Untung Buka Resto atau Kuliner Online? Nih Kepoin Pengalaman Bos Amazy Family Resto
25 October 2022 |
20:00 WIB
Tak dapat dimungkiri selama masa pandemi, bisnis kuliner yang dijalankan secara konvensional dengan mengembangkan jaringan restoran terdampak cukup signifikan. Tak sedikit di antara mereka yang mencoba berstrategi seperti merambah ke ranah online atau menghadirkan menu frozen food.
Situasi itu dirasakan pula oleh Yanti Melianty, CEO PT MagFood Amazy Internasional, yang terpaksa harus menutup sejumlah gerai Amazy Family Resto sekibat pagebluk, bahkan untuk gerai yang sudah berdiri selama belasan tahun.
“Dulu sebelum pandemi kami memiliki 120 outlet, sekarang hanya tinggal 40-an. Target pasar kami anak-anak dan keluarga sehingga banyak di sekolah dan mal. Saat pandemi, mal tutup sedangkan kami harus bayar sewa, listrik, dan lainnya. Jadi karena enggak kuat, maka tutup,” ujarnya.
“Kami juga membuat beberapa terobosan seperti menu hantaran, membuat event online, perlombaan secara daring, dan lain sebagainya sehingga sales di outlet yang sudah punya pasar ini tidak menurun,” katanya.
Meski saat itu penjualan secara online meningkat hingga berkali lipat dari masa sebelum pandemi, namun tetap saja penjualan daring masih belum bisa mengalahkan penjualan langsung di restoran.
Yanti mengatakan bahwa pada dasarnya pangsa pasar offline untuk industri restoran masih sangat besar. Sebab, bagi sebagian orang, menikmati makanan di restoran sekaligus menjadi ajang rekreasi.
Untuk itu, supaya tidak terjebak pada produk komoditi dan bersaing harga, Amazy yang berdiri pada 2000 hanya menawarkan menu fried chicken secara gerobakan, bertransformasi menjadi restoran sejak 2007 yang dikhususkan untuk keluarga. Menunya pun berkembang menjadi berbagai aneka sajian serba ayam, termasuk nasi goreng hingga rice bowl.
“Agar restoran kami bisa berkembang, maka Amazy Family Resto menghadirkan brand yang sifatnya emosional dan bisa dekat dengan konsumen. Kami aktif mengadakan cooking class, fashion show anak, lomba mewarnai dan hingga pesta ulang tahun anak.
Yanti pun masih melihat bahwa bisnis restoran masih sangat diminati dan memiliki pangsa pasarnya tersendiri sehingga mereka pun kembali meluncurkan Complete Me, restoran kekinian di area seluas 1.400 m2 di kawasan Cirebon. Selain itu mereka juga menghadirkan restoran BBQ ala Korea.
“Walaupun pandemi tetapi masyarakat tetap membutuhkan hal-hal baru untuk rekreasi dan kami melihat bahwa masyarakat masih akan tetap suka menikmati makanan di restoran,” ucapnya.
Baca juga: 5 Rekomendasi Resto All You Can Eat di Jakarta, Pilih Sesuai Menu & Budget
Untuk Amazy sendiri, pihaknya saat ini sedang mempersiapkan membuka kembali outlet yang sudah tutup baik di lokasi yang sama atau mencari lokasi yang lebih strategis dengan melakukan peremajaan brand dan perbaikan secara fisik.
“Mungkin dalam 1 atau 2 tahun ke depan kami akan fokus membuka outlet yang independen. Namun bukan berarti nggak akan buka di mal lagi,” ucapnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Situasi itu dirasakan pula oleh Yanti Melianty, CEO PT MagFood Amazy Internasional, yang terpaksa harus menutup sejumlah gerai Amazy Family Resto sekibat pagebluk, bahkan untuk gerai yang sudah berdiri selama belasan tahun.
“Dulu sebelum pandemi kami memiliki 120 outlet, sekarang hanya tinggal 40-an. Target pasar kami anak-anak dan keluarga sehingga banyak di sekolah dan mal. Saat pandemi, mal tutup sedangkan kami harus bayar sewa, listrik, dan lainnya. Jadi karena enggak kuat, maka tutup,” ujarnya.
Baca juga: Mau Bisnis Rumah Makan? Yuk Intip Konsep Kafe & Resto Ini
Meski banyak gerai Amazy di mal yang harus tutup, pihaknya masih terbantu dengan adanya gerai yang buka di ruko-ruko yang fokus mengembangkan layanan pesan antar makanan secara online dan menghadirkan menu makanan beku.“Kami juga membuat beberapa terobosan seperti menu hantaran, membuat event online, perlombaan secara daring, dan lain sebagainya sehingga sales di outlet yang sudah punya pasar ini tidak menurun,” katanya.
Meski saat itu penjualan secara online meningkat hingga berkali lipat dari masa sebelum pandemi, namun tetap saja penjualan daring masih belum bisa mengalahkan penjualan langsung di restoran.
Yanti mengatakan bahwa pada dasarnya pangsa pasar offline untuk industri restoran masih sangat besar. Sebab, bagi sebagian orang, menikmati makanan di restoran sekaligus menjadi ajang rekreasi.
Untuk itu, supaya tidak terjebak pada produk komoditi dan bersaing harga, Amazy yang berdiri pada 2000 hanya menawarkan menu fried chicken secara gerobakan, bertransformasi menjadi restoran sejak 2007 yang dikhususkan untuk keluarga. Menunya pun berkembang menjadi berbagai aneka sajian serba ayam, termasuk nasi goreng hingga rice bowl.
“Agar restoran kami bisa berkembang, maka Amazy Family Resto menghadirkan brand yang sifatnya emosional dan bisa dekat dengan konsumen. Kami aktif mengadakan cooking class, fashion show anak, lomba mewarnai dan hingga pesta ulang tahun anak.
Yanti pun masih melihat bahwa bisnis restoran masih sangat diminati dan memiliki pangsa pasarnya tersendiri sehingga mereka pun kembali meluncurkan Complete Me, restoran kekinian di area seluas 1.400 m2 di kawasan Cirebon. Selain itu mereka juga menghadirkan restoran BBQ ala Korea.
“Walaupun pandemi tetapi masyarakat tetap membutuhkan hal-hal baru untuk rekreasi dan kami melihat bahwa masyarakat masih akan tetap suka menikmati makanan di restoran,” ucapnya.
Baca juga: 5 Rekomendasi Resto All You Can Eat di Jakarta, Pilih Sesuai Menu & Budget
Untuk Amazy sendiri, pihaknya saat ini sedang mempersiapkan membuka kembali outlet yang sudah tutup baik di lokasi yang sama atau mencari lokasi yang lebih strategis dengan melakukan peremajaan brand dan perbaikan secara fisik.
“Mungkin dalam 1 atau 2 tahun ke depan kami akan fokus membuka outlet yang independen. Namun bukan berarti nggak akan buka di mal lagi,” ucapnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.