Ilustrasi konser musik (Sumber gambar: Pien Miller/Unsplash)

APMI Upayakan Pelaksanaan 3 Konser Besar yang Terancam Batal, Head In The Clouds hingga DWP

05 November 2022   |   06:48 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kisruh festival musik Berdendang Bergoyang yang terjadi pada pekan lalu rupanya membawa dampak pada konser-konser yang akan dihelat di dalam negeri. Saat ini perizinan penyelenggaraan konser menjadi satu persoalan alot yang tengah dihadapi oleh para promotor dan penyelenggaran konser.

Nama-nama festival musik besar seperti Soundrenaline 2022, Head In The Clouds, dan Djakarta Warehouse Project (DWP) pun terancam batal diselenggarakan tahun ini terkait masalah perizinan. Hal itu diungkapkan oleh Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI).

Ketua Umum APMI Dino Hamid, menegaskan bahwa pihaknya masih terus mengupayakan agar ketiga konser tersebut bisa tetap berjalan dengan melakukan advokasi bersama beberapa pihak terkait salah satunya kepolisian.

Menurutnya, ketiga konser tersebut merupakan agenda musik dengan skala besar di Indonesia, yang bisa membawa nama baik negara di kancah industri musik internasional. Bukan hanya menjadi hiburan, ketiga hajatan musik itu juga dinilai memberikan dampak ekonomi yang sangat besar bagi negara.

"Jadi faktor itu harus benar-benar secara rasional diperjuangkan. Karena faktornya enggak cuma secara mikro tapi makro. Apabila tiga event itu berhasil, Indonesia di mata dunia juga akan baik," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, baru-baru ini.

Baca juga: Ramai Masalah Perizinan, APMI Bakal Buat Standar Penyelenggaraan Konser


Geliat Industri Konser

Dino berharap tidak ada efek domino dari kisruh Berdendang Bergoyang yang berdampak pada konser-konser musik yang akan digelar pada masa mendatang. Sebab, paparnya, saat ini industri konser musik di Tanah Air tengah berupaya bangkit setelah lesu selama dua tahun akibat pandemi.

Dia menjabarkan secara frekuensi, dibandingkan dengan sebelum pandemi, penyelenggaraan konser musik saat ini cenderung lebih masif. Jika sebelumnya konser hanya digelar 1 atau 3 bulan sekali, saat ini konser bisa dihelat hampir setiap minggu dari berbagai skala.

"Kami mempunyai spirit apa yang terjadi kemarin itu harusnya bisa diperbaiki, tapi jangan memberhentikan mimpi kita yang selama beberapa bulan ini sudah memberikan dampak positif secara ekonomi," terangnya

Menurut Dino, industri konser musik adalah salah satu medium attraction yang bisa membantu memulihkan perekonomian dalam skala nasional. Dengan mengadakan konser, paparnya, aktivitas turisme akan berjalan hingga bergeraknya perekonomian skala mikro seperti UKM.

"Kita harus berjuang, sama-sama bersuara bahwa industri kami baik-baik saja, malah di level yang sangat baik," tegasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal APMI Emil Mahyudin, mengatakan pihaknya mendapatkan banyak laporan dari para anggota promotor di mana banyak penyelenggaraan festival musik terdampak akibat insiden yang terjadi di konser Berdendang Bergoyang. 

Dampak yang dirasakan antara lain, mulai dari pelarangan untuk mengadakan konser di area outdoor, durasi konser yang dibatasi hanya sampai pukul 6 sore, hingga pembatalan acara. 

Emil mengatakan pihaknya akan terus melakukan advokasi dengan beberapa pemangku kebijakan guna memastikan bahwa industri konser musik di Indonesia bisa terus berjalan. "Kami sangat berkeyakinan bahwa konser musik itu adalah industri yang paling memberikan efek bola salju terhadap pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Lukisan Cerita-cerita Mimpi Seniman I Made Dabi Arnasa di Art Moments Jakarta 2022

BERIKUTNYA

Sempat Rusuh, Ini Nasib Konser NCT 127 NEO CITY: JAKARTA – THE LINK Hari Ke-2

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: