Thrifting Jadi Tren di Kalangan Remaja
17 November 2022 |
14:00 WIB
1
Like
Like
Like
Kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjaga dan memperbaiki kondisi lingkungan semakin besar. Salah satunya dengan menerapkan sustainable fashion atau fesyen yang berkelanjutan. Tren thrifting atau berbelanja pakaian besar pun tumbuh di kalangan generasi muda.
Founder dan COO Tinkerlust Aliya Amitra mengatakan 7 tahun lalu, membeli fesyen bekas atau preloved mungkin menjadi hal yang tabu. Kini perkembangannya pesat. Dia menyebut generasi muda sangat aware terhadap sustainability, begitu pula brand besar di dunia yang turun tangan membuat fesyen yang berkelanjutan.
"Efeknya meluas di Indonesia. Banyak lokal brand yang pilih bahan sustainable dan bagaimana cara mengolahnya," ujarnya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: Gak Perlu Bingung, Ini 5 Tip Sebelum Thrifting Baju
Mereka sadar bahwa tekstil menjadi sampah terbesar di dunia dan berdampak kepada lingkungan. Industri ini menghasilkan 8 persen dari emisi karbon dan 20 persen limbah air. Fesyen juga menyumbang seperlima dari 300 juta ton mikroplastik yang diproduksi setiap tahun pada skala global.
Tingkerlust sebagai marketplace jual beli fashion preloved dengan kualitas dan keaslian yang terjamin, terus memperkuat misinya sebagai perusahaan yang peduli terhadap gaya hidup sustainability atau hidup berkelanjutan. Selama 7 tahun, pihaknya melihat pertumbuhan terhadap aktivitas jual beli barang preloved.
"Pertumbuhan kita pesat. Setelah pandemi pertumbuhan lebih dari 50 persen. Kesempatannya masih besar, kita harap 2023 bisa 1-2 kali lipat (pertumbuhannya)," tutur Aliya.
Co-founder dan CEO Tinkerlust, Samira Shihab menyatakan sebagai ecommerce yang bergerak di preloved goods, pihaknya merasa perlu untuk mensosialisasikan bagaimana sustainable fashion dapat menjadi solusi untuk lingkungan yang lebih baik dan menciptakan circular economy.
Fashion yang sudah tidak dipakai bisa diperjualbelikan, sehingga tidak menumpuk dan bisa menjaga nilai fashion itu sendiri selama mungkin. Tinkerlust berkomitmen untuk membantu meningkatkan circular economy dengan mengenalkan jual-beli barang preloved sebagai new shopping lifestyle.
"Kami berharap dengan gerakan ini dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari industri fashion, dan juga menginspirasi bisnis lain, konsumen, untuk sama-sama mengadopsi sistem circular economy dan sustainable fashion," sebutnya.
Sebelumnya Tinkerlust telah membuat campaign drop and save. Berkolaborasi dengan salah satu lokal brand di Indonesia, mereka mengajak masyarakat Indonesia mengumpulkan barang fesyen yang sudah tidak terpakai. Kampanye ini berhasil mengumpulkan puluhan barang fesyen yang dijual kembali oleh tim Tinkerlust sebagai perwujudan circular economy.
Baca juga: Yuk Buat 3 Dampak Luar Biasa Ini dengan Gaya Hidup Thrifting
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Founder dan COO Tinkerlust Aliya Amitra mengatakan 7 tahun lalu, membeli fesyen bekas atau preloved mungkin menjadi hal yang tabu. Kini perkembangannya pesat. Dia menyebut generasi muda sangat aware terhadap sustainability, begitu pula brand besar di dunia yang turun tangan membuat fesyen yang berkelanjutan.
"Efeknya meluas di Indonesia. Banyak lokal brand yang pilih bahan sustainable dan bagaimana cara mengolahnya," ujarnya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: Gak Perlu Bingung, Ini 5 Tip Sebelum Thrifting Baju
Aliya di depan box donasi. (Foto : Desyinta Nuraini)
Tingkerlust sebagai marketplace jual beli fashion preloved dengan kualitas dan keaslian yang terjamin, terus memperkuat misinya sebagai perusahaan yang peduli terhadap gaya hidup sustainability atau hidup berkelanjutan. Selama 7 tahun, pihaknya melihat pertumbuhan terhadap aktivitas jual beli barang preloved.
"Pertumbuhan kita pesat. Setelah pandemi pertumbuhan lebih dari 50 persen. Kesempatannya masih besar, kita harap 2023 bisa 1-2 kali lipat (pertumbuhannya)," tutur Aliya.
Co-founder dan CEO Tinkerlust, Samira Shihab menyatakan sebagai ecommerce yang bergerak di preloved goods, pihaknya merasa perlu untuk mensosialisasikan bagaimana sustainable fashion dapat menjadi solusi untuk lingkungan yang lebih baik dan menciptakan circular economy.
Aliya dan Samira (Foto : Himawan L Nugraha)
"Kami berharap dengan gerakan ini dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari industri fashion, dan juga menginspirasi bisnis lain, konsumen, untuk sama-sama mengadopsi sistem circular economy dan sustainable fashion," sebutnya.
Sebelumnya Tinkerlust telah membuat campaign drop and save. Berkolaborasi dengan salah satu lokal brand di Indonesia, mereka mengajak masyarakat Indonesia mengumpulkan barang fesyen yang sudah tidak terpakai. Kampanye ini berhasil mengumpulkan puluhan barang fesyen yang dijual kembali oleh tim Tinkerlust sebagai perwujudan circular economy.
Baca juga: Yuk Buat 3 Dampak Luar Biasa Ini dengan Gaya Hidup Thrifting
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.