Ilustrasi cloud kitchen. (Sumber gambar: Pexels/Anna Shvets)

Begini Pengalaman Pengusaha tentang Bisnis Cloud Kitchen

06 October 2022   |   21:30 WIB

Setidaknya, selama beberapa tahun terakhir, konsep bisnis makanan dan minuman mulai menjelajah model bisnis baru. Hal ini lantaran masa pandemi yang membatasi gerak masyarakat serta penutupan sejumlah ruang publik yang menjadi tempat berjalannya bisnis tersebut.

Hal inilah yang dirasakan oleh David Soong, Founder Boga Group, selama masa pandemi dengan berbagai lini usaha yang sebagian besar merupakan usaha restoran berkonsep dine-in. Saat pandemi menghantam sejumlah bisnis, dia memilih strategi untuk mengembangkan berbagai upaya.

Hal inilah yang kemudian membuat dirinya akhirnya merancang strategi baru, termasuk membangun cloud kitchen setelah membangun bisnis makanan yang diantar melalui platform daring.

Menurutnya, hal tersebut menjadi suatu tantangan tersendiri karena model bisnis yang berbeda dibandingkan dengan model bisnis dine-in yang sudah dilakukan selama kurang lebih 20 tahun.

"Kami harus melakukan reverse engineering, di mana masuk ke bisnis ini melihat harga pasar hingga produk apa yang diinginkan pasar," jelas David dalam acara konferensi ICON 2022, Kamis (6/10/2022).

Tidak hanya model pengembangannya yang berbeda, perilaku konsumen dari penikmat restoran dine-in dengan delivery atau cloud kitchen juga berbeda. Alasannya adalah karena konsep dine-in tidak hanya menyajikan makanan, tapi juga menghadirkan pengalaman interaksi antarpelanggan.

Kendati dine-in memiliki kelebihan tersebut, dia turut melihat bahwa potensi bisnis cloud kitchen juga memiliki potensi pasar yang tidak kalah besar dengan adanya akses pada jangkauan konsumen yang luas serta kemudahan dalam pembayaran dan logistik yang kini banyak aktif dalam ranah digital.

Namun, cloud kitchen menyisakan tantangan seiring dengan kebutuhan pasar yang besar sehingga terjadi kompetisi karena luasnya konsumen dan pemain yang makin banyak. Meski tantangan yang luas, kelebihan dari konsep bisnis makanan dan minuman yang satu ini ada pada modal yang tidak besar dengan estimasi di bawah Rp100 juta untuk membangun bisnis tersebut sedari awal.

Abrahan Viktor, Co-Founder dan CEO Hangry, mengatakan bahwa dirinya juga merasakan tantangan dalam berbisnis makanan dan minuman dengan konsep cloud kitchen yang berdampak baik bagi usahanya yang sejak awal melihat potensi besar tersebut sejak November 2019. 

Selama hampir 3 tahun membangun bisnisnya, dia melihat bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam perkembangan bisnis ini, bahkan hingga ke kawasan di luar pulau Jawa seperti Sulawesi dan Papua. Untuk pengembangan bisnisnya, dia memulai dari pembangunan platform komunikasi dengan para konsumen melalui aplikasi khusus dan resolusi yang cepat dalam  penyelesaian komplain.

Dalam pengembangannya, dia juga berupaya membuat inovasi dengan membangun usaha makanan dengan bidang tertentu yang menarik dan bisa menang dalam pasar kategori makanan tersebut. Upaya ini terus dilakukan olehnya hingga saat ini melalui peluncuran brand baru.

Berbeda dengan David yang mendapatkan pendanaan dari tabungan, Abraham justru memiliki tantangan pada pendanaan meski hal tersebut bukan tujuan utamanya. Dia melihat bahwa model pendanaan atau funding merupakan solusi yang akhirnya terjawab dengan pendanaan venture capital dari perusahaan besar.

Model inilah yang membuat dirinya dituntut untuk bisa membangun kepercayaan dengan calon investor, dalam hal model bisnis baik dari performa hingga akhirnya bisa dianggap overperform untuk mendapatkan pendanaan dalam jumlah besar. Saat ini, Hangry telah menerima empat kali pendanaan dengan total keseluruhan mencapai hampir US$50 juta.

Ke depannya, baik David maupun Abraham sama-sama yakin bahwa bisnis cloud kitchen selama beberapa tahun ke depan akan tetap berkembang dengan konsumen yang kini sudah memiliki pilihan dalam mendapatkan makanan pada masa pascapandemi, baik langsung dari merek maupun melalui platform pengantaran makanan daring dan media sosial.

"Konsumen akan tetap memesan makanan karena memudahkan hidup mereka. Soal angkanya apakah akan naik atau turun, saya enggak tahu. Dalam jangka panjang dan segi kenyamanan, tren ini tidak bisa diabaikan. Tentunya, [ke depannya juga] akan ada bisnis model-bisnis model baru di depan yang akan dieksplor bareng-bareng," ujar David.



Editor: Roni Yunianto
 

SEBELUMNYA

Ini Tantangan yang Dihadapi Pelaku Usaha Perempuan dalam Berbisnis

BERIKUTNYA

Drama Korea Island Akan Tayang Desember 2022, Ada Kim Nam-gil hingga Cha Eun-woo

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: