Pemandangan Terminal 4 Bandara Changi (Sumber gambar: Hypeabis.id/Dika Irawan)

Mau Transit Bandara Changi? Intip Suguhan Karya Seni di Dalamnya

08 November 2022   |   17:24 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Like
Semua tampaknya sepakat jika Changi adalah salah satu bandara terbaik di dunia. Sisi terbaik bandara yang resmi dibuka pada 29 Desember 1981 ini, bukan hanya pada layanan. Melainkan juga dari sajian hiburan dengan beragam spot menarik di dalamnya. 

Terbaru, bandara ini memiliki taman hiburan bertema alam Jewel Changi Airport. Berlokasi di Terminal 1, Jewel menjadi magnet tersendiri bagi pelancong, yang hendak atau sekadar transit di negeri tersebut. Di Jewel, pengunjung dimanjakan dengan sejumlah fasilitas. Salah satunya, Shiseido Forest Valley. Spot ini merupakan hutan buatan dengan air terjun ikonik.

Baca juga: Intip 6 Karya Arsitektur Peraih Aga Khan Award for Architecture 2022, Salah Satunya Bandara Banyuwangi

Sebelum Jewel dibangun, Changi juga tak kalah memesonanya. Bandara ini memiliki sudut-sudut yang tak habis untuk dieksplorasi. Pada 2018, Bisnis berkesempatan menjelajahi Terminal 4 Bandara tersebut. Kesan yang pertama terlihat adalah terminal ini adalah bukti nyata harmonisasi antara arsitektur, teknologi, alam, dan seni rupa. Di tempat ini, semuanya menjadi satu kesatuan yang memberikan wujud keindahan nan futuristik. 

Berdiri di atas lahan seluas 225.000 m2 setara dengan ukuran 27 lapangan sepakbola, bandara ini mampu menampung 16 juta pengunjung setiap tahunnya. Dari kejauhan, fasad Terminal 4 Changi didesain dengan gaya alami. 

Di setiap sudut dinding dilapisi oleh ratusan tanaman beraneka warna. Tanaman itu membentuk area hijau layaknya kebun vertikal. Pola-pola yang dibentuk dari 16.000 tanaman berbentuk salur dan dikelompokkan berdasarkan warna dan jenis tanaman. 

Ribuan tanaman ini didatangkan manajemen bandara dari China, India, dan beberapa negara di Asia Tenggara. Bandara ini tak ubahnya sebagai kebun raya versi mini. Kesan futuristik terlihat lekat dari layar LED reklame yang terpasang di pilar-pilar bangunan interior dan juga dinding sepanjang area imigrasi.

Kesan ini tidak hanya terbatas pada sisi dinding, tetapi juga pada bagian plafon bandara. Elemen garis berkolaborasi dengan bentuk oval yang mencitrakan gerak dinamis yang menjadi ciri khas bandar udara atau bandara modern. 

Tak sebatas garis-garis, pada bagian langit langit juga tergantung instalasi seni berupa rangkaian benda berbentuk segitiga dan bersudut tumpul. Instalasi ini bernama The Choreography yang terinspirasi dari musik klasik. Sewaktu Waktu, karya ini bergerak untuk membentuk lingkaran, ombak, dan silang. Gerak ini dari karya seni ini membuat tipuan visual di mana objek terlihat melayang dan menari di udara. 

Membicarakan tentang benda seni, bandara Changi menjadi tak ubahnya ruang galeri seni raksasa. Sebelum memasuki area imigrasi, penumpang dapat menikmati patung pengemudi becak yang tengah membawa dua orang penumpang. Instalasi berjudul Hey, Ah Chek dibuat dengan medium perunggu. Seniman Chong Fah Cheong membuatnya pada 2017. 
 

(Sumber gambar: Hyepabis.id/Dika Irawan

(Sumber gambar: Hyepabis.id/Dika Irawan


Karya ini dibuat sang perupa untuk mengingat kehidupan masa kecilnya di Singapura pada era 1950-an. Dia mengingat seringkali mengikuti ibunya berbelanja ke pasar dan menggunakan transportasi becak. Di area sekitar restoran, penumpang kembali disuguhkan karya instalasi berwujud hiu. 

Karya seni bermaterial baja ini dibuat dari susunan hewan penghuni lautan. Instalasi berjudul Swimming ini merupakan karya Seniman Zou Liang yang dibuat pada 2014. Melalui karyanya, Zou Liang menyelipkan pesan bahwa manusia tidak masuk dalam rantai makanan ikan hiu.

Karya seni ini adalah donasi dari Chariman Parkview Group George Wang untuk terminal 4, Bandara Changi Singapura. Keberadaan karya itu merupakan bagian dari pameran traveling global bertajuk On Sharks and Humanity yang mengkampanyekan perlindungan ikan hiu dari kepunahan. 
 

(Sumber gambar: Hypeabis.id/Dika Irawan)

(Sumber gambar: Hypeabis.id/Dika Irawan)

 

Museum dalam Bandara 

Suguhan karya seni yang memanjakan mata masih berlanjut ketika penumpang melewati pintu imigrasi. Para penumpang dapat menghilangkan penat perjalanan atau membuang jenuh menunggu masuk ke kabin pesawat, dengan menikmati koleksi karya yang dipajang di banyak tempat di dalam bandara. Di dalam bandara terdapat area warisan arsitektural yang dibuat untuk menunjukkan bangunan khas Singapura.

 

(Sumber gambar: Hypeabis.id/Dika Irawan)

(Sumber gambar: Hypeabis.id/Dika Irawan)


 Di areal ini, restoran dan kedai kopi dibuat dengan bentuk rumah toko dengan beragam gaya arsitektural mulai dari baroque, rococo, Peranakan, hingga modern décor. Dalam terminal 4, tepatnya di lantai 2 terdapat Museum Peranakan yang menyuguhkan sejarah perjalanan Peranakan di Singapura.

Di museum ini diperlihatkan koleksi khas mulai dari mebel, busana, hingga maket rumah yang berciri khas Peranakan. Salah satu cirinya adalah ukiran percampuran budaya Jawa, China, dan Eropa. 

Dapat disimpulkan bahwa bandara ini lebih dari sekadar tempat transit atau terminal. Di tempat ini, pengunjung juga dapat memperkaya pengalaman melalui koleksi museum dan beragam karya seni. Bandara sebagai etalase suatu negara dimanfaatkan benar oleh pemerintah Singapura untuk mengenalkan negerinya kepada khalayak dari seantero dunia melalui kebudayaan.

Peletakan batu pertama bandara ini dimulai pada 5 November 2013. Tepat 3 tahun kemudian, konstruksi bandara mencapai tahap akhir. Pada pengujung 2017, Terminal 4 mulai dibuka untuk publik. 

Baca juga: Siap-siap Liburan, Yuk Cek Dulu Tiket Pesawat Jakarta-Bali & Singapura Setelah Turun Harga

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Film Horor Laris Manis di Indonesia, Mistis & Rekreasi Emosi Jadi Pendorong

BERIKUTNYA

Mengenang Hari Pahlawan, Yuk Datangi 4 Tempat Bersejarah Ini di Surabaya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: