Kolaborasi Desainer Australia-Indonesia Hadirkan Fesyen Berkelanjutan di JFW 2023
29 October 2022 |
23:47 WIB
Busana ramah lingkungan menjadi salah satu yang ditampilkan dalam gelaran Jakarta Fashion Week 2023. Beberapa desainer internasional pun berkolaborasi dengan brand fashion asal Indonesia untuk menciptakan pakaian yang mengusung keberlanjutan ini. Salah satunya, Desainer Australia Denni Francisco.
Perancang asal Melbourne ini memamerkan koleksi terbarunya dari label mode ramah lingkungan, Ngali, pada Peragaan Busana Australia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia Jakarta dan Global Victoria di JFW 2023, Sabtu (29/10/2022).
Baca juga: 7 Brand Indonesia yang Menerapkan Sustainable Fashion, Yuk Pakai Produk Ramah Lingkungan!
Melalui kolaborasi kontemporernya dengan seniman penduduk asli Australia, Ngali membawa seni suku Aborigin dan suku Kepulauan Selat Torres ke panggung dunia melalui media pakaian dan tekstil.
Melalui koleksi yang dibawakannya, Denni ingin mengkomunikasikan cerita bagaimana fesyen dapat mengubah pola pikir seseorang dalam menghormati Negara, serta merayakan kreativitas penduduk asli di berbagai media. Proses karya Ngali beroperasi melalui lensa Yindayamarra, fesyen yang menunjukkan rasa hormat, sopan, perhatian, lembut terhadap Negara.
Bangga dengan identitasnya sebagai seorang perempuan dari suku Wiradjuri, Denni mendirikan Ngali pada 2018 sebagai sebuah cara untuk berkolaborasi dengan seniman penduduk asli, serta mendukung komunitas mereka. Denni bekerja dengan seniman di daerah terpencil untuk memperluas jangkauan mereka serta membantu mempromosikan pemahaman antara komunitas penduduk asli dengan lainnya.
Ngali memiliki arti ‘kita’ di berbagai Bahasa Aborigin, suku asli Australia. Melalui Ngali, dia ingin menciptakan karya ‘kita’ yang ingin ditampilkan sebagai sebuah negara dengan perkumpulan penduduk yang harmonis, berkelanjutan, dan adil dengan satu sama lain.
Ketika mendesain karyanya, Denni memastikan yang terbaik dari setiap karya seni Ngali dengan siluet yang menjadikannya lebih hidup diatas kain serta adaptasi cetak yang unik. Ngali membawa pakaian berkualitas tinggi dan serbaguna sehingga tidak perlu disimpan untuk acara-acara khusus. Pakaian Ngali dapat digunakan kapanpun, dari satu musim ke musim selanjutnya, tidak mengikuti tren-tren khusus, tetapi menekankan manfaat dari slow-fashion.
Dalam JFW 2023, Ngali tampil bersama label Indonesia, Kraton, yang dikenal dengan kain mewah serta teknik menjahit yang halus. Para desainer di balik dua label Indonesia ini adalah Auguste Soesastro dan Friederich Herman. Keduanya merupakan alumni universitas ternama di Australia.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM menerangkan koleksi yang dipamerkan pada Peragaan Busana Australia tahun ini mencerminkan keunggulan kreativitas Australia dan Indonesia dalam bidang fesyen. “Ini adalah contoh dinamis dari apa yang mungkin terjadi ketika desainer dan pengusaha terbaik kita berkolaborasi,” sebutnya, Sabtu (29/10/2022).
Dia menyebut ini adalah tahun kelima desainer Australia berpartisipasi di Jakarta Fashion Week. Hal tersebut menggambarkan hubungan erat antara sektor kreatif kedua negara.
Industri fesyen dan tekstil menurutnya sangat penting bagi perekonomian Australia dan Indonesia. Di Australia, industri tekstil berkontribusi sekitar Rp265 triliun bagi perekonomian nasional. Sementara itu, pada 2019, industri tekstil Indonesia bernilai hampir Rp390 triliun.
