6 Kunci Sukses Transformasi Digital lewat Cloud Smart
16 November 2022 |
18:02 WIB
Adopsi komputasi awan (cloud) makin meluas ke berbagai sektor mulai dari organisasi pemerintahan hingga dunia usaha, terutama sektor keuangan dan telekomunikasi. Bahkan sebagiannya sudah menerapkan sistem multi-cloud untuk mendukung transformasi digital dan peningkatan skala usaha lewat penguatan teknologi.
Mengutip riset terbaru Vanson Bourne bersama VMware, terungkap bahwa meskipun saat ini telah banyak organisasi di Asia Pasifik yang menyelami penggunaan lingkungan multi-cloud, nyatanya sebagian besar masih minim dalam strategi pendekatannya. Dari survei terlihat bahwa 70 persen perusahaan sudah menggunakan banyak jenis public cloud. Namun baru 38 persen yang menerapkan stretegi multi-cloud.
Baca juga: Begini Pengalaman Pengusaha tentang Bisnis Cloud Kitchen
Satu yang mengejutkan adalah bahwa perusahaan dengan dukungan multi-cloud berupaya mengembangkan aplikasi agar bisa berjalan di lintas cloud, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan operasi developer (devops), maupun sistem IT yang sesuai dengan kebutuhan, sekaligus mempercepat kinerja pemasaran produk dan layanan.
Entitas yang mengadopsi cloud smart atau organisasi dengan lingkungan bisnis yang cerdas bisa berinovasi dan meningkatkan skalabilitas di beragam lingkungan, dan memiliki performa yang lebih baik. Dalam riset disebutkan bahwa perusahaan yang dijuluki cloud smart dan cloud intermediate kebanyakan berlokasi di wilayah Asia Pasifik.
VMware sendiri membagi fase adopsi cloud ke dalam tiga ketegori, yakni perusahaan yang menjajaki atau baru menerapkan komputasi awan yang masuk kelompok cloud first; lalu perusahaan yang telah menerapkan cloud secara lebih kompleks dan cenderung jatuh pada kondisi cloud chaos; terakhir kelompok perusahaan yang sukses menjalankan cloud pada fase berikutnya (cloud smart).
“Dalam riset disebutkan bahwa organisasi di regional ini sangat serius menjadi perusahaan cloud first. Namun tak jarang yang stagnan. Alih-alih mengadopsi pendekatan cloud smart, banyak dari mereka yang justru memasuki kondisi cloud chaos, kehilangan visibilitas dan kontrol pada aplikasi dan data yang tersebar di banyak cloud,” kata Paul Simos, Vice President and Managing Director, Southeast Asia and Korea,VMware di acara VMware Explore di Singapura, Rabu (16/11/2022).
Dia mengatakan bahwa organisasi perlu berinvestasi lebih kencang pada multi-cloud dan beralih ke strategi cloud smart agar terus bisa mengukur produktivitas dan profitabilitas yang melesat jauh ke depannya. Menurutnya, ada enam area kunci yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan sebagai fase perjalanan berikutnya menjadi perusahaan yang memiliki cloud cerdas.
Pada era digital ini monetasi data tumbuh signifikan dan menjadi sumber penghasilan. Dari hasil survei, sebanyak 30 perseb perusahaan melaporkan bahwa monetasi data menjadi sumber penghasilan yang besar. Dua tahun yang lalu angka ini hanya sebesar 22 persen. Ketika menerapkan cloud smart, 41 persen melaporkan monetasi data menjadi sumber penghasilan besar, sedangkan 75 persen mengatakan baru akan melihatnya pada 2027.
Sebanyak 89 persen perusahaan yang memiliki cloud cerdas menyampaikan lebih mudah dalam menerapkan keamanan data di Negara setempat, sedangkan 60 persen perusahaan yang masih berstatus uji coba menyatakan sebaliknya.
Bandingkan dengan perusahaan yang sudah cloud smart, lebih dari 90 persen mengatakan hanya perlu sedikit, bahkan sudah merasa cukup dengan tingkat keamanan data perusahaan mereka (93 persen), data karyawan end-user (93 persen), maupun data pelanggan (92 persen).
Salah satu kendala yang perlu diatasi dalam penerapan multi-cloud adalah adanya kesenjangan SDM. Sebanyak 46 persen responden sepakat bahwa organisasi mereka tidak punya SDM yang cakap untuk mendukung penerapan pendekatan multi cloud. Bahkan hal ini diderita pula oleh perusahaan dengan cloud smart, dengan sebanyak 42 persen menyatakan hal serupa.
Jadi, penting bagi perusahaan memiliki strategi multi-cloud yang jelas, selain tentunya merekrut dan menjaga SDM terbaik perusahaan.
Baca juga: UMKM Makin Cuan dengan Teknologi Cloud Computing
Editor: Dika Irawan
Mengutip riset terbaru Vanson Bourne bersama VMware, terungkap bahwa meskipun saat ini telah banyak organisasi di Asia Pasifik yang menyelami penggunaan lingkungan multi-cloud, nyatanya sebagian besar masih minim dalam strategi pendekatannya. Dari survei terlihat bahwa 70 persen perusahaan sudah menggunakan banyak jenis public cloud. Namun baru 38 persen yang menerapkan stretegi multi-cloud.
Baca juga: Begini Pengalaman Pengusaha tentang Bisnis Cloud Kitchen
Satu yang mengejutkan adalah bahwa perusahaan dengan dukungan multi-cloud berupaya mengembangkan aplikasi agar bisa berjalan di lintas cloud, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan operasi developer (devops), maupun sistem IT yang sesuai dengan kebutuhan, sekaligus mempercepat kinerja pemasaran produk dan layanan.
Entitas yang mengadopsi cloud smart atau organisasi dengan lingkungan bisnis yang cerdas bisa berinovasi dan meningkatkan skalabilitas di beragam lingkungan, dan memiliki performa yang lebih baik. Dalam riset disebutkan bahwa perusahaan yang dijuluki cloud smart dan cloud intermediate kebanyakan berlokasi di wilayah Asia Pasifik.
VMware sendiri membagi fase adopsi cloud ke dalam tiga ketegori, yakni perusahaan yang menjajaki atau baru menerapkan komputasi awan yang masuk kelompok cloud first; lalu perusahaan yang telah menerapkan cloud secara lebih kompleks dan cenderung jatuh pada kondisi cloud chaos; terakhir kelompok perusahaan yang sukses menjalankan cloud pada fase berikutnya (cloud smart).
“Dalam riset disebutkan bahwa organisasi di regional ini sangat serius menjadi perusahaan cloud first. Namun tak jarang yang stagnan. Alih-alih mengadopsi pendekatan cloud smart, banyak dari mereka yang justru memasuki kondisi cloud chaos, kehilangan visibilitas dan kontrol pada aplikasi dan data yang tersebar di banyak cloud,” kata Paul Simos, Vice President and Managing Director, Southeast Asia and Korea,VMware di acara VMware Explore di Singapura, Rabu (16/11/2022).
Dia mengatakan bahwa organisasi perlu berinvestasi lebih kencang pada multi-cloud dan beralih ke strategi cloud smart agar terus bisa mengukur produktivitas dan profitabilitas yang melesat jauh ke depannya. Menurutnya, ada enam area kunci yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan sebagai fase perjalanan berikutnya menjadi perusahaan yang memiliki cloud cerdas.
1. Menentukan benefit yang ingin dihadirkan
Lingkungan multi-cloud menjadi kunci pertumbuhan bisnis. Namun kuncinya justru pada apa benefit yang ingin dihadirkan dari penerapan cloud smart bagi perusahaan. Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 97 persen perusahaan yang menerapkan cloud smart menyebut bahwa pendekatan multi-cloud berimbas positif pada penghasilan dan profitabilitas.
2. Mentransformasi data menjadi uang
Pada era digital ini monetasi data tumbuh signifikan dan menjadi sumber penghasilan. Dari hasil survei, sebanyak 30 perseb perusahaan melaporkan bahwa monetasi data menjadi sumber penghasilan yang besar. Dua tahun yang lalu angka ini hanya sebesar 22 persen. Ketika menerapkan cloud smart, 41 persen melaporkan monetasi data menjadi sumber penghasilan besar, sedangkan 75 persen mengatakan baru akan melihatnya pada 2027.3. Visibilitas yang mudah untuk mengontrol biaya cloud
Kurangnya visibilitas dan kontrol pada operasi multi-cloud berimbas langsung pada lini bisnis. Entitas yang masih trailing perlu berupaya dua kali lebih kencang dibandingkan dengan perusahaan cloud smart, yakni 32 persen dibandingkan 70 persen.4. Mengatasi persoalan terkait integrasi dan manajemen data
Makin banyak data pelanggan yang dikumpulkan oleh perusahaan, membuat pemerintah makin memperketat pengambilan data dalam satu wilayah kedaulatan negara. Multi-cloud memudahkan perusahaan untuk mematuhi persoalan terkait kedaulatan data tersebut. Hal itu seperti disampaikan oleh 92 persen perusahaan bahwa mereka lebih mudah mengelola data di negara setempat, dibandingkan 63 persen perusahaan yang berstatus Trailing.Sebanyak 89 persen perusahaan yang memiliki cloud cerdas menyampaikan lebih mudah dalam menerapkan keamanan data di Negara setempat, sedangkan 60 persen perusahaan yang masih berstatus uji coba menyatakan sebaliknya.
5. Memperkuat keamanan dan control
Terkait dengan penggunaan multicloud, ada 42 responden berpendapat bahwa dengan makin banyak cloud yang digunakan, potensi terkait risiko keamanan siber akan meningkat pula. Dengan rendahnya visibilitas dan kontrol pada lingkungan multi cloud, bukan hal mengejutkan bila ada 61 persen perusahaan mengatakan perlu meningkatkan strategi keamanan siber mereka dalam rangka melindungi aplikasi dan data di multi-cloud.Bandingkan dengan perusahaan yang sudah cloud smart, lebih dari 90 persen mengatakan hanya perlu sedikit, bahkan sudah merasa cukup dengan tingkat keamanan data perusahaan mereka (93 persen), data karyawan end-user (93 persen), maupun data pelanggan (92 persen).
6. Menjembatani gap talenta SDM
Salah satu kendala yang perlu diatasi dalam penerapan multi-cloud adalah adanya kesenjangan SDM. Sebanyak 46 persen responden sepakat bahwa organisasi mereka tidak punya SDM yang cakap untuk mendukung penerapan pendekatan multi cloud. Bahkan hal ini diderita pula oleh perusahaan dengan cloud smart, dengan sebanyak 42 persen menyatakan hal serupa.Jadi, penting bagi perusahaan memiliki strategi multi-cloud yang jelas, selain tentunya merekrut dan menjaga SDM terbaik perusahaan.
Baca juga: UMKM Makin Cuan dengan Teknologi Cloud Computing
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.