Ilustrasi pedagang di pasar (Sumber gambar: Hypeabis.id)

Soal Ancaman Resesi, Ini yang Harus Dilakukan UMKM agar Tetap Bertahan

26 October 2022   |   15:00 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Kalian mungkin sudah mendengar berita bahwa 2023 diprediksi akan terjadi resesi global. Indonesia pun diperkirakan akan ikut terdampak krisis tersebut. Kondisi ini harus segera diantisipasi oleh berbagai pihak, termasuk para pelaku UMKM.

Yuke Sri Rahayu, Direktur Kuliner Kriya Desain dan Fesyen Kemenparekraf mengatakan ada tiga hal yang harus dilakukan oleh pelaku usaha untuk bisa bertahan di tengah kondisi krisis, baik di kala pandemi maupun resesi yang diperkirakan akan terjadi pada tahun depan.

Baca juga: Ancaman Resesi 2023, UMKM Enggak Gentar Tuh

Pertama, harus inovatif dan kreatif. Dalam hal ini, pelaku usaha harus bisa berpikir out of the boks dan mengikuti keinginan pasar. Kedua, harus adaptif dengan kondisi kekinian. Misalnya melakukan transformasi digital apalagi pasar di bidang online masih sangat besar.

Ketiga, saling berkolaborasi baik dengan sesama pelaku usaha, pemerintah, swasta, dan pemangku kepentingan lainnya. “Kolaborasi saat ini menjadi keniscayaan dan kunci utama untuk bisa sukses dan berkembang,” ujarnya.

Kemenparekraf sendiri menurutnya akan tetap konsisten mendorong dan memberdayakan para pelaku usaha kreatif agar dapat terus bertahan. Mereka pun secara terbuka siap menjalin kolaborasi bersama para pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Sementara itu,Muhammad Arif Susanto salah satu pelaku UMKM mengatakan dalam menghadapi resesi pelaku usaha harus lebih peka terhadap perubahan market sehingga dapat lebih cepat beradaptasi mengikuti keinginan pasar.

“Kita sudah memiliki pengalaman di masa pandemi, maka sebagai pelaku usaha harus dapat adaptif dan harus melihat ke arah mana masyarakat mengeluarkan uangnya. Lalu coba ambil peluang di situ,” jelas pemilik usaha Dusdukduk ini.

Hal ini pula yang pernah dia alami di saat pandemi. Ketika itu, bisnis yang dia jalankan di bidang home dekorasi dari bahan kardus sempat mengalami penurunan penjualan.

Namun, sebagai pelaku usaha, dia harus jeli melihat peluang sehingga melakukan berbagai inovasi dengan bergerak ke di bidang lain tetapi dengan tetap memanfaatkan kardus sebagai bahan utamanya. Oleh sebab itu, sepanjang 2020 hingga 2022, Arif menghadirkan dua brand lainnya, yaitu di bidang packaging dan mainan edukasi untuk anak.

“Saya merasa sebagai pengusaha meski ada desas-desus resesi tapi itu bukan suatu masalah justru dilihat sebagai tantangan yang membuat kita harus berinovasi melakukan upaya mitigasi serta menyiapkan berbagai strategi baik dari sisi produk maupun internal perusahaan dengan memperhatikan secara detail pos-pos pengeluaran,” ungkapnya.

Meski harus ada langkah preventif untuk mengantisipasinya, tetapi ancaman resesi global ini  tampaknya tidak akan terlalu mempengaruhi daya beli masyarakat Indonesia.
 

Badai Pasti Berlalu

Retail Services Director GfK Market Intelligence Elvinda Liung mengatakan pada dasarnya orang Indonesia ini sangat sangat resilience dan optimis. Bahkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan GfK Market Intelligence lebih dari 60 persen masyarakat Indonesia masih akan optimis bisa bertahan pada 2023 meski badai resesi akan menghantui.

“Sentimen konsumen masih positif, memang agak melambat tapi masih tumbuh karena mungkin pembelanjaan atau pengeluaran akan lebih banyak untuk sesuatu yang relevan seperti tagihan listrik, pulsa, atau vitamin. Namun kami melihat niat pembelian fesyen dan elektronik masih bertumbuh,” jelasnya.

Bahkan tren pembelian belanja online justru diperkirakan akan meningkat hingga dua kali lipat pada 5 tahun mendatang. Elvinda mengatakan berdasarkan survei saat ini rata-rata masyarakat mengeluarkan sekitar Rp5 juta per tahun untuk pembelian online.

Namun dalam 5 tahun ke depan angka tersebut akan meningkat menjadi Rp10 juta per tahun apalagi penetrasi online masih terus berkembang. Pemerintah pun juga tengah mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah untuk go digital yang ditargetkan pada 2024 sebanyak 30 juta UMKM go digital.

Kondisi ini jelas menjadi angin segar bagi para pelaku UMKM. Artinya niat dan daya beli masyarakat diperkirakan masih akan bagus serta tidak terlalu terpengaruh dengan ancaman resesi. Hal ini sejalan juga dengan data dari Bank Indonesia bahwa Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen masih tetap terjaga.

Baca juga: Simak Peran Penting Komunitas Agar UMKM Bisa Naik Kelas


Editor: Dika Irawan 

SEBELUMNYA

Profil Adrie Basuki, Desainer Pakaian Daur Ulang yang Menarik Perhatian di JFW 2023

BERIKUTNYA

Perdana di Indonesia, Museum MACAN Bakal Menggelar Pameran Tunggal Seniman Chiharu Shiota

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: