Kaesang Pangarep dan Erina Gudono menikah (Sumber gambar ilustrasi: pexels/ megapixelstock)

Mengintip Sejarah tentang Pakaian Pengantin Solo yang Digunakan Kaesang Pangarep & Erina Gudono

11 December 2022   |   11:35 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Like
Pasangan pengantin Kaesang Pangerep dan Erina Gudono yang baru melangsungkan perkawinannya menggunakan baju adat basahan khas Solo dalam kirab pengantin, yaitu prosesi mengantar pengantin ke pelaminan. Perlu diketahui, pakaian basahan Solo tersebut merupakan salah satu dari dua jenis busana pengantin gaya Surakarta.

Dilansir dari laman Pemerintah Kota Surakarta, dalam busana basahan pengantin menggunakan dodot atau kampuh, yakni berupa kain panjang yang dibentuk seperti pakaian dengan bantuan jarum dan tali. Sementara pakaian untuk pengantin wanita memiliki bahu yang terbuka seperti menggunakan kemben. Adapun, pada pria terbuka dari bagian perut ke atas.

Berdasarkan laman pkn.id, busana adat pengantin Jawa gaya Surakarta ini merupakan salah satu warisan budaya Surakarta. Sejarah pakaian adat di tempat ini mendapatkan pengaruh dari Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat dan Puro Mangkunegaran.

Baca jugaSempat Tegang & Berkeringat, Intip Potret Kaesang yang Sah Nikahi Erina

Pangeran Mangkubumi ingin membawa semua busana corak gaya Mataram ke Yogyakarta setelah perjanjian Giyanti pada 1755. Kemudian, Sri Susuhan Pakubuwana III sebagai raja ketiga membuat corak dan pakaian sendiri yang disebut dengan busana gaya Surakarta pada kemudian hari.

Busana laki-laki Surakarta seperti beskap landung, Beskap Krowok, Beskap Taqwa, dan sebagainya yang memiliki kelengkapan bawahan jarik atau batik. Sementara itu, pakaian perempuan dengan gaya Surakarta adalah kebaya dengan bawahan jarik atau batik yang menjadi acuan gaya busana adat pengantin Jawa Surakarta pada kemudian hari.  

Busana pengantin Jawa dengan gaya Surakarta seperti pakaian pengantin Solo Taqwa, Langenharjan, Sikep Ageng dan Sikep Alit, Basahan gaya Mangkunegaraan, Basahan gaya Keraton Kasunanan Surakart, dan sebagainya.

Sementara itu, motif batik yang digunakan biasanya adalah motif batik sido mukti, sido asih, sido mulyo, dan sido luhur dengan setiap motik memiliki filosofi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Keris dan blangkon biasanya menjadi pelengkap busana laki-laki.

Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, sejarah kuno kota ini dimulai ketika ditemukan manusia purba di Sangiran, Kabupaten, Sragen. Tidak hanya itu, kota ini adalah karena kota Surakarta didirikan di sebuah desa bernama Desa Sala yang terletak di tepi sunga Solo.

Solo dikenal sebagai desa terpencil dan tenang dengan jarak 10 kilometer ke timur dari Kartusura, pusat kerajaan Mataram. Pada masa kepemimpinan Susuhan Mataram Pakubuwono II, Kerajaan Mataram melakukan perlawanan terhadap Belanda, dan membuat Belanda berhasil menduduki Kartusura.

Keadaan itu pun membuat Pakubuwono II mencari tempat yang lebih menguntungkan untuk membangun kembali kerajaan, dan pada 1745 kerajaan di Kartusura dibongkar dan diangkut dalam sebuah prosesi ke Surakarta, tepat di tepi Sungai Solo. Kejayaan kerajaan pada saat itu pun mengalami penurunan, sehingga sebuah kerajaan saingan dari Mangkunegoro berdiri tepat di pusat Solo pada 1757.

Baca juga7 Potret Busana Pra Nikah Kaesang dan Erina, dari Jersey sampai Adat Nusantara

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Yuk Intip Perjalanan 4 Tim yang Lolos ke Semifinal Piala Dunia 2022

BERIKUTNYA

Momen Kaesang dan Erina Kepanasan di Kereta Kencana, Warga Antusias Tonton Kirab Pengantin

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: