali pada 1968. Sementara itu, aktivitas vulkanik Gungung Kelimutu tercatat sebanyak 11 kali pada 1830 – 1996. Pada awalnya, danau ini ditemukan oleh seorang warga negara Belanda, yakni Van Such Telen pada 1915. Keindahan danau ini meluas setelah Y. Bouman mendeskripsikan dalam tulisan pada 1929.
Tulisan Bouman itu pun membuat wisatawan asing berdatangan untuk menikmati keindahan danau tersebut dan melakukan penelitian terkait dengan danau itu.
Sementara itu, sebelum Van Such Telen menemukannya, masyarakat adat Suku Lio sudah mengenalnya terlebih dahulu. Danau ini menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan masyarakat adat setempat lantaran memiliki arti dan makna religius turun-temurun.
Masyarakat adat setempat meyakini bahwa Kelimutu adalah tempat sakral. Gunung dan danau tiga warna yang ada di sini diyakini oleh masyarakat sebagai tempat bagi orang yang sudah meninggal. Mereka yang sewaktu hidup kerap berbuat jahat akan tinggal di danau berwarha merah pekat.
Mereka yang berbuat kebaikan selama hidup diyakini masyarakat setempat tinggal di danau berwarna putih. Adapun, danau berwarna biru menjadi tempat bagi orang muda yang menjadi sumber kebahagiaan banyak orang.
Danau Kelimutu menjadi bagian dari Taman Nasional Kelimutu yang secara keseluruhan memiliki luas 5.356,5 Hektar dan diapit oleh 24 Desa/Kelurahan penyangga, yang terletak di 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Kelimutu, Kecamatan Wolojita, Kecamatan Ndona Timur, Kecamatan Ndona, dan Kecamatan Detusoko.
Sementara itu, Taman Nasional Kelimutu meliputi tiga gunung yaitu Gunung Kelimutu dengan ketinggian 1.640 meter di atas permukaan laut, Gunung Kelido setinggi 1.641 meter di atas permukaan laut, dan Gunung Kelibara dengan tinggi 1.630 meter di atas permukaan laut.
Keberadaan tiga gunung ini akibat aktivitas vulkanik. Gunung Kelimutu dan Gunung Kelido tumbuh di kawasan kaldera Sokoria (Mutubusa) sehingga membangun satu kesatuan kompleks yang saling terhubung.
Adapun, Gunung Kelibara terpisah oleh lembah dari kaldera Sokoria. Di antara tiga gunung itu, Gunung Kelimutu merupakan kerucut tertua. Bebatuan piroklastika dan lelehan lava membentuk Gunung Kelimutu dengan permukaan lereng yang berkembang ke arah timur, tenggara, dan barat daya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.