Kalian Perlu Tahu Kalau Indonesia juga Punya Gaya Arsitektur Sendiri
04 August 2021 |
13:28 WIB
Jika kalian melintasi komplek perumahan di kawasan Kebayoran Baru di Jakarta Selatan, mungkin akan menemukan beberapa rumah dengan desain yang terbilang unik. Mulai dari dinding yang dibuat miring, kanopi bergelombang seperti ombak, hingga adanya bagian yang tidak simetris.
Rumah-rumah tersebut juga banyak menggunakan ornamen batu alam di dindingnya. Beberapa diantaranya juga menggunakan loster atau bata dengan lubang bermotif untuk dindingnya.
Banyak yang mengira, rumah-rumah tua itu mengadopsi gaya arsitektur barat, khususnya Eropa. Maklum, jika tak diperhatikan secara seksama rumah-rumah tersebut terlihat seperti mengadopsi gaya arsitektur art deco yang populer di Eropa pada dekade 1920-1940-an.
Namun, gaya arsitektur unik dan terkesan nyeleneh yang diadopsi oleh beberapa rumah-rumah lama di Tanah Air merupakan gaya arsitektur jengki. Arsitektur jengki adalah gaya arsitektur modern yang populer pada periode pascakemerdekaan hingga dekade 1970-an.
Gaya arsitektur jengki hadir sebagai bentuk perlawanan terhadap gaya arsitektur ala Eropa yang kala itu masih mendominasi. Perlawanan itu tentunya terlihat dari desainnya yang cenderung antimaintsream di masanya.
Selain beberapa ciri yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut ini adalah ciri lainnya dari rumah dengan berarsitektur jengki menurut pakar arsitektur Indonesia Totok Roesmanto, Imam Prakoso dan Budi Sukada dalam sejumlah publikasinya (buku dan jurnal):
1. Dinding bagian tepi miring ke luar membentuk bidang segi lima.
2. Bidang atap tidak bertemu di tengah atau tidak memiliki bumbungan, sehingga terlihat tidak simetris. Kemudian bidang tegak (dinding yang disebut gewel) di antara ke dua bidang atap yang miring, direkayasa menjadi lubang ventilasi atau disebut krepyak.
3. Atap datar untuk teras atau beranda disangga tiang besi berbentuk V. Beranda yang disebut portiko ini kerap kali menggunakan sudut kemiringan atap yang cukup tinggi, sehingga beranda menjadi unsur yang mandiri.
4. Penggunaan loster sebagai lubang ventilasi yang tidak sekedar untuk pergantian udara. Loster punya peran sebagai media untuk mengekspresikan estetika baru.
5. Penggunaan bentuk-bentuk kusen yang tidak simetris menjadi ciri menonjol lainnya pada rumah dengan gaya arsitektur jengki. Bentuk yang tidak simetris itu terlihat pula pada jendela-jendelanya.
6. Rumah gaya jengki jika dilihat dari luar terkesan miring, namun untuk interiornya masih berbentuk kubus atau dinding tetap tegak dan langit-langitnya masih datar.
Buat kalian yang sedang berencana membangun atau merenovasi rumah mungkin bisa mengaplikasikan gaya arsitektur jengki. Saat ini boleh dikatakan gaya arsitektur tersebut populer kembali setelah puluhan tahun sempat terlupakan.
Beberapa produsen atau pengrajin kini kembali memproduksi beragam perabotan yang mendukung gaya arsitektur tersebut.
Walaupun unik dan nyeleneh, gaya arsitektur jengki terbilang minimalis dan tak ketinggalan zaman dari gaya arsitektur minimalis masa kini.
Editor: Dika Irawan
Rumah-rumah tersebut juga banyak menggunakan ornamen batu alam di dindingnya. Beberapa diantaranya juga menggunakan loster atau bata dengan lubang bermotif untuk dindingnya.
Banyak yang mengira, rumah-rumah tua itu mengadopsi gaya arsitektur barat, khususnya Eropa. Maklum, jika tak diperhatikan secara seksama rumah-rumah tersebut terlihat seperti mengadopsi gaya arsitektur art deco yang populer di Eropa pada dekade 1920-1940-an.
Namun, gaya arsitektur unik dan terkesan nyeleneh yang diadopsi oleh beberapa rumah-rumah lama di Tanah Air merupakan gaya arsitektur jengki. Arsitektur jengki adalah gaya arsitektur modern yang populer pada periode pascakemerdekaan hingga dekade 1970-an.
Gaya arsitektur jengki hadir sebagai bentuk perlawanan terhadap gaya arsitektur ala Eropa yang kala itu masih mendominasi. Perlawanan itu tentunya terlihat dari desainnya yang cenderung antimaintsream di masanya.
Selain beberapa ciri yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut ini adalah ciri lainnya dari rumah dengan berarsitektur jengki menurut pakar arsitektur Indonesia Totok Roesmanto, Imam Prakoso dan Budi Sukada dalam sejumlah publikasinya (buku dan jurnal):
1. Dinding bagian tepi miring ke luar membentuk bidang segi lima.
2. Bidang atap tidak bertemu di tengah atau tidak memiliki bumbungan, sehingga terlihat tidak simetris. Kemudian bidang tegak (dinding yang disebut gewel) di antara ke dua bidang atap yang miring, direkayasa menjadi lubang ventilasi atau disebut krepyak.
3. Atap datar untuk teras atau beranda disangga tiang besi berbentuk V. Beranda yang disebut portiko ini kerap kali menggunakan sudut kemiringan atap yang cukup tinggi, sehingga beranda menjadi unsur yang mandiri.
4. Penggunaan loster sebagai lubang ventilasi yang tidak sekedar untuk pergantian udara. Loster punya peran sebagai media untuk mengekspresikan estetika baru.
5. Penggunaan bentuk-bentuk kusen yang tidak simetris menjadi ciri menonjol lainnya pada rumah dengan gaya arsitektur jengki. Bentuk yang tidak simetris itu terlihat pula pada jendela-jendelanya.
6. Rumah gaya jengki jika dilihat dari luar terkesan miring, namun untuk interiornya masih berbentuk kubus atau dinding tetap tegak dan langit-langitnya masih datar.
Buat kalian yang sedang berencana membangun atau merenovasi rumah mungkin bisa mengaplikasikan gaya arsitektur jengki. Saat ini boleh dikatakan gaya arsitektur tersebut populer kembali setelah puluhan tahun sempat terlupakan.
Beberapa produsen atau pengrajin kini kembali memproduksi beragam perabotan yang mendukung gaya arsitektur tersebut.
Walaupun unik dan nyeleneh, gaya arsitektur jengki terbilang minimalis dan tak ketinggalan zaman dari gaya arsitektur minimalis masa kini.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.