Kenali Penyebab & Gejala Kanker Paru, Penyakit yang Diderita Aktris Senior Kiki Fatmala
01 December 2023 |
11:00 WIB
Aktris senior Kiki Fatmala mengembuskan napas terakhirnya pada 1 Desember 2023 setelah berjuang melawan kanker yang dideritanya. Kabar tersebut dibagikan pihak keluarga dalam akun Instagram resmi wanita yang dikenal lewat perannya dalam film horor komedi Si Manis Jembatan Ancol itu.
Dalam postingan di Instagram, @qq_fatmala, disampaikan bahwa Kiki mengalami komplikasi akibat kanker. Diketahui, Kiki didagnosis menderita kanker paru beberapa tahun lalu. Artis yang terkenal pada era 80-an hingga 90an ini bahkan sempat mengalami remisi dari penyakit kronis ini.
Baca juga: Aktris Senior Kiki Fatmala, Pemeran Si Manis Jembatan Ancol Tutup Usia
Pada 23 April 2020, Kiki mengunggah sebuah foto, dan pernyataan dia baru sampai di Jakarta setelah dokter memutuskan tidak perlu menjalani kemoterapi lagi. "Dari bulan November sampai bulan ini sudah menjalankan 6 kali chemo, selama 6 bulan menjalankan pengobatan cancer," tulis Kiki.
Dalam postingan sebelumnya, Kiki mengungkap dia didiagnosis kanker paru stadium IV pada 19 November 2021. Kondisi itu langsung mengubah hidupnya. "Saya menyadari tidak ada yang akan pernah sama dan hidup terbagi 2: sebelum dan sesudah ini," sebut Kiki.
Kanker paru memang diketahui menjadi salah satu penyakit kronis yang berisiko kematian. Seperti namanya, sel-sel kanker ini tumbuh tidak terkendali pada organ paru.
Penyebab Kanker Paru
Faktor utama penyebab kanker paru adalah rokok. Mengutip laman Siloam Hospital, di dalam rokok terdapat zat beracun penyebab kanker (karsinogen) yang berisiko mempercepat kerusakan sel pelapis paru-paru. Contoh zat beracun tersebut di antaranya nikotin dan tar. Nikotin digunakan sebagai bahan insektisida, sementara tar dipakai dalam pembuatan aspal jalanan.
Pada mulanya, tubuh memang mampu memperbaiki kerusakan ini. Akan tetapi, apabila terjadi paparan secara terus-menerus maka menyebabkan sel normal pelapis paru semakin rusak. Kerusakan ini yang dapat mengakibatkan perubahan sel menjadi tidak normal dan berisiko membuat sel bermutasi menjadi sel kanker.
Sebelumnya, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, dr. Aru Wisaksono Sudoyo menyebut perokok memiliki risiko terkena kanker paru 23 kali lebih tinggi dari pada mereka yang tidak merokok.
Dia menjabarkan lebih dari 4,45 juta kematian akibat kanker pada 2019 disebabkan oleh faktor risiko yang diketahui akibat dampak merokok, konsumsi alkohol, dan indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi. “Sebanyak 90-95 persen faktor risiko kanker diakibatkan oleh faktor lingkungan dan kebiasaan hidup (lifestyle),” sebutnya.
Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 menunjukkan terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021. Sementara itu, menurut Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas), jumlah perokok anak usia 10-18 tahun terus meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2019.
Padahal, pemerintah Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 menargetkan perokok anak harusnya turun menjadi 5,4 persen pada 2019.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa hampir 1 dari 10 orang anak Indonesia merokok. Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia yakni 1.362 per 100.000 penduduk berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia Indonesia berada di urutan ke-23.
Sementara itu, kejadian baru kanker di Indonesia menurut GLOBOCAN 2020 sebanyak 396.914 kasus dimana 34.783 adalah kasus baru kanker paru, yang mana 80-90 persen disebabkan perilaku merokok. Dari penelitian yang pernah dilakukan, didapat data bahwa apabila orang merokok, risiko terkena kanker paru 23 kali lebih tinggi dari pada mereka yang tidak merokok yakni hanya 1 kali.
Elisna Syahrudin, Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedoteran Respirasi FKUI menjelaskan gejala awal kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan pada umumnya. Gejalanya berupa batuk dengan atau tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit atau sakit menelan, terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher.
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, wajib untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat. “Hindari diagnosis sendiri, dengan mengacu pada informasi yang tersebar di internet,” tegasnya.
Hal penting lainnya adalah prognosis penyakit paru sangat tergantung pada stadium penyakit pada saat ditemukan, sehingga pengenalan terhadap risiko pada program skrining dan deteksi dini perlu dilakukan pada kelompok beresiko.
Elisna menyampaikan penemuan penyakit pada stadium awal memungkinkan pasien dapat menjalani pembedahan. Kabar baik lainnya adalah semakin lengkapnya modalitas terapi kanker paru dan terbukanya akses, maka pilihan terapi yang tepat untuk kasus dengan stadium lanjut menunjukan peningkatan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik.
Baca juga: Waspadai Gejala Kanker Paru, Penyakit yang Dialami Kiki Fatmala
Editor: Dika Irawan
Dalam postingan di Instagram, @qq_fatmala, disampaikan bahwa Kiki mengalami komplikasi akibat kanker. Diketahui, Kiki didagnosis menderita kanker paru beberapa tahun lalu. Artis yang terkenal pada era 80-an hingga 90an ini bahkan sempat mengalami remisi dari penyakit kronis ini.
Baca juga: Aktris Senior Kiki Fatmala, Pemeran Si Manis Jembatan Ancol Tutup Usia
Pada 23 April 2020, Kiki mengunggah sebuah foto, dan pernyataan dia baru sampai di Jakarta setelah dokter memutuskan tidak perlu menjalani kemoterapi lagi. "Dari bulan November sampai bulan ini sudah menjalankan 6 kali chemo, selama 6 bulan menjalankan pengobatan cancer," tulis Kiki.
Dalam postingan sebelumnya, Kiki mengungkap dia didiagnosis kanker paru stadium IV pada 19 November 2021. Kondisi itu langsung mengubah hidupnya. "Saya menyadari tidak ada yang akan pernah sama dan hidup terbagi 2: sebelum dan sesudah ini," sebut Kiki.
Kanker paru memang diketahui menjadi salah satu penyakit kronis yang berisiko kematian. Seperti namanya, sel-sel kanker ini tumbuh tidak terkendali pada organ paru.
Penyebab Kanker Paru
Faktor utama penyebab kanker paru adalah rokok. Mengutip laman Siloam Hospital, di dalam rokok terdapat zat beracun penyebab kanker (karsinogen) yang berisiko mempercepat kerusakan sel pelapis paru-paru. Contoh zat beracun tersebut di antaranya nikotin dan tar. Nikotin digunakan sebagai bahan insektisida, sementara tar dipakai dalam pembuatan aspal jalanan.
Pada mulanya, tubuh memang mampu memperbaiki kerusakan ini. Akan tetapi, apabila terjadi paparan secara terus-menerus maka menyebabkan sel normal pelapis paru semakin rusak. Kerusakan ini yang dapat mengakibatkan perubahan sel menjadi tidak normal dan berisiko membuat sel bermutasi menjadi sel kanker.
Sebelumnya, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, dr. Aru Wisaksono Sudoyo menyebut perokok memiliki risiko terkena kanker paru 23 kali lebih tinggi dari pada mereka yang tidak merokok.
Dia menjabarkan lebih dari 4,45 juta kematian akibat kanker pada 2019 disebabkan oleh faktor risiko yang diketahui akibat dampak merokok, konsumsi alkohol, dan indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi. “Sebanyak 90-95 persen faktor risiko kanker diakibatkan oleh faktor lingkungan dan kebiasaan hidup (lifestyle),” sebutnya.
Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 menunjukkan terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021. Sementara itu, menurut Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas), jumlah perokok anak usia 10-18 tahun terus meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2019.
Padahal, pemerintah Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 menargetkan perokok anak harusnya turun menjadi 5,4 persen pada 2019.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa hampir 1 dari 10 orang anak Indonesia merokok. Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia yakni 1.362 per 100.000 penduduk berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia Indonesia berada di urutan ke-23.
Sementara itu, kejadian baru kanker di Indonesia menurut GLOBOCAN 2020 sebanyak 396.914 kasus dimana 34.783 adalah kasus baru kanker paru, yang mana 80-90 persen disebabkan perilaku merokok. Dari penelitian yang pernah dilakukan, didapat data bahwa apabila orang merokok, risiko terkena kanker paru 23 kali lebih tinggi dari pada mereka yang tidak merokok yakni hanya 1 kali.
Elisna Syahrudin, Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedoteran Respirasi FKUI menjelaskan gejala awal kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan pada umumnya. Gejalanya berupa batuk dengan atau tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit atau sakit menelan, terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher.
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, wajib untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat. “Hindari diagnosis sendiri, dengan mengacu pada informasi yang tersebar di internet,” tegasnya.
Hal penting lainnya adalah prognosis penyakit paru sangat tergantung pada stadium penyakit pada saat ditemukan, sehingga pengenalan terhadap risiko pada program skrining dan deteksi dini perlu dilakukan pada kelompok beresiko.
Elisna menyampaikan penemuan penyakit pada stadium awal memungkinkan pasien dapat menjalani pembedahan. Kabar baik lainnya adalah semakin lengkapnya modalitas terapi kanker paru dan terbukanya akses, maka pilihan terapi yang tepat untuk kasus dengan stadium lanjut menunjukan peningkatan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik.
Baca juga: Waspadai Gejala Kanker Paru, Penyakit yang Dialami Kiki Fatmala
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.