Sejauh Ku Melangkah, Film Distribusi Dampak yang Gugah Kesadaran tentang Disabilitas
24 October 2022 |
14:00 WIB
Film sebagai visual bergerak selalu memiliki pesan yang ingin disampaikan ke publik, baik itu film dokumenter atau bahkan fiksi. Umumnya, proses pengenalan film dilakukan melalui jalur distribusi komersil dan non komersil, terutama lewat pemutaran di bioskop atau festival film dalam jangka waktu tertentu.
Akan tetapi, selain jalur tersebut ada juga metode pengenalan film yang menyasar langsung ke penonton bernama distribusi dampak (impact distribution). Tidak mengejar profit, distribusi ini targetnya malah mencari penonton yang tepat agar mereka dapat membuat perubahan di lingkungan sesuai kapasitas masing-masing.
Baca juga: Mengenal Distribusi Dampak, Metode Mengenalkan Film untuk Memantik Perubahan
Adalah Mila K. Kamil, produser dampak dari film Sejauh Ku Melangkah, salah satu orang yang bergerak mengenalkan film lewat jalur itu. Sepanjang Desember 2020 sampai Maret 2021 dia gencar mengenalkan film tersebut agar masyarakat lebih sadar dalam memberi ruang terhadap penyandang disabilitas.
Film Sejauh Ku Melangkah (2019) karya Ucu Agustin, mengisahkkan tentang dua sahabat bernama Andrea (Dea) dan Salsabila (Salsa). Mereka bertemu di taman kanak-kanak tunanetra. Keduanya adalah penyandang disabilitas. Mereka mengalami kebutaan sejak lahir.
Saat usia lima tahun, Dea dibawa keluarganya ke Virginia, Amerika Serikat. Sementara Salsa tetap di Indonesia. Jarak membentang, tapi persahabatan tetap berlanjut. Mereka saling menguatkan dan memiliki tekad untuk bisa mengembangkan kemampuan, dan hidup mandiri.
Baca juga: Daftar Nominasi dan Tema FFI 2022, Film Seperti Dendam dan Before, Now & Then Bersaing Ketat
Sebagai produser dampak atau impact producer, Mila mengaku memang ada pesan khusus yang ingin disampaikan ke publik mengenai penyandang disabilitas lewat film Sejauh Ku Melangkah. Terlebih di Indonesia banyak yang belum membicarakan isu tersebut lewat medium film.
"Program impact ini sudah berjalan 1 tahun lebih. Niatnya juga bukan hanya pemutaran film tapi [mengenalkan] inklusifitas lewat sinema. Jadi nantinya penonton dapat berbuat sesuai kapasitas mereka," papar Mila dalam diskusi Oper Bola di Kineforum, Minggu, (23/10).
Dia mengatakan film Sejauh Ku Melangkah telah diputar di banyak tempat secara online saat pandemi Covid-19 berlangsung. Saat penayangan, mereka juga menggunakan deskripsi audio dan sulih teks yang ramah untuk penyandang disabilitas tunanetra dan tuli.
Sebagai impact producer Mila mengatakan belum bisa menjangkau semua pihak selama kampanye formal di tengah pandemi saat dikontrak selama tiga bulan oleh sutradara. Terlebih pada pemangku kebijakan yang memiliki wewenang untuk membuat sistem inklusif bagi penyandang disabilitas.
Dia mengungkap, untuk mengenalkan film dengan metode distribusi dampak memang memiliki tantangan berbeda. Pasalnya, saat praktik memutar film juga tidak bisa dipukul rata, kondisi setiap penyandang disabilitas pun berbeda satu sama lain. Ada peserta yang buta, tuli, gabungan keduanya, atau memiliki kebutuhan khusus lain.
"Akhirnya kita di webinar [pemutaran film] kita bikin ada pengetik closed caption live, model-model seperti inilah yang akhirnya membuat kita untuk terus mengakomodir kebutuhan-kebutuhan khusus per orang itu. Seninya di situ sih," papar Mila.
Adapun, mengenai dampak yang terjadi di Indonesia, Mila mengatakan pihaknya baru mengukur lewat angket secara personal. Hasilnya, dia menilai masih harus ada strategi baru yang dibuat agar film itu dapat memilki dampak yang lebih luas untuk memantik perubahan.
"[Fokusnya] ya bagaimana mempertemukan isu yang jarang dibicarakan ini agar distribusi dampak terus berlanjut. Lain dari itu semoga banyak yang lebih mensuport [penyandang disabilitas] agar mereka lebih berdaya lagi," papar Mila.
Baca juga: Sudah Tayang, Intip 5 Alasan Kenapa Kalian Harus Menonton Film Perfect Strangers
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Akan tetapi, selain jalur tersebut ada juga metode pengenalan film yang menyasar langsung ke penonton bernama distribusi dampak (impact distribution). Tidak mengejar profit, distribusi ini targetnya malah mencari penonton yang tepat agar mereka dapat membuat perubahan di lingkungan sesuai kapasitas masing-masing.
Baca juga: Mengenal Distribusi Dampak, Metode Mengenalkan Film untuk Memantik Perubahan
Adalah Mila K. Kamil, produser dampak dari film Sejauh Ku Melangkah, salah satu orang yang bergerak mengenalkan film lewat jalur itu. Sepanjang Desember 2020 sampai Maret 2021 dia gencar mengenalkan film tersebut agar masyarakat lebih sadar dalam memberi ruang terhadap penyandang disabilitas.
Film Sejauh Ku Melangkah (2019) karya Ucu Agustin, mengisahkkan tentang dua sahabat bernama Andrea (Dea) dan Salsabila (Salsa). Mereka bertemu di taman kanak-kanak tunanetra. Keduanya adalah penyandang disabilitas. Mereka mengalami kebutaan sejak lahir.
Saat usia lima tahun, Dea dibawa keluarganya ke Virginia, Amerika Serikat. Sementara Salsa tetap di Indonesia. Jarak membentang, tapi persahabatan tetap berlanjut. Mereka saling menguatkan dan memiliki tekad untuk bisa mengembangkan kemampuan, dan hidup mandiri.
Baca juga: Daftar Nominasi dan Tema FFI 2022, Film Seperti Dendam dan Before, Now & Then Bersaing Ketat
Sebagai produser dampak atau impact producer, Mila mengaku memang ada pesan khusus yang ingin disampaikan ke publik mengenai penyandang disabilitas lewat film Sejauh Ku Melangkah. Terlebih di Indonesia banyak yang belum membicarakan isu tersebut lewat medium film.
"Program impact ini sudah berjalan 1 tahun lebih. Niatnya juga bukan hanya pemutaran film tapi [mengenalkan] inklusifitas lewat sinema. Jadi nantinya penonton dapat berbuat sesuai kapasitas mereka," papar Mila dalam diskusi Oper Bola di Kineforum, Minggu, (23/10).
Dia mengatakan film Sejauh Ku Melangkah telah diputar di banyak tempat secara online saat pandemi Covid-19 berlangsung. Saat penayangan, mereka juga menggunakan deskripsi audio dan sulih teks yang ramah untuk penyandang disabilitas tunanetra dan tuli.
Perlu Strategi Khusus
Mila Kamil saat berdiskusi usai pemutaran film Sejauh Ku Melangkah (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Dia mengungkap, untuk mengenalkan film dengan metode distribusi dampak memang memiliki tantangan berbeda. Pasalnya, saat praktik memutar film juga tidak bisa dipukul rata, kondisi setiap penyandang disabilitas pun berbeda satu sama lain. Ada peserta yang buta, tuli, gabungan keduanya, atau memiliki kebutuhan khusus lain.
"Akhirnya kita di webinar [pemutaran film] kita bikin ada pengetik closed caption live, model-model seperti inilah yang akhirnya membuat kita untuk terus mengakomodir kebutuhan-kebutuhan khusus per orang itu. Seninya di situ sih," papar Mila.
Adapun, mengenai dampak yang terjadi di Indonesia, Mila mengatakan pihaknya baru mengukur lewat angket secara personal. Hasilnya, dia menilai masih harus ada strategi baru yang dibuat agar film itu dapat memilki dampak yang lebih luas untuk memantik perubahan.
"[Fokusnya] ya bagaimana mempertemukan isu yang jarang dibicarakan ini agar distribusi dampak terus berlanjut. Lain dari itu semoga banyak yang lebih mensuport [penyandang disabilitas] agar mereka lebih berdaya lagi," papar Mila.
Baca juga: Sudah Tayang, Intip 5 Alasan Kenapa Kalian Harus Menonton Film Perfect Strangers
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.