Seduh Pertama digagas oleh Alvi Faidaturrosyida dari masa pandemi pada dua tahun lalu. (Sumber gambar: Seduh Pertama)

Seduh Pertama, Artisan Tea dari Pandemi hingga Ekspor ke Luar Negeri

04 December 2022   |   08:10 WIB

Like
Bisnis artisan tea atau teh kombinasi kini semakin banyak dilirik oleh masyarakat. Berbeda dengan teh biasa yang hanya menggunakan satu jenis daun, artisan tea menggunakan kombinasi rempah dan bunga sebagai elemen penambah rasa, manfaat, dan estetika.

Salah satu orang yang memiliki ketertarikan di bidang artisan tea adalah Alvi Faidaturrosyida, Founder Seduh Pertama Tea & Tisane, yang memulai bisnisnya dari platform daring sejak 2020. Awalnya, bisnis ini diliriknya seiring dengan tren hampers pada saat pandemi yang digemari beberapa orang.

Dia melihat bahwa teh memiliki potensi sebagai peningkat daya tahan tubuh untuk melawan virus, sehingga akhirnya mulai mengembangkan teh ini dengan bekerja sama bersama petani lokal untuk mengambil bahan-bahan lokal di berbagai daerah di Indonesia.

Baca jugaTakut Beli Minuman Manis? Yuk Buat Teh Kombucha di Rumah

"Ada perubahan gaya hidup sehat dari minuman kopi dan minuman kekinian, lalu masyarakat mencari teh sebagai alternatif. Selain itu, ada juga Kebutuhan konsumen untuk terekspos produk lokal," jelas Alvi dalam webinar pada pekan ini.

Bisnis ini kemudian dimulai dari rumahnya di Bekasi, di mana Alvi dan suaminya mulai menyiapkan stok produk dan proses packaging order yang masuk. Untuk pemasarannya, dia mulai memperkenalkan produknya ke platform e-commerce dan beberapa toko seperti coffee shop serta retail shop.
 

Salah satu produk hampers artisan tea dari Seduh Pertama. (Sumber gambar: Seduh Pertama)

Salah satu produk hampers artisan tea dari Seduh Pertama. (Sumber gambar: Seduh Pertama)

Salah satu lini produk Seduh Pertama. (Sumber gambar: Seduh Pertama)

Salah satu lini produk Seduh Pertama. (Sumber gambar: Seduh Pertama)


Seiring dengan bisnisnya yang kian besar dan mulai menambah karyawan, dia memiliki ragam tantangan. Salah satunya adalah kesulitan dalam memprediksi keinginan pasar yang berdampak pada keterbatasan stok. Selain itu, ada juga tantangan pada kapasitas ruang penyimpanan karena besarnya bisnis butuh ruang yang lebih besar hingga akhirnya ada usulan pembuatan warehouse untuk membantu proses ini.

Hal inilah yang kemudian diupayakan dengan meningkatkan daya tarik produknya melalui pemasaran dan edukasi kepada masyarakat. Beberapa di antaranya adalah mengenalkan produk berdasarkan kombinasi manfaat produk yang disebutkan di dalam platform dan flyer promosi. Biasanya, edukasi ini memuat nama teh, rasa khas yang dihadirkan, dan manfaat dari teh yang dikonsumsi bagi tubuh.

Untuk itu, Alvi menjelaskan bahwa upaya membangun edukasi ini juga tetap memperhatikan aspek kualitas produk yang terbaik. Dengan melakukan perputaran stok yang cepat agar tidak menyimpannya terlalu lama, dia berharap produk yang dijual kepada konsumen bisa tetap segar.

Hingga saat ini, Seduh Pertama kini sudah bergerak ke ranah luring selain digital marketing yang telah dilakukan selama kurang lebih dua tahun. Upaya ini dilakukan dengan pemasaran ke coffee shop dan retail shop, termasuk ke depannya dia juga berencana mengembangkan usahanya dengan membuat tea house.

"Akan ada pop-up store dan tea house pada awal tahun 2023 untuk menikmati pengalaman dan menyeduh teh secara langsung. Kami harus menyiapkan beragam menu dan dari demand konsumen, termasuk mixology untuk olahan teh," ujarnya.

Baca juga10 Ide Bisnis Kuliner yang Diprediksi Akan Cuan pada 2022

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Mural Banksy yang Jadi Simbol Perlawanan di Ukraina Jadi Sasaran Pencuri

BERIKUTNYA

Serial The Glory, Saat Dendam Terhadap Perundung Jadi Dedikasi Hidup

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: