Ilustrasi gaya hidup minimalis (dok: Unsplash/Bench Accounting)

Menggapai Kesehatan Mental Lewat Gaya Hidup Minimalis

21 May 2021   |   20:22 WIB
Image
Rezha Hadyan Hypeabis.id

Setiap kali ingin membeli barang, Meriza Netaniel, mahasiswi Psikologi di Universitas Atma Jaya ini akan berpikir dua kali. Nyatanya, kebiasaan hidup minimalis yang sedang dilakoni ini membantu dia tidak terbebani dengan perasaan bersalah mengeluarkan uang berlebihan.
 
“Aku sekarang selalu berpikir butuh apa ingin? Dengan begitu, aku membeli sesuatu berdasarkan kebutuhan maka aku terhindar dari rasa bersalah mengeluarkan uang untuk hal yang tak diinginkan,” ujar Meriza.

Menjadi seorang minimalis, diakui Meriza membuat dia lebih memaknai hidup dibandingkan sebelumnya. Selain itu, menjadi minimalist mengarahkan dia untuk lebih bijak dan produktif dalam mengelola keuangan.
 
Founder Social Connect, Sepri Andi, sebuah komunitas bagi penyintas kesehatan mental menilai gaya hidup minimalis membantu seseorang lebih simpel dalam menjalani hidup. Misalnya dalam mengkonsumsi apa yang dibutuhkan, atau membeli barang seperlunya.

Gaya hidup ini juga membantu seseorang lebih fokus pada hal-hal yang penting sehingga membuat Anda tidak terjebak dalam pikiran panjang tentang sesuatu perkara.
 
“Pikiran sangat berperan dalam kesehatan mental di mana pikiran yang tenang, simpel, dan aktif akan membuat seseorang lebih mudah memproses informasi dan cenderung lebih mudah mengutarakan isi hati atau perasaan dan ini membantu mereka lebih mudah memanajemen stres,” kata Andi kepada Bisnis.
 
Sementara pikiran yang kompleks, bingung, banyak masalah baik di pekerjaan, di rumah, di bisnis, akan membuat capek, stres, bahkan tertekan dan buntu dalam memproses informasi. Jadi, Andi sepakat bahwa gaya hidup minimalis membantu membentuk hidup lebih sederhana yang juga akan berpengaruh banyak kepada kesehatan mental.
 
Andi menilai, mekanisme psikologi kesehatan mental terhadap gaya hidup minimalis adalah pengaruh pada cara memproses informasi yang lebih cepat, sederhana, dan tidak kompleks. Oleh sebab itu, untuk menguji keabsahan persepsi bahwa risiko depresi lebih kecil pada kaum minimalist juga belum tentu benar.
 
“Karena boleh saya, dia, hidup minimalis, namun dia mendapatkan banyak masalah, kehilangan orang tersayang, bisnis merugi, dan lainnya. Ada banyak faktor yang memperngaruhi kesehatan mental selain dari hidup minimalis saja,” tutur Andi.
 

Kesehatan mental/ rawpixel.com, Freepik,

Kesehatan mental/ rawpixel.com, Freepik,



Adam Alfares Abednego, Co-Founder Menjadi Manusia kampanye digital untuk kesehatan mental, juga memiliki pendapat yang senada bahwa pada dasarnya, masalah yang mengganggu psikologis dan mental bersumber dari beban pikiran. Semakin banyak yang dipikirkan, akan semakin rumit isi kepala dan membuat seseorang kewalahan hingga depresi.
 
“Analoginya, kalau kita masuk kamar yang penuh barang dan sumpek, otomatis respon natural dari otak kita akan menangkap semua informasi di kamar. Sedangkan dengan isi yang secukupnya, kita tidak perlu banyak memproses barang-barang di kamar kita, isi kamar itu sama dengan isi kepala kita,” sambung Adam.
 
Adam menilai konsep dasar minimalis mampu mengurangi beban mental sebenarnya bertumpu pada fakta gaya hidup ini akan membuat seseorang lebih less distraction atau lebih sulit terdistraksi. Sejak pandemi Covid-19, Adam pun mulai mencoba menjadi minimalis.

Pasalnya, dia seringkali kesulitan tidur dengan nyenyak, tidur pun baru bisa dilakukan setiap jam 2 pagi, terbangun jam 5 pagi, dan tidak bisa tidur seharian dan seringkali mengantuk pada siang hari.
 
“Ini sangat mengganggu produktivitas saya. Saya pikir ada yang tak beres dalam hidup saya, lalu beberapa bulan ke belakang saya tersadarkan dengan cara saya mulai merapikan kamar tempat tidur saya, menata letak barang dengan lebih baik. Sekarang saya sudah bisa tidur dengan lebih tenang dan tidak pernah cemas lagi,” ungkap Adam.
 
Oleh sebab itu, menjadi kaum minimalis artinya memulai hidup dengan sederhana, membuat nyaman diawali dari tempat Anda tinggal. Meski demikian, Adam mengingatkan agar penerapan gaya hidup minimalis tidak perlu ditekuni terlalu ekstrim hingga membuang semua barang-barang yang dimiliki. Langkah termudah yang bisa dilakukan adalah dengan menyortir barang-barang yang tidak lagi dirasa penting.
 
“Minimalism berarti lebih sedikit barang-barang yang mendistraksi, atau memancing pikiran kita untuk bekerja lebih, inilah yang selama ini membuat pengaruh pada kesehatan mental kita,” tuturnya.

Editor: M R Purboyo

SEBELUMNYA

Ivan Gunawan Berkolaborasi Ciptakan Baju Karakter Film Disney, "Cruella"

BERIKUTNYA

Mau Kasih Kado Mainan Anak? Jangan Sembarangan Genhype

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: