Simak Sejarah dan Transformasi Masjid Jakarta Islamic Center, Pusat Kajian Islam di Utara Jakarta
19 October 2022 |
20:07 WIB
Petang tadi, Rabu (19/10/2022), kubah Masjid Jakarta Islamic Center yang berada di Kramat Tunggak, Tanjung Priok, Jakarta Utara, habis dilalap si jago merah. Puluhan mobil pemadam kebakaran pun dikerahkan untuk memadamkan api yang menyala hingga meruntuhkan bagian kubah bangunan masjid.
Masjid yang diresmikan pada 2003, yang juga dikenal sebagai Masjid Raya Provinsi DKI Jakarta, diklaim sebagai mahakarya keberhasilan perubahan struktur sosial. Sebelum menjadi bangunan masjid, area ini dulunya merupakan distrik lampu merah yang terkenal.
Didorong oleh desakan ulama setempat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnnya memutuskan untuk menutup area lokalisasi tersebut dan bergagasan untuk membangun kompleks bisnis sebelum akhirnya dirombak menjadi pusat pendidikan, bisnis, budaya, dan ibadah terbesar di Jakarta.
Memiliki luas bangunan 14.000 meter persegi, Masjid Jakarta Islamic Center merupakan rancangan arsitek Ahmad Noe’man. Sang arsitek merancang masjid dengan dua lantai ini dengan memanifestasikan sifat-sifat keperkasaan, kemegahan, dan keindahan.
Keperkasaan direfleksikan dengan bangunannya yang tinggi menjulang. Sementara interpretasi kemegahan adalah kubah yang membentang sepanjang 68 meter tanpa tiang. Bentangan kubah tanpa tiang ini disebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.
Baca juga: 5 Masjid di Dunia dengan Arsitektur Unik, Salah Satunya dari Indonesia
Sebelum direnovasi, elemen kaca patri berbentuk tanda panah ke atas mengelilingi kubah Masjid Jakarta Islamic Center. Elemen yang ada memiliki makna hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Elemen tersbut memberikan sinar terang saat siang ketika dilihat dari dalam ruangan.
Tidak hanya itu, elemen penuh makna ini juga membentuk karakter kubah ketika malam datang. Kubah yang terpasang disebut berbahan dasar tembaga yang dapat berubah warna secara alami seiring proses oksidasi.
Kemudian, dari sisi interior, ruang utama masjid dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur'an seperti ayat dalam surat Al-Baqarah, An-nuur, Al-A’raf, dan Al-Mu’minuun.
Saat berada di masjid ini juga, suasana Timur Tengah dapat terasa dari warna bangunan dengan paduan abu-abu sebagai warna dasar, kuning di detail dekorasi bangunan, dan kombinasi hijau dan biru. Tidak hanya itu, di masjid ini juga terdapat menara setinggi 114 meter yang menandakan jumlah surat dalam Al-Qur'an.
Dilansir dari laman ITB, Ahmad Noe’man, yang merupakan pelopor bangunan masjid tanpa kubah, mendedikasikan ilmu dan hidup untuk mendesain masjid di Indonesia dan mancanegara. Dia juga sosok di balik bangunan masjid megah lainnya yang tersebar di penjuru negeri.
Selain Masjid Jakarta Islamic Center, karyanya dapat Genhype saksikan pada bangunan Masjid Salman ITB, Masjid Raya Pati, Masjid Taman Ismail Marzuki Jakarta, Masjid Al-Ghifari IPB Bogor, Masjid PT Pupuk Kujang, Masjid Al-Furqan UPI Bandung, dan Masjid Komplek Perumahan Pramuka Cibubur Jakarta.
Tidak hanya itu, Ahmad Noe’man juga merupakan perancang Masjid Attin yang dirancang untuk mengenang Tien Soeharto dan Masjid Al-Markaz al-Islami di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.
Ahmad Noe’man juga disebutkan lebih memilih mengembangkan bidang arsitektur di dalam negeri daripada mengambil kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Amerika Serikat.
Baca juga: Warna Biru dan Signifikansinya pada Arsitektur Islam
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Masjid yang diresmikan pada 2003, yang juga dikenal sebagai Masjid Raya Provinsi DKI Jakarta, diklaim sebagai mahakarya keberhasilan perubahan struktur sosial. Sebelum menjadi bangunan masjid, area ini dulunya merupakan distrik lampu merah yang terkenal.
Didorong oleh desakan ulama setempat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnnya memutuskan untuk menutup area lokalisasi tersebut dan bergagasan untuk membangun kompleks bisnis sebelum akhirnya dirombak menjadi pusat pendidikan, bisnis, budaya, dan ibadah terbesar di Jakarta.
Masjid Jakarta Islamic Center. (Sumber gambar: Sekretariat Jakarta Islamic Center)
Keperkasaan direfleksikan dengan bangunannya yang tinggi menjulang. Sementara interpretasi kemegahan adalah kubah yang membentang sepanjang 68 meter tanpa tiang. Bentangan kubah tanpa tiang ini disebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.
Baca juga: 5 Masjid di Dunia dengan Arsitektur Unik, Salah Satunya dari Indonesia
Hubungan Manusia dengan Sang Pencipta
Sebelum direnovasi, elemen kaca patri berbentuk tanda panah ke atas mengelilingi kubah Masjid Jakarta Islamic Center. Elemen yang ada memiliki makna hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Elemen tersbut memberikan sinar terang saat siang ketika dilihat dari dalam ruangan.Tidak hanya itu, elemen penuh makna ini juga membentuk karakter kubah ketika malam datang. Kubah yang terpasang disebut berbahan dasar tembaga yang dapat berubah warna secara alami seiring proses oksidasi.
Kemudian, dari sisi interior, ruang utama masjid dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur'an seperti ayat dalam surat Al-Baqarah, An-nuur, Al-A’raf, dan Al-Mu’minuun.
Saat berada di masjid ini juga, suasana Timur Tengah dapat terasa dari warna bangunan dengan paduan abu-abu sebagai warna dasar, kuning di detail dekorasi bangunan, dan kombinasi hijau dan biru. Tidak hanya itu, di masjid ini juga terdapat menara setinggi 114 meter yang menandakan jumlah surat dalam Al-Qur'an.
Interior kubah Masjid Jakarta Islamic Center. (Sumber gambar: Sekretariat Jakarta Islamic Center)
Arsitek Seribu Masjid
Dilansir dari laman ITB, Ahmad Noe’man, yang merupakan pelopor bangunan masjid tanpa kubah, mendedikasikan ilmu dan hidup untuk mendesain masjid di Indonesia dan mancanegara. Dia juga sosok di balik bangunan masjid megah lainnya yang tersebar di penjuru negeri.Selain Masjid Jakarta Islamic Center, karyanya dapat Genhype saksikan pada bangunan Masjid Salman ITB, Masjid Raya Pati, Masjid Taman Ismail Marzuki Jakarta, Masjid Al-Ghifari IPB Bogor, Masjid PT Pupuk Kujang, Masjid Al-Furqan UPI Bandung, dan Masjid Komplek Perumahan Pramuka Cibubur Jakarta.
Tidak hanya itu, Ahmad Noe’man juga merupakan perancang Masjid Attin yang dirancang untuk mengenang Tien Soeharto dan Masjid Al-Markaz al-Islami di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.
Ahmad Noe’man juga disebutkan lebih memilih mengembangkan bidang arsitektur di dalam negeri daripada mengambil kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Amerika Serikat.
Baca juga: Warna Biru dan Signifikansinya pada Arsitektur Islam
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.