Deteksi Dini Kanker Kolorektal Bisa Lewat Internet, Yuk Cek Sekarang
30 November 2022 |
15:30 WIB
Kanker kolorektal merupakan kanker yang tumbuh di usus besar atau di bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke anus. Jenis ini juga populer disebut kanker usus besar. kanker kolorektal termasuk yang jarang dibicarakan, tetapi angka pertumbuhannya ternyata berkembang cepat.
Kanker kolorektal merupakan penyebab 11,9 persen atau sekitar 21.764 kasus baru pada laki-laki di Indonesia, sebagamana dilaporkan Globocan 2020. Tak jauh berbeda, sebanyak 6 persen kejadian baru kanker yang dialami perempuan di Indonesia juga didiagnosis kanker kolorektal.
Sekretataris Umum Yayasan Kanker Indonesia Wita Anggarina Purbo mengatakan dengan pertambahan yang masif tersebut, dirinya menilai masyarakat perlu lebih paham terkait dengan penyakit kanker kolorektal.
Baca juga: Deteksi Dini Masih Jadi Tantangan dalam Penanganan Kanker Payudara
Dengan memahami risiko, masyarakat bisa lebih aware dengan penyakit. Harapannya, masyarakat bisa melakukan deteksi dini dan mencegah penyakit lebih parah dengan pengobatan yang tepat.
YKI lantas menggandeng Merck Indonesia dengan meluncurkan kampanye PERIKSA, yakni peduli risiko kanker kolorektak sejak awal. Kampanye ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai kanker kolorektal makin meningkat.
Sementara itu, Ketua Yayasan Kanker Indonesia Aru Sudoyo mengatakan ada beberapa alasan yang mendorong kanker kolorektal sekarang peningkatannya begitu tinggi.
Pada 20 tahun lalu, kanker kolorektal belum termasuk 10 besar di dunia. Namun, saat ini angka kasusnya terus meningkat. Kanker kolorektal sekarang sudah jadi 3 besar jenis kanker di dunia.
Dokter Aru mengatakan faktor pendorong terbesarnya ialah terjadinya peningkatan gaya hidup tidak sehat. Perubahan gaya hidup tersebut membuat kanker kolorektal menyerang banyak orang di Indonesia. Secara spesifik kanker ini bahkan sudah menjalar ke anak muda. Banyak pasien yang datang kepadanya dalam keadaan usia yang relatif masih muda.
“Fenomena ini cukup memprihatinkan. Akan tetapi, hal ini agak kurang diperhatikan saat ini,” ujar Dokter Aru saat webinar bertema Waspada Kanker Kolorektal: Pahami Risikonya dengan Periksa.
Corporate Secretary Merck Indonesia Melisa Sandrianti mengatakan pencegahan dan deteksi dini adalah hal yang sangat penting dalam penanganan kanker kolorektal. Saat ini deteksi dini sudah bisa dilakukan dengan mudah.
Melisa mengatakan deteksi dini kanker kolorektal bisa dilakukan secara online melalui bit.ly/yukperiksa. Dalam tes deteksi dini tersebut, masyarakat dapat mengetahui apakah gaya hidup yang dijalani selama ini berisiko terkena kanker usus besar atau tidak.
Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui potensi risiko yang ada pada diri seseorang. Namun, perlu digarisbawahi bawah skrining lebih lanjut dengan dokter ahli tetap diperlukan agar diagnosis lebih tepat.
Melisa mengatakan tes tersebut akan menganalisi gaya hidup seseorang. Pertanyaan yang ada meliputi, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Kemudian, pertanyaan juga akan terkait dengan kebiasaan merokok, alkohol, konsumsi daging merah, riwayat penyakit, dan sebagainya.
Nantinya, tes tersebut akan mengeluarkan hasil apakah seseorang memiliki gaya hidup yang berisiko terkena kanker kolorektal atau tidak. Hasil tersebut, bisa menjadi referensi sementara. Namun, hasil ini tidak dapat menggantikan saran dari para dokter.
Jika setelah mengecek hasilnya berisiko tinggi, Anda disarankan segera menghubungi dokter ahli untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dengan demikian, deteksi dini bisa lebih cepat dilakukan dan peluang kesembuhannya makin meningkat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Kanker kolorektal merupakan penyebab 11,9 persen atau sekitar 21.764 kasus baru pada laki-laki di Indonesia, sebagamana dilaporkan Globocan 2020. Tak jauh berbeda, sebanyak 6 persen kejadian baru kanker yang dialami perempuan di Indonesia juga didiagnosis kanker kolorektal.
Sekretataris Umum Yayasan Kanker Indonesia Wita Anggarina Purbo mengatakan dengan pertambahan yang masif tersebut, dirinya menilai masyarakat perlu lebih paham terkait dengan penyakit kanker kolorektal.
Baca juga: Deteksi Dini Masih Jadi Tantangan dalam Penanganan Kanker Payudara
Dengan memahami risiko, masyarakat bisa lebih aware dengan penyakit. Harapannya, masyarakat bisa melakukan deteksi dini dan mencegah penyakit lebih parah dengan pengobatan yang tepat.
YKI lantas menggandeng Merck Indonesia dengan meluncurkan kampanye PERIKSA, yakni peduli risiko kanker kolorektak sejak awal. Kampanye ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai kanker kolorektal makin meningkat.
Sementara itu, Ketua Yayasan Kanker Indonesia Aru Sudoyo mengatakan ada beberapa alasan yang mendorong kanker kolorektal sekarang peningkatannya begitu tinggi.
Pada 20 tahun lalu, kanker kolorektal belum termasuk 10 besar di dunia. Namun, saat ini angka kasusnya terus meningkat. Kanker kolorektal sekarang sudah jadi 3 besar jenis kanker di dunia.
Dokter Aru mengatakan faktor pendorong terbesarnya ialah terjadinya peningkatan gaya hidup tidak sehat. Perubahan gaya hidup tersebut membuat kanker kolorektal menyerang banyak orang di Indonesia. Secara spesifik kanker ini bahkan sudah menjalar ke anak muda. Banyak pasien yang datang kepadanya dalam keadaan usia yang relatif masih muda.
“Fenomena ini cukup memprihatinkan. Akan tetapi, hal ini agak kurang diperhatikan saat ini,” ujar Dokter Aru saat webinar bertema Waspada Kanker Kolorektal: Pahami Risikonya dengan Periksa.
Deteksi Dini dengan Mudah
Corporate Secretary Merck Indonesia Melisa Sandrianti mengatakan pencegahan dan deteksi dini adalah hal yang sangat penting dalam penanganan kanker kolorektal. Saat ini deteksi dini sudah bisa dilakukan dengan mudah.Melisa mengatakan deteksi dini kanker kolorektal bisa dilakukan secara online melalui bit.ly/yukperiksa. Dalam tes deteksi dini tersebut, masyarakat dapat mengetahui apakah gaya hidup yang dijalani selama ini berisiko terkena kanker usus besar atau tidak.
Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui potensi risiko yang ada pada diri seseorang. Namun, perlu digarisbawahi bawah skrining lebih lanjut dengan dokter ahli tetap diperlukan agar diagnosis lebih tepat.
Melisa mengatakan tes tersebut akan menganalisi gaya hidup seseorang. Pertanyaan yang ada meliputi, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Kemudian, pertanyaan juga akan terkait dengan kebiasaan merokok, alkohol, konsumsi daging merah, riwayat penyakit, dan sebagainya.
Nantinya, tes tersebut akan mengeluarkan hasil apakah seseorang memiliki gaya hidup yang berisiko terkena kanker kolorektal atau tidak. Hasil tersebut, bisa menjadi referensi sementara. Namun, hasil ini tidak dapat menggantikan saran dari para dokter.
Jika setelah mengecek hasilnya berisiko tinggi, Anda disarankan segera menghubungi dokter ahli untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dengan demikian, deteksi dini bisa lebih cepat dilakukan dan peluang kesembuhannya makin meningkat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.