Denni Francisco, bersama dengan Jakarta Fashion Hub dan BINUS Northumbria School of Design, juga akan mengadakan serangkaian diskusi dengan mahasiswa mode dan desain untuk membahas industri fesyen yang berkelanjutan.
Editor: Dika Irawan
Perancang asal Melbourne ini memamerkan koleksi terbarunya dari label mode ramah lingkungan, Ngali, pada Peragaan Busana Australia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia Jakarta dan Global Victoria di JFW 2023, Sabtu (29/10/2022).
Baca juga: 7 Brand Indonesia yang Menerapkan Sustainable Fashion, Yuk Pakai Produk Ramah Lingkungan!
Melalui kolaborasi kontemporernya dengan seniman penduduk asli Australia, Ngali membawa seni suku Aborigin dan suku Kepulauan Selat Torres ke panggung dunia melalui media pakaian dan tekstil.
Melalui koleksi yang dibawakannya, Denni ingin mengkomunikasikan cerita bagaimana fesyen dapat mengubah pola pikir seseorang dalam menghormati Negara, serta merayakan kreativitas penduduk asli di berbagai media. Proses karya Ngali beroperasi melalui lensa Yindayamarra, fesyen yang menunjukkan rasa hormat, sopan, perhatian, lembut terhadap Negara.
Bangga dengan identitasnya sebagai seorang perempuan dari suku Wiradjuri, Denni mendirikan Ngali pada 2018 sebagai sebuah cara untuk berkolaborasi dengan seniman penduduk asli, serta mendukung komunitas mereka. Denni bekerja dengan seniman di daerah terpencil untuk memperluas jangkauan mereka serta membantu mempromosikan pemahaman antara komunitas penduduk asli dengan lainnya.
Ngali memiliki arti ‘kita’ di berbagai Bahasa Aborigin, suku asli Australia. Melalui Ngali, dia ingin menciptakan karya ‘kita’ yang ingin ditampilkan sebagai sebuah negara dengan perkumpulan penduduk yang harmonis, berkelanjutan, dan adil dengan satu sama lain.
Ketika mendesain karyanya, Denni memastikan yang terbaik dari setiap karya seni Ngali dengan siluet yang menjadikannya lebih hidup diatas kain serta adaptasi cetak yang unik. Ngali membawa pakaian berkualitas tinggi dan serbaguna sehingga tidak perlu disimpan untuk acara-acara khusus. Pakaian Ngali dapat digunakan kapanpun, dari satu musim ke musim selanjutnya, tidak mengikuti tren-tren khusus, tetapi menekankan manfaat dari slow-fashion.
Dalam JFW 2023, Ngali tampil bersama label Indonesia, Kraton, yang dikenal dengan kain mewah serta teknik menjahit yang halus. Para desainer di balik dua label Indonesia ini adalah Auguste Soesastro dan Friederich Herman. Keduanya merupakan alumni universitas ternama di Australia.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM menerangkan koleksi yang dipamerkan pada Peragaan Busana Australia tahun ini mencerminkan keunggulan kreativitas Australia dan Indonesia dalam bidang fesyen. “Ini adalah contoh dinamis dari apa yang mungkin terjadi ketika desainer dan pengusaha terbaik kita berkolaborasi,” sebutnya, Sabtu (29/10/2022).
Dia menyebut ini adalah tahun kelima desainer Australia berpartisipasi di Jakarta Fashion Week. Hal tersebut menggambarkan hubungan erat antara sektor kreatif kedua negara.
Industri fesyen dan tekstil menurutnya sangat penting bagi perekonomian Australia dan Indonesia. Di Australia, industri tekstil berkontribusi sekitar Rp265 triliun bagi perekonomian nasional. Sementara itu, pada 2019, industri tekstil Indonesia bernilai hampir Rp390 triliun.
Denni Francisco, bersama dengan Jakarta Fashion Hub dan BINUS Northumbria School of Design, juga akan mengadakan serangkaian diskusi dengan mahasiswa mode dan desain untuk membahas industri fesyen yang berkelanjutan.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.