FX Harsono mendedikasikan pameran ini untuk para perempuan yang terkait dengan kultur China, terutama narasi yang memunculkan kekuatan, resistensi, dan memori, yang selama ini - disebut dalam rilis - tidak banyak terkuak dalam wacana utama. (Sumber gambar: pexels/Greta Hoffman)

Seniman FX Harsono Siapkan Pameran Tunggal

16 October 2022   |   00:31 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Seniman FX Harsono akan mengadakan pameran tunggal pada 23 Oktober sampai dengan 13 November 2022 di Can’s Gallery bertajuk Jejak. Pameran ini merupakan pencarian sang seniman yang lebih intim dan personal tentang sosok-sosok yang membangun kisah diri dan bernegosiasi dalam beragam pergeseran sosial dan komunal.

Secara khusus, FX Harsono mendedikasikan pameran ini untuk para perempuan yang terkait dengan kultur Tionghoa, terutama narasi yang memunculkan kekuatan, resistensi, dan memori, yang selama ini - disebut dalam rilis - tidak banyak terkuak dalam wacana utama.

Kemudian, beberapa karya dalam pameran ini berangkat dari penelusuran sang seniman di kota tua Lasem saat bertemu dengan para perempuan yang menjaga rumah-rumah kuno China, hidup dalam tradisi Cina yang masih cukup kuat sekaligus beradaptasi dengan kultur Jawa di mana mereka menjadi bagian di dalamnya.

Baca juga: Galnas Gelar Pameran Sketsa Bertajuk Konsistensi Tarik Garis Bambang Harsono

“Dari situ, sang seniman mengisahkan Kembali ketegangan identitas, pencarian atas akar budaya, politik gender dan tubuh perempuan, trauma dan ingatan, yang dimunculkan dalam citraan gambar, video, instalasi, suara, dan sebagainya,” demikian tertulis dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.

Untuk diketahui, karya FX Harsono selama ini dikenal sebagai karya yang secara kritis melihat sejarah kelam dalam kehidupan Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Dengan melihat dan merefleksikan sejarahnya sendiri sebagai seorang keturunan China di Indonesia, FX Harsono menautkan politik identitas dengan beragam pergeseran konteks sejarah dan budaya – terutama berkait dengan pengalaman migrasi, asimilasi, kolonialisme, dan kekerasan kolektif.

Sang seniman adalah seorang perupa yang lahir di Blitar, Jawa Timur. Dia juga merupakan pendiri Gerakan Seni Rupa Baru dan penandatangan Pernyataan Desember Hitam. Dia menempuh pendidikan di STSRI/ASRI Yogyakarta pada 1969-1974.

Kemudian, sang seniman melanjutkan pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dia aktif sejak 1975 sebagai perupa kontemporer dan terlibat di beragam pameran tunggal atau bersama di berbagai museum, galeri nasional, dan galeri pribadi di berbagai kota di dunia.

Kota-kota itu seperti New York, San Francisco, Amsterdam, Berlin, London, Paris, Tokyo, Fukuoka,  Canberra, Sydney, Melbourne, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, karya sang seniman juga dikoleksi oleh sejumlah museum seperti National Gallery Australia, Gallery of Modern Art Queensland – Australia, Albright-Knox Art Gallery, Art Museum Buffalo, New York, Singapore Art Museum, National Gallery Singapore, dan sebagainya.

Kemudian, sang seniman juga mendapatkan anugerah sebagai Tokoh Seni Kategori Seni Rupa pada 2013 karena kontribusi selama puluhan tahun di dunia seni rupa oleh salah satu majalah di dalam negeri.

Satu tahun kemudian atau 2014, sang seniman menerima Anugerah Adhikarya Rupa 2013 dari Kementerian Pariwisata Indonesia. Tidak sampai di sini, pada tahun yang sama, FX Harsono menerima Prince Claus Award dari pemerintah Belanda atas dedikasi dan totalitasnya bagi dunia seni rupa Indonesia.

Dia juga memperoleh Joseph Balestier Award for the Freedom of Art dari pemerintah Singapura dan Amerika Serikat atas kontribusi dalam memperjuangkan ide-ide pembebasan lewat seni pada 2015.

Baca juga: Yuk Belajar Berkesenian dari FX Harsono

Sebelumnya, dalam catatan Hypeabis.id, sang seniman meluncurkan buku berjudul FX Harsono : Sebuah Monografi di ajang Art Jakarta 2022. Dia berharap buku tersebut dapat membuat banyak masyarakat tahu dan belajar kesenian.

Dia menjelaskan bahwa buku itu hanya akan bercerita tentang kehidupan diri sendiri jika disebut sebagai biografi. Namun, menurutnya, buku itu tidak hanya bicara tentang kehidupan diri, tapi juga tentang kesenian yang dilakukan.

Melalui buku itu, Harsono ingin membagikan apa saja yang telah dilakukan dan latar belakang penciptaan karya. Dia mengaku banyak yang ingin disampaikan sejak 1975 sampai dengan saat ini dalam berkesenian.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Yuk Jelajahi Pesona Desa Wisata Ugar Fakfak

BERIKUTNYA

Cek Pemenang Kompetisi Madani International Film Festival 2022

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: