Yuk Kenali Masalah yang Sering Dialami Pasien Kanker Payudara
30 November 2022 |
11:59 WIB
1
Like
Like
Like
Bukan hal mudah saat kita didiagnosis terkena kanker payudara. Berbagai pikiran buruk kerap timbul saat seseorang didiagnosis terkena kanker. Dukungan mental sangat diperlukan agar pasien bisa tetap fokus pada pengobatan yang sedang dijalaninya.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) Soehartarti Argadikoesoema Gondhowiardjo mengatakan orang yang terdiagnosis kanker payudara umumnya akan mengalami fase stres.
Stres tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, seperti kemungkinan hidup, biaya, dan hubungan dengan orang terdekat. Di titik ini, pasien sebaiknya tidak dibiarkan sendirian dan mesti mendapatkan bantuan yang tepat.
Dokter yang akrab disapa Prof Tati itu mengatakan stres yang tidak diatasi bisa membuat pasien mengalami delay treatment. Sebab, mereka takut dengan kondisi yang dialaminya sendiri.
Baca juga: Deteksi Dini Masih Jadi Tantangan dalam Penanganan Kanker Payudara
Faktor stres dapat memengaruhi psikologi dan sikap pasien. Mereka bahkan bisa terkena bias keyakinan soal jenis pengobatan yang perlu dijalankan.
Adanya ketakutan, stigma, dan diskriminasi juga bisa membuat pasien enggan menjalani pengobatan yang seharusnya dijalankan. Pada akhirnya, penanganan kanker payudara kerap sudah terlambat.
“70 persen pasien kanker payudara yang datang ke rumah sakit dalam keadaan lanjut. Tandanya keadaannya sudah kurang baik dan biaya pengobatannya pun sudah besar,” kata Prof Tati dalam Peluncuran Buku Panduan Navigasi Bagi Pasien Kanker Payudara, beberapa waktu lalu.
Prof Tati mengatakan hambatan yang dialami pasien kanker payudara tidak hanya stres semata. Dalam beberapa kasus, terutama di daerah-daerah terpencil, mereka juga kesulitan mendapatkan informasi dan edukasi soal kanker.
Selain itu, pasien juga kerap dipusingkan dengan persoalan finansial dan ekonomi. Ketakutan akan biaya perawatan yang mahal membuat pasien mengurungkan niat untuk berobat.
Di sisi lain, pasien kanker yang sudah berkeluarga juga sering dilanda dilema. Sebab, mereka harus tetap mengurus keluarga dan mencari uang di tengah pengobatan yang seharusnya dijalaninya.
Untuk mengurangi faktor-faktor hambatan tersebut, peran patient navigator sangatlah penting. Patient navigator akan membantu pengidap kanker secara personal. Patien navigator akan memandu dan memberi saran kepada pasien dalam melawan penyakitnya,
Prof Tati menyebut patient navigator ini ibarat pusat informasi. Mereka akan mencari jalan keluar dari setiap hambatan yang dialami pasien kanker payudara. Misalnya, jika ada hambatan keuangan, patient navigator akan mencari informasi soal penggunaan BPJS dalam penyakit yang sedang diderita pasien. Harapannya, pasien tetap mau berobat dengan biaya yang sudah ditanggung BPJS.
Jika BPJS belum menanggung, patient navigator pun akan mencari donatur-donatur atau survival group yang bisa memberikan bantuan. Dengan cara-cara ini, diharapkan pasien kanker payudara makin sadar dengan kondisinya dan mau menjalani pengobatan secara terstruktur demi kesembuhannya.
Sebab, sampai saat ini Indonesia masih berjuang melawan penyakit kanker payudara. Di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara adalah yang terbesar dibanding jenis kanker lain.
Data Globocan pada 2020 mengungkap jumlah kasus kanker baru di Indonesia mencapai 68.858 orang dari 396.914 total kasus. Sementara itu, jumlah kematian akibat kasus ini mencapai 22.000 jiwa kasus.
Baca juga: Hati-hati! Jenis Kanker Ini Jadi yang Paling Banyak Diderita Orang Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) Soehartarti Argadikoesoema Gondhowiardjo mengatakan orang yang terdiagnosis kanker payudara umumnya akan mengalami fase stres.
Stres tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, seperti kemungkinan hidup, biaya, dan hubungan dengan orang terdekat. Di titik ini, pasien sebaiknya tidak dibiarkan sendirian dan mesti mendapatkan bantuan yang tepat.
Dokter yang akrab disapa Prof Tati itu mengatakan stres yang tidak diatasi bisa membuat pasien mengalami delay treatment. Sebab, mereka takut dengan kondisi yang dialaminya sendiri.
Baca juga: Deteksi Dini Masih Jadi Tantangan dalam Penanganan Kanker Payudara
Faktor stres dapat memengaruhi psikologi dan sikap pasien. Mereka bahkan bisa terkena bias keyakinan soal jenis pengobatan yang perlu dijalankan.
Adanya ketakutan, stigma, dan diskriminasi juga bisa membuat pasien enggan menjalani pengobatan yang seharusnya dijalankan. Pada akhirnya, penanganan kanker payudara kerap sudah terlambat.
“70 persen pasien kanker payudara yang datang ke rumah sakit dalam keadaan lanjut. Tandanya keadaannya sudah kurang baik dan biaya pengobatannya pun sudah besar,” kata Prof Tati dalam Peluncuran Buku Panduan Navigasi Bagi Pasien Kanker Payudara, beberapa waktu lalu.
Prof Tati mengatakan hambatan yang dialami pasien kanker payudara tidak hanya stres semata. Dalam beberapa kasus, terutama di daerah-daerah terpencil, mereka juga kesulitan mendapatkan informasi dan edukasi soal kanker.
Selain itu, pasien juga kerap dipusingkan dengan persoalan finansial dan ekonomi. Ketakutan akan biaya perawatan yang mahal membuat pasien mengurungkan niat untuk berobat.
Di sisi lain, pasien kanker yang sudah berkeluarga juga sering dilanda dilema. Sebab, mereka harus tetap mengurus keluarga dan mencari uang di tengah pengobatan yang seharusnya dijalaninya.
Untuk mengurangi faktor-faktor hambatan tersebut, peran patient navigator sangatlah penting. Patient navigator akan membantu pengidap kanker secara personal. Patien navigator akan memandu dan memberi saran kepada pasien dalam melawan penyakitnya,
Prof Tati menyebut patient navigator ini ibarat pusat informasi. Mereka akan mencari jalan keluar dari setiap hambatan yang dialami pasien kanker payudara. Misalnya, jika ada hambatan keuangan, patient navigator akan mencari informasi soal penggunaan BPJS dalam penyakit yang sedang diderita pasien. Harapannya, pasien tetap mau berobat dengan biaya yang sudah ditanggung BPJS.
Jika BPJS belum menanggung, patient navigator pun akan mencari donatur-donatur atau survival group yang bisa memberikan bantuan. Dengan cara-cara ini, diharapkan pasien kanker payudara makin sadar dengan kondisinya dan mau menjalani pengobatan secara terstruktur demi kesembuhannya.
Sebab, sampai saat ini Indonesia masih berjuang melawan penyakit kanker payudara. Di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara adalah yang terbesar dibanding jenis kanker lain.
Data Globocan pada 2020 mengungkap jumlah kasus kanker baru di Indonesia mencapai 68.858 orang dari 396.914 total kasus. Sementara itu, jumlah kematian akibat kasus ini mencapai 22.000 jiwa kasus.
Baca juga: Hati-hati! Jenis Kanker Ini Jadi yang Paling Banyak Diderita Orang Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.