Hati-hati, Kanker Paru Kerap Luput dan Terdeteksi di Stadium Lanjut
09 November 2022 |
10:12 WIB
Deteksi dini adalah kunci meningkatkan angka harapan hidup pengidap kanker paru. Namun, kesadaran melakukan deteksi dini masih cukup rendah di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan rata-rata pengidap kanker paru baru datang ke rumah sakit saat sudah stadium lanjut.
Kanker paru masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Globocan 2020, terdapat 34.783 pasien baru kanker paru setiap tahunnya di Indonesia. Jenis kanker tersebut juga menjadi penyebab pertama kematian di banding kanker jenis lain.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan pengidap kanker paru di Indonesia didominasi oleh laki-laki. Sebanyak 95 persen penyebabnya ialah gaya hidup, lingkungan, dan kebiasaan merokok.
Baca juga: Hati-hati! Jenis Kanker Ini Jadi yang Paling Banyak Diderita Orang Indonesia
Gaya hidup yang kurang sehat ditambah minimnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini jadi penyebab angka kematian akibat kanker paru sangat tinggi di Indonesia. Aru mengatakan banyak orang yang sudah terkena kanker paru, tetapi tidak menyadari hal itu.
Mereka baru mengetahuinya justru saat penyakit sudah dalam kondisi parah. Kira-kira, kata Aru, sebanyak 60 persen pasien kanker paru baru mendatangi rumah sakit sudah dalam stadium lanjut.
“Hal ini juga diakibatkan gejala kanker paru yang sering kali tidak tampak, terutama pada stadium awal,” ujar Aru dalam diskusi Lung Cancer Awareness Month 2022.
Aru mengatakan beberapa gejala yang terjadi pada pengidap kanker paru juga terbilang mirip dengan penyakit lain. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang faktor risiko, gejala, dan diagnosis kanker paru.
Diagnosis kanker paru lebih dini memungkinkan dokter bertindak lebih cepat dan terukur. Dengan demikian, harapan hidup pengidap kanker paru bisa bertambah.
Sementara itu, dokter spesialis paru Elisna Syahrudin mengatakan ada dua masalah penting dalam penanganan penyakit kanker paru di Indonesia. Pertama, jumlah kanker paru makin meningkat dan hanya bisa diatasi dengan melakukan pencegahan. Kedua, masih buruknya prognosis dibanding jenis kanker lain.
“Dengan demikian, usaha skrining atau deteksi dini akan secara langsung dapat memperpanjang harapan hidup,” kata Elisna.
Baca juga: Temuan Baru, Waspada Polusi Udara Jadi Penyebab Kanker Paru-paru
Pada grup B, umumnya pasien juga belum bergejala, tetapi memiliki umur yang lebih muda sekitar kurang dari 45 tahun. Namun, pasien jenis ini memiliki riwayat kanker paru di dalam keluarga. Jenis pasien ini juga mesti segera melakukan skrining lebih dini.
Elisna mengatakan pasien yang termasuk ke dalam dua jenis grup tersebut disarankan segera melakukan CT scan thorax. Jika ditemukan nodule atau bercak pada paru ukuran 1 centimeter, dokter harus memastikan pasien mengalami kanker paru atau tidak.
“Dalam deteksi dini, kepastian tanda itu kanker atau bukan sangat penting,” ungkapnya.
Editor: Nirmala Aninda
Kanker paru masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Globocan 2020, terdapat 34.783 pasien baru kanker paru setiap tahunnya di Indonesia. Jenis kanker tersebut juga menjadi penyebab pertama kematian di banding kanker jenis lain.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan pengidap kanker paru di Indonesia didominasi oleh laki-laki. Sebanyak 95 persen penyebabnya ialah gaya hidup, lingkungan, dan kebiasaan merokok.
Baca juga: Hati-hati! Jenis Kanker Ini Jadi yang Paling Banyak Diderita Orang Indonesia
Gaya hidup yang kurang sehat ditambah minimnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini jadi penyebab angka kematian akibat kanker paru sangat tinggi di Indonesia. Aru mengatakan banyak orang yang sudah terkena kanker paru, tetapi tidak menyadari hal itu.
Mereka baru mengetahuinya justru saat penyakit sudah dalam kondisi parah. Kira-kira, kata Aru, sebanyak 60 persen pasien kanker paru baru mendatangi rumah sakit sudah dalam stadium lanjut.
“Hal ini juga diakibatkan gejala kanker paru yang sering kali tidak tampak, terutama pada stadium awal,” ujar Aru dalam diskusi Lung Cancer Awareness Month 2022.
Aru mengatakan beberapa gejala yang terjadi pada pengidap kanker paru juga terbilang mirip dengan penyakit lain. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang faktor risiko, gejala, dan diagnosis kanker paru.
Diagnosis kanker paru lebih dini memungkinkan dokter bertindak lebih cepat dan terukur. Dengan demikian, harapan hidup pengidap kanker paru bisa bertambah.
Sementara itu, dokter spesialis paru Elisna Syahrudin mengatakan ada dua masalah penting dalam penanganan penyakit kanker paru di Indonesia. Pertama, jumlah kanker paru makin meningkat dan hanya bisa diatasi dengan melakukan pencegahan. Kedua, masih buruknya prognosis dibanding jenis kanker lain.
“Dengan demikian, usaha skrining atau deteksi dini akan secara langsung dapat memperpanjang harapan hidup,” kata Elisna.
Baca juga: Temuan Baru, Waspada Polusi Udara Jadi Penyebab Kanker Paru-paru
Skrining Jadi Kunci
Elisna mengatakan deteksi dini kanker paru di Indonesia biasanya dibagi menjadi grup A dan grup B. pada grup A, umumnya pasien belum bergejala dengan umur 45 tahun. Namun, pasien ini termasuk perokok, baik aktif maupun pasif. Pasien yang termasuk di grup A wajib melakukan skrining lebih dini.Pada grup B, umumnya pasien juga belum bergejala, tetapi memiliki umur yang lebih muda sekitar kurang dari 45 tahun. Namun, pasien jenis ini memiliki riwayat kanker paru di dalam keluarga. Jenis pasien ini juga mesti segera melakukan skrining lebih dini.
Elisna mengatakan pasien yang termasuk ke dalam dua jenis grup tersebut disarankan segera melakukan CT scan thorax. Jika ditemukan nodule atau bercak pada paru ukuran 1 centimeter, dokter harus memastikan pasien mengalami kanker paru atau tidak.
“Dalam deteksi dini, kepastian tanda itu kanker atau bukan sangat penting,” ungkapnya.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